Zaidan terbelalak, badannya melemas mendengar suara jeritan dalam sekejap banyak orang yang mengerubungi jalanan seberang sana.

" A-adek..." lirih zaidan

.....

.....

Abigaeil membuka matanya yang terpejam kuat, degup jantungnya berdetak kencang dengan tubuh bergetar hebat.

" Adek..."

" A-ab-ang? "

Rayidanta, melepas dekapannya dengan tangan bergetar ia membolak-balik tubuh mungil sang adik memastikan sang adik tidak terluka.

" A-adek, kamu g-gapapa? " tanyanya suaranya bergetar menandakan betapa takutnya ia tadi.

Rayi tengah berjalan keluar gerbang sekolah manakala melihat sebuah mobil yang melaju mendekati sang adik, tanpa kata lagi rayidanta langsung berlari menarik tubuh abigaeil hingga membuat keduanya terhempas jatuh di atas bahu jalan.

" Sayang~" rayidanta hampir menangis, melihat abigaeil yang memucat.

Pandangannya memburam, kepalanya berdenyut merasakan sesuatu mengalir di wajahnya.

" A-ab-ang, da..hhh..rah..hiks.."

" Ugh! hhh.."

Abigaeil mencengkeram dadanya yang menyesak.
dirinya panik dan takut melihat darah mengalir dari kepala sang Abang.

" Adek! arrghh.."

Rayidanta menyentuh kepalanya, merasakan pandangan yang terus berputar.
kalut kala melihat abigaeil terbatuk keras dan tak lama kesulitan bernapas.

" H-hey.. a-adek.. jangan ta-kut, a-abang ga papa" Rayi mati-matian menahan sakit di kepalanya mencoba memeluk sang adik, dia paham adiknya pasti ketakutan sekarang ini.

" Uhuk..! ugh... hhh.."

Abigael mengeleng ribut merasakan oksigen di sekitarnya mulai menghilang, menyisakan rasa sakit yang teramat pada dada nya.

Dia menangis melihat rayidanta yang turut melemas, dengan kepala terus mengalir kan darah.

" It's oke..hh.. ugh.." Ray benar-benar mencoba mempertahankan kesadarannya, dilihatnya adiknya semakin panik. Hingga tidak sadar ia juga turut menangis.

" ADEKK..! "

Zaidan tergopoh-gopoh menghampiri sang adik menerobos kerumunan yang malah menonton saja.

" I-idan~ " panggil Ray

" Bang?! Lo oke?? " tanya zai

" A-abi..ugh.."

Zaidan melotot melihat darah yang mengalir dari kepala Ray, belum lagi beberapa luka yang tercetak di tubuh sang abang.

" Lo berdarah bang! " zai memekik tertahan menguncang tubuh tegap ray.

" Adek?"

" Astaga...! "

" ADEK? DENGER AB-ANG!
NAPAS!.."

Zaidan berteriak mengalihkan atensi pada abigaeil yang hampir terpejam dengan wajah pucat.

" Abang!.."

" ANJING! LO SEMUA KALO GA ADA NIAT BANTUIN GAK USAH

NONTONIN... SIALAN..! "

Zaidan berteriak pada semua orang yang malah terus mengerumuni mereka tanpa ada niatan menolong.

Padahal Zaidan hampir menangis sekarang.

" ZAI..! "

" Mal...! bantu gue tolong...! "

ABIGAEILTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon