Chapter 08 - Yang nyuruh yang dosa

Mulai dari awal
                                    

Setelah mengatakan itu, Kanaya pun melengos pergi dari hadapan Agam yang tersenyum.

Aku menyukaimu, Kanaya.

*****

Gladys melihat sahabatnya yang sedang termangu di pinggir jembatan taman sekolah. Ia menghampirinya.

"Kanaya, lu ngapain di sini?"

Kanaya tampak tidak bergeming. Gladys pun menepuk bahu gadis bersurai hitam itu.

"Eh, Gladys! Lu ngagetin gua aja."

Yang mendengar itu pun memutar kedua bola matanya malas, "daritadi gua panggilin, Lu. Lu nya aja yang melamun mulu kaya sapi kurang rumput."

"Sapi nya enak banget disamain kaya gua, bangga kayanya, tuh!"

Gladys tertawa, "Bodoh lu, Nay. Masih aja ngurusin sapi. Lu ngapain, Sih! Di sini? Gak jelas banget lu, kaya orang lagi galau aja."

"Iya emang gua lagi galau, kenapa? Masalah buat, Lu?"

Gladys menyengir tidak berdosa. "E---enggak, sih. Kenapa lu galau? Gara-gara si mas Agam lagi kan pasti."

Kanaya mengangguk pelan. "Gua dosa banget gak, sih. Ngehancurin kebahagiaan si Carissa dengan cara kaya gini?"

"Ya, kalau dibilang dosa, dosa banget. Namun, gimana lagi, ya. Di satu sisi lagi kan lu bantuin seseorang yang gak ada rasa sama dia. Gua yakin dosa nya ke si mas Agam semua," ucap Gladys panjang lebar.

"Bener juga, sih. Kan kak Agam yang nyuruh." Kanaya menyengir kuda khas andalannya.

Kanaya dan Gladys saling melempar tatapan, "YANG NYURUH YANG DOSA!"

Mereka berdua pun saling merangkul kemudian berlari dengan tawaan nya di sepanjang jalan.

*****

"Assalamualaikum, Ibu."

"Wa'alaikumussalam."

Andini keluar, Kanaya pun langsung mencium punggung tangan sang ibu dengan lembut. Tidak lupa, ia mengecup kedua pipi Andini. 

Andini mengusap kepala putri tunggalnya itu. "Ganti seragam mu, makan setelah itu ya, Sayang."

Kanaya mengangguk seraya tersenyum, ia pun bergegas melakukan apa yang diperintahkan ibunya.

Setelah mengganti seragam dengan pakaian santai, Kanaya menuju dapur dan mengambil makanan sederhana yang sudah dimasak ibunya.

"Nak," panggil Andini.

Kanaya yang sedang menyendok nasi pun menoleh, "kenapa, Bu?"

"Maaf, Ibu hanya bisa memasak tumis kangkung dan ikan asin saja," ucap Andini dengan nada lemahnya.

Kanaya menaruh piring nya di meja, ia langsung memeluk Andini. "Bu, berulang kali Kanaya bilang. Ibu gak perlu minta maaf setiap hari kaya gini! Semua masakan ibu itu terlihat spesial buat Kanaya, Kanaya makan apapun suka jika itu bersama ibu."

Andini menangis, "Ibu sangat ingin membahagiakan mu, Nak. Ibu ingin melihatmu makan dengan lauk-pauk yang lezat dan sehat."

Kanaya menyentuh tangan hangat Ibunya. "Bu, ini juga sehat dan gak kalah enak. Ibu gak perlu ngerasa bersalah, selagi Kanaya bahagia sama, Ibu! Dan Kanaya rasa, Kanaya akan selalu bahagia selagi bersama Ibu."

"Terima kasih, Nak. Ibu bangga memiliki putri seperti mu. Pasti ayah sangat bahagia di sana melihat putri nya sudah se-dewasa ini," ucap Andini dengan senyuman lemahnya.

"Itu pasti, dong. Hehe .... "

*
*
*
*
*

Klik bintang di bawah ini, ya ⬇Kami sangat mengapresiasi dukungan kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Klik bintang di bawah ini, ya ⬇
Kami sangat mengapresiasi dukungan kalian. Jangan lupa komen, biar author semakin semangat dan up sesuai dengan waktunya.
Maaciw

Agnaya (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang