Bab 5

7.2K 1.1K 100
                                    


Haelyn kambeeekkk...

Ini masih di mode flasback-nya Haelyn ya. Bab depan udah balik lagi ke masa kini kok, wkwk..


🎎🎎🎎


Keesokan harinya Haelyn bangun dengan perasaan hampa, tak terkendali dan bingung. Dia merasa bahwa ada sesuatu yang hilang dalam hidup dan pikirannya, dan dia tak mengingatnya sama sekali hal apakah itu. Semakin dia menggali, semakin tersesat pikirannya.

Sesuatu apa itu? Sesuatu yang sepertinya sangat penting dalam hidupnya, tapi dia tidak lagi mengingatnya. Dia mengingat hari-hari sebelumnya, tapi ada beberapa orang dan beberapa hal yang dilupakannya dalam periode waktu-waktu tertentu.

Saat ini dirinya menjaga toko setelah pulang dari kampus. Dia kuliah pagi, dan pulang pada jam makan siang dan menjaga toko sampai malam.

"Hahh ..." Helaan napas keluar dari bibirnya.

"Menghela napas terus menerus tidak akan mendatangkan keberuntungan." Nenek Sanaye muncul di belakangnya sambil membawa kemoceng yang segera dijejalkan ke tangan Haelyn.

Haelyn berdiri di belakang meja kasir dengan tangan memegang kemoceng dan satu lagi menopang pipi. Dia memerhatikan nenek Sanaye yang sedang mondar-mandir menunggu pengunjung mendatangi toko mereka.

"Okasan kenapa Anda tidak tinggal bersama keluarga?" tanya Haelyn.

Nenek Sanaye menoleh dengan wajah tanpa ekspresi, kemudian mengambil lap di pundaknya dan menaruhnya di hadapan Haelyn. "Bersih-bersih," katanya.

Haelyn merengut karena selalu tak mendapat jawaban dari setiap pertanyaannya. Dia pun mengambil kemoceng dan lap, kemudian keluar dari balik meja kasir menuju rak buku terdekat. Dia berdiri menatap jajaran buku di depannya. Beberapa saat terus berdiri menatap buku, sampai dia menghela napas lagi.

"Bagaimana caranya menggunakan benda ini?" keluhnya sambil menatap kemoceng.

Suara gemerincing lonceng di pintu terdengar dan Haelyn segera menoleh ke depan sambil menaruh kedua tangannya di depan perut dengan sopan, dan segera menyambut pelanggan pertama yang datang.

"Irrasshaimase," katanya dengan senyum sopan.

Pintu berayun terbuka dan yang muncul adalah seorang anak lelaki berusia delapan tahun dalam setelan seragam sekolah. Yang membukakan pintu adalah seorang pria tinggi berkulit agak gelap dengan kepala plontos dan tato di leher dan lengannya.

Anak lelaki itu masuk, menolehkan kepalanya ke sana-sini dengan wajah dingin dan tak berminat. Sedangkan Haelyn masih berdiri di sana memerhatikan anak itu yang terlihat seperti bukan anak sekolahan biasa. Haelyn tak peduli, jadi dia kembali pada pekerjaannya.

"Kenapa kau tidak membawakanku kursi?" tanya anak itu.

Haelyn memutar tubuhnya dengan kedua alis terangkat. "Kau bicara padaku?"

"Pada setan," jawab anak lelaki itu.

Haelyn nyaris muntah darah mendengarnya, dan jika perlu dia harus muntah darah di wajah anak itu! karena kesal dia kembali pada pekerjaannya untuk membersihkan buku dengan kemoceng, dan mengabaikan anak itu.

"Kau mengacuhkanku? Berani sekali!" bentak anak itu dengan nada agak tinggi.

Haelyn tersenyum senang membuat anak itu kesal, dia tak peduli dan tak mau peduli. Dia pun mulai menepuk-nepukkan kemoceng di tangannya ke buku-buku yang sudah disusun dengan rapi, dan sesekali membenarkan letak buku yang terbalik.

End Up With Evil Yakuza [END] / (Tersedia di Google Play dan Karyakarsa)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن