41. WENT HOME

Mulai dari awal
                                    

"Wow," puji Nasa dengan mata berbinar.

Sembari melajukan kembali mobilnya pelan, Nasa mengedarkan pandangannya pada tanaman hias dan pepohonan yang cukup rindang. Terdapat beberapa sangkar burung hias yang menggantung di depan rumah.

Januar melambaikan tangannya pada Nasa agar berhenti. Ia berlari lalu membuka pintu mobil Nasa. Hal tersebut membuat Nasa membelalakan matanya. "Ya Tuhan, Januar. Kamu gak perlu ngelakuin ini. Aku bisa buka pintu sendiri."

Januar tersenyum dan menyodorkan tangannya seperti sedang menyambut  seorang putri. "Anything for my Queen, ayo kita masuk."

Saat Nasa memegang tangan Januar sambil tertawa, tiba-tiba terdengar suara benda terjatuh. Keduanya menengok ke asal suara dan melihat Juan yang kini sedang membeku dengan mulut menganga.

Pipi Januar seketika merah seperti tomat. Ia hendak melepas tangan Nasa dari genggamannya, namun kekasihnya itu justru malah bersikap sebaliknya. Ya, Nasa menggenggam tangan Januar lebih erat seakan enggan untuk melepaskannya. Cewek itu melambaikan tangannya yang bebas dengan santai sambil menyunggingkan senyum ke arah Juan.

Sementara itu, Juan mengambil kantong kresek miliknya yang terjatuh lalu berjalan ke arah mereka dengan perasaan masih tidak percaya bahwa prediksi Natasha sebelumnya ternyata benar-benar terjadi.

"Kok lo mau sih pacaran sama Januar?!" menjadi kalimat sambutan yang diucapkan Juan kepada pasangan baru tersebut.

Nasa memeletkan lidahnya mendengar ucapan Juan.

Januar melepas tautan tangannya dari Nasa lalu berlari mengambil koper yang berada di bagasi mobil belakang. Entah apa yang dibicarakan Nasa dan Juan, Januar merasakan malu yang luar biasa sampai-sampai ia merasakan pipi dan telinganya yang memerah. Apakah ini yang terjadi jika baru pertama kali berpacaran?

Januar menarik napas panjang lalu mengembuskannya. Hal tersebut ia lakukan berkali-kali sampai dirinya merasa tenang. Saat pintu bagasi ditutup olehnya, Juan menertawakannya.

"Lo kenapa sih, Kak?" tanya Januar kesal.

Kakak lelakinya itu langsung mengejeknya dengan meniru cara Januar menenangkan diri lalu kembali tertawa terbahak-bahak.

"Sialan lo," ucap Januar cemberut.

Sebuah batu kecil tiba-tiba mendarat di kepala cowok berusia tiga puluh tahunan itu. Nasa memberikan isyarat pada Januar untuk segera meninggalkannya tanpa memedulikan ejekan yang diberikan Juan.

Sebelum pergi, Januar memeletkan lidahnya untuk kembali mengejeknya. Ia berlari kecil ke arah Nasa dengan dua koper yang dipegangnya, sementara Juan hanya menggelengkan kepala sembari menyusul di belakangnya.

"I'M HOMEEE!" teriak Januar yang langsung masuk ke dalam rumah dengan semangat 45.

Nasa masih berdiri di depan pintu dengan perasaan kikuk. Juan yang berada di belakang, menepuk pundaknya.

"Masuk aja, Nas. Gak usah malu."

Teriakan Januar rupanya disambut oleh Julia dan Natasha yang sedang membuat sesuatu di dapur. Juan memberikan bahan yang dibelinya dari warung kepada kekasihnya, sementara Januar mencium pipi mamanya.

Nasa dapat merasakan keharmonisan yang terpancar dari keluarga Januar.

"Oh ya, Ma. Aku bawa seseorang yang Mama tunggu-tunggu dari kemarin," ujar Januar yang berlari ke arah Nasa lalu memegang tangannya.

"Oh, Nasa!" Mata wanita paruh baya itu berbinar saat melihat Nasa berada di rumahnya. Ia segera mencuci tangannya lalu memberikan apron yang dikenakannya pada Juan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Under Nasa's SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang