36

526 74 38
                                    

"Sampai di sini mari akhiri belenggu menyakitkan ini, berhenti melukai, berhenti berseteru dan jalani pilihan masing-masing"

_Raka Derana Kanagara_







Happy Reading

***





Raka, pemilik kisah panjang tanpa coret bahagia sempurna, ujarnya kuat kenyataannya sangat lemah, tidak ada yang istimewa dari dirinya.

Tidak ingin cap lemah melekat pada dahi, ia berpura-pura kuat, manusia naif haus kasih sayang.

Dulu rasa ingin digapai  tapi siapa yang sudi mengulurkan tangan. Anggapan manusia tidak bisa dikendalikan, tidak peduli perasaan mereka berbuat semaunya.

Kini dirinya mengerti kalimat parasit, tidak berguna, sampah, tidak diharapkan memang pantas untuk dirinya.

Ingin sekali tertawa diatas luka, di hadapan takdir kisah ini berhasil menghancurkan dirinya sedalam lautan.

Kalimat, "Itu surat hasil tes DNA saya dan Ken dari rumah sakit, beberapa minggu lalu. Seperti tertera di sana dia adik kalian" Menjadi bom mengerikan meledakkan segala ekspresi rasa.

Pantas sejak awal ada yang berbeda diantara mereka, bukti terakhir yang berhasil Raka peroleh setelah foto makam, data keluarga dan informasi rumah sakit.

Jika di lihat-lihat Ken jauh lebih pantas berada dalam ikatan persaudaraan, kemiripan mereka jauh lebih kentara jika disandingkan.

Tidak dapat dipungkiri ia sakit hati mengetahui fakta menyakitkan itu, rumit ia jabarkan lewat kata.

"Ayah hanya sedang menunggu waktu yang tepat untuk menyampaikan kebenarannya, tidak semua hanya sebagian karena jujur untuk kebenaran Raka kami tidak ingin menceritakan pada siapapun" Fahri berkata berusaha menahan gejolak lain dalam dirinya.

Mila tersenyum lirih, sekarang mereka tau badai yang paling ia takutkan, di usia anak-anaknya sekarang ia harap mereka dengan lapang dada menerimanya.

Melambaikan tangan, kode anggota lama yang baru terkuak kehadirannya agar mendekat, tanpa berpikir apapun Ken duduk di samping ibunya, benar bukan?

"Bunda memang merasa ada suatu ikatan dengan Ken, intuisi ibu pada anaknya. Benar kata orang hubungan darah jauh lebih penting" ujar wanita itu tanpa sadar menyentil perasaan orang lain.

"Ikatan darah ya?" batin Raka mengangguk pedih.

Jadi siapa orang tuanya sekarang? Apa masih miliki keluarga? Atau hanya sebatang kara.

Gelak tawa berhasil mencuri segala perhatian, Riko si pelaku menguspa air dari sudut mata entah karena kerasnya tawa atau ekspresi jeritan pedih.

"Itu kan menurut kalian, tapi bagi aku Raka tetap adikku dia tetap ada pada posisinya tidak ada pengganti" ujar Riko tersenyum miring.

Riki yang geram memukul kepala adiknya.

"Jangan lupa dengan ungkapan Darah jauh lebih kental dari pada air, terima aja kenyataan bahwa dia bukan siapa-siapa" ujar Riki begitu saja.

"Tapi dia yang Abang bilang bukan siapa-siapa adalah orang yang pernah membuat keluarga ini hampir hancur berantakan akibat kepergiannya!" hardik Shasa kontras.

Riko tersenyum kemenangan, melihat Riki yang bungkam, Shasa jauh lebih gampang diajak bekerjasama, gadis itu melihat masa lalu menentukan sebab dan akibat jauh lebih baik.

I'm Still Hurt Where stories live. Discover now