#32. Hubungan Masa Lalu

8.1K 1.1K 152
                                    

~ini adalah kejadian dimasa lalu dimana Shiren Asli masih menempati tubuhnya~

Mata Shiren terasa berat, namun sayup sayup ia dapat mendengar teriakan Mommy nya tak jauh dari tempatnya. Ia paksakan membuka matanya. Tapi ternyata mimpi buruk yang pertama kali ia lihat.

Mommy nya sedang di cium paksa!

"MOMMY!!!!"

"Eeeuugh... Mommy... Lepasin Mommy Shiren!!" Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat tubuhnya dikursi.

Suara memohonnya yang manis namun menyayat hati menarik perhatian sang penjahat.

"Lihat! Putrimu sudah bangun" ucap penjahat, mengarahkan wajah Anggia untuk melihat Shiren yang terus meneteskan air mata.

Iris obsidian milik Anggia berbelalak, terkejut. Namun sedetik kemudian, ia tersenyum seperti memberitahukan kepada Shiren, jika ia baik baik saja.

"So sweet.. gw jadi kayak lihat film drama di bioskop deeh"

"Sudah.. gw mohon sudaaah... Lo udah cium gw kan.. jadi bebasin anak anak gw" bisik Anggia memohon kepada pria tampan didepannya.

"Ssst... cup cup... Jangan nangis Sayang. Iya iya aku lepasin" senyum Anggia tersungging mendengar jawaban dari Pria tampan didepannya ini. Namun baru beberapa detik ia dihadapan kan oleh harapan, sebuah realita menghancurkannya karna kedatangan seorang anak laki laki.

"Papa.. What are you doing?"

"Heey kids! Papa ingin mengenalkan mu dengan Mama barumu, dan mungkin adik baru juga?"

"What, are you crazy?!"

"HAHAHAH.. lihat dulu, kamu pasti akan menyukai nya, Rangga"

Anak laki laki yang dipanggil Rangga itu, lalu berjalan dengan angkuh melewati para bawahan keluarga nya. Ia mendekati Shiren dan juga Naura yang masih pulas tertidur di kursi samping Shiren dengan badan yang sama sama terikat.

"iyuwh.. so ugly, disgusting!"

Rangga langsung menendang Naura sampai kursi yang di duduki Naura terjungkal kebelakang.

"Uhuk! Aaw.. hiks.. sakiit..." Lirih Naura terbangun kesakitan sebab kepalanya terbentur lantai. Tak lama ia langsung pingsan, tidak kuat menahan perih dikepala ya.

"Kakak!"

"Kamu terlalu kasar!"

Mata Rangga beralih menatap Shiren yang menatapnya tajam. Ia perhatikan secara rinci bentuk wajah Shiren. Dari bentuk matanya yang cantik dengan iris mata biru ke abu-abuan, hidung mancung yang mungil, pipi chubby yang sedikit kemerah merahan dengan bekas air mata dan yang terakhir bibir plum nya yang semerah ceri.

"that looks delicious"

"Hei, kamu-!"

Cup

Shiren terhenyak sementara karna terkejut oleh tindakan tiba tiba Rangga. Sedangkan Anggia yang terus saja memperhatikan putri nya, melotot tidak terima! Ciuman pertama putrinya telah dicuri!!!!

Dan Pria yang di panggil Papa dari Rangga itu malah tersenyum miring melihat tingkah anaknya yang pemberani.

"JANGAN NODAIN ANAK GW!!" Marah Anggia dengan wajah merah padam nya. Tidak ada lagi Anggia yang terlihat lemah, hanya ada seorang ibu yang murka karna melihat anak nya dilecehkan.

Rangga menyerngit, tidak suka. Ia hanya mengecup gadis didepannya saja, kenapa respon wanita disana terlalu heboh?

"Aku ingin membunuhnya" ucap Rangga datar membuat Shiren dan Anggia terdiam, takut.

"HAHAHAHA.. Santai son, wanita ini milikku.. kau tidak bisa menyentuhnya" mengelus lembut pucuk rambut Anggia dengan sayang.

Anggi mengelak sambil melotot tajam tak terima sebab dirinya yang di klaim seenaknya oleh pria tampan didepannya itu.

