Dua puluh delapan

4.2K 1K 123
                                    

Tadinya mau update sampe vote 800 terpenuhi. Tapi sampe sekarang belum sampe, tapi karena udah ada banyak yang nagih update, yaudah aku update nih. Makanya di rajinin vote dan komentarnya biar aku juga rajin updatenya ya.

Masih vote 800 nih. Kalau sampe aku update lagi.

🌼🌼

Milo benar-benar membawanya pergi ke rumahnya. Yang awalnya Lilac pikir itu hanya gurauan ternyata cowok itu serius membawanya ke sana. Dan sialnya, di rumahnya dia harus bertemu dengan Mama Milo. Dengan penampilan berantakan dan mungkin bau busuk dari keringat sudah menempel di tubuhnya, dia harus bertemu dengan calon Mama mertuanya. Ah─maksudnya Mama Milo.

Lilac menarik belakang baju Milo. Sembari melihat sekeliling dia bicara. "Ini serius rumah lo, Milo?"

Ini bukan pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Lilac. Di sepanjang jalan cewek itu terus bertanya tentang rumah Milo. Bahkan ketika motornya baru memasuki garasi rumah, Lilac kembali bertanya apa benar itu rumah Milo.

Milo membalikan tubuhnya menatap Lilac. Helaan napas berat keluar dari mulut cowok itu. Wajah Lilac tampak cemas, sepertinya cewek itu benar-benar gugup.

"Bukan, ini rumah temen gue." Milo membalas.

Ekspresi wajah Lilac langsung berubah. "Hah? Serius? Tadi lo bilang ini rumah orang tua lo," kata Lilac.

"Habis lo nanya-nanya terus."

"Kenapa? Gue kan cuma nanya. Itu kan bentuk antisipasi. Siapa tahu lo diam-diam bawa gue ke rumah orang jahat," omel Lilac. Rasa gugupnya hilang entah ke mana.

Milo mendengus. "Ngapain gue bawa ke sana? Yang ada orang jahatnya pensiun jadi orang baik kalau ketemu lo."

Lilac menaikkan kedua alisnya bingung. "hah? Kok gitu?"

"Soalnya lo aneh. Bodoh lagi."

Lilac melotot. "Kok lo malah ngehina gue? Lagian apa hubungannya bodoh sama penjahat!"

Milo mencondongkan tubunya ke depan. Mendekat ke arah Lilac sampai membuat cewek itu membelalakkan matanya dan mundur ke belakang.

"Lo serius mau tahu?"

Lilac mengedipkan matanya beberapa kali. Jarak mereka terlalu dekat. "I─Iya."

Milo menatap Lilac, cowok itu tidak langsung menjawab. Dan tingkah Milo itu berhasil membuat Lilac salah tingkah. Mencoba mengalihkan pandangannya ke sembarang arah asal tidak menatap ke arah wajah Milo.

"Takut penjahatnya lebih pinter dari lo. Bukan di jahatin, nanti lo malah di ajarin mereka saking bodohnya," ujar Milo.

Baru saja dia salah tingkah. Jawaban Milo barusan berhasil menyadarkannya ke dunia nyata di mana Milo itu sosok cowok angkuh yang menyebalkan. Suka sekali menghina orang lain apa lagi Lilac.

Lilac menoleh ke arah Milo yang sedang menyeringai menyebalkan. Wajah itu sudah jelas sekali mengejeknya. Kesal, Lilac mendorong wajah Milo dengan satu tangannya.

"Orang pinter gak bakal jadi penjahat," balas Lilac, kesal.

Satu alis Milo naik. "Lo emang bodoh ya? Lo gak tahu kalau penjahat di dunia hampir rata-rata orang pinter?"

"Tahu dari mana? Jangan sok tahu!"

Milo mendengus. "Pantes lo emang bodoh."

Lilac kembali kesal mendengar makian yang tidak perlu di perjelas itu. "Mending gue bodoh. Karena kalo pinter nanti jadi orang jahat kayak apa yang lo bilang."

Lilac (End)Where stories live. Discover now