"Gw bukan milik Lo, Liyosh!"

"Belum tepatnya" ralat Liyosh yang terus terusan menarik emosi Anggia keluar dengan perkataan nya.

"Terus, mau diapain hama satu ini? Dia merusak pemandangan" sinis Rangga menatap jijik kearah Naura kecil yang pingsan dengan darah pelipisnya.

Shiren yang melihat tatapan jijik dan tak suka dari anak laki laki didepannya, merasa gelisah. Ia tak ingin Naura tersakiti. Meski awalnya kejadian ini karna ke keras kepala sepupunya itu, tapi keadaan yang membuat mereka terjebak disini.

Bagaimana pun, setidaknya, Kakaknya itu harus bebas duluan setelah itu Mommy nya lalu dirinya. Tidak papa walau akhirnya ia tak bebas, yang penting keluarga nya selamat.

"Bebasin aja Kak Naura! Kalo kamu ga suka keberadaan nya, bebasin aja Kak Naura. Jangan sakiti dia!"

Rangga melirik memperhatikan Shiren. "Kenapa? Lebih simpel membunuhnya"

"Jangan! Membunuh tindakan yang ga baik, terus darahnya buat kotor.. kamu.. kamu.." Shiren kecil memutar otaknya, berusaha memikirkan kalimat selanjutnya yang dapat meyakinkan Rangga untuk bisa membebaskan Naura dari tempat ini.

"Kamu pakai baju putih! Iyah, baju putihnya nanti bakal kena cipratan darah. Sayang kalo baju sebagus itu kotor" sungguh alasan yang konyol, tapi Shiren harap itu bisa sedikit merubah pikiran Rangga.

Rangga menunduk melihat kemeja putih yang ia pakai sekarang. Bahannya yang terbuat dari sutra begitu nyaman dikenakannya. "Baiklah, bebaskan dia.. taruh dia ke tempat sampah" suruh Rangga memutuskan.

Shiren menatap sedih tubuh Naura yang di angkut pergi. Ia meyakinkan dirinya, bahwa semua akan baik baik saja, Naura juga sudah terbebas meski ditaruh tempat sampah.

"Kamu senang? Aku sudah bebasin dia kayak yang kamu mau" kata Rangga menatap Shiren yang terus melihat pintu keluar.

Shiren terhenyak, ia mengulum senyum nya. "Hmm.. terima kasih" gumam Shiren tulus. Terdengar begitu manis suara Shiren ditelinga Rangga sampai ujung telinganya memerah.

Liyosh tersenyum miring melihat tingkah putra nya yang baru pertama kali ia lihat. 'menarik' begitulah pikirnya.

"Sayang, anak kita kayak nya cocok. Gimana kalo kita jodohkan?" Celetuk Liyosh yang langsung di hadiahi injakan keras dari Anggia.

"Jangan harap itu terjadi, Liyosh! Gw ga sudi besanan sama keluarga psikopat!" Tolak Anggia mentah mentah yang membuat Liyosh emosi.

Di tariknya rambut panjang Anggia sampai sang empu mendangakkan kepalanya. "Anggia, kayaknya Lo udah lupa karna selama ini hidup damai di samping Panca yah?" Bisik Liyosh yang sangat dekat di wajah Anggia. Pupil obsidian Anggia melebar, melihat tatapan menyeramkan Liyosh yang selalu pria ini sembunyikan.

"Jangan lupa Anggia, gw ga segan segan sama orang yang buat gw marah, meskipun itu Lo! Wanita yang paling gw cintai"

Anggia mendesis kesakitan, menahan rasa perih kulit kepalanya yang terasa ketarik kencang. "Gw ga lupa. Maka nya gw milih pergi daripada harus hidup sama Lo! Dan gw ga mau anak gw juga ngalamin hidup di neraka, kayak yang pernah gw rasain dulu!"

Kalo kangen tolong Vote nya yah, biar tambah tambahin motivasi untuk nulis. Soalnya vote chapter sebelumnya jauh banget.

Makasih.

PROTAGONIST COUSIN'S (lanjutan Karya Uqi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang