34

418 48 15
                                    

"Bisa memaafkan tapi tidak munafik peristiwa menyakitkan itu masih terekam jelas"

_Raka Derana Kanagara_







Happy Reading

***




Aura berbeda terasa memikat  terpa angin meremang'kan hati, berjongkok di samping gundukan tanah pancaran pilu menelisik hati hingga duka mendominasi. Seburuk apapun pertemuan tetap saja meninggalkan duka ketika 'dia' di panggil sang pencipta.

Seorang yang keras penuh ego selalu memaksa kehendak kini berpaling, menjauh menempati ruang tak tergapai.

Ia telah memaafkan, tak mungkin jika membenci sosok yang telah pergi jauh doa di panjatkan semoga jiwa tenang di alam sana.

Perbuatan dahulu tak bisa di lupa tapi  yang di tinggalkan mencoba mengikhlas, tak ingin menambah beban menghalang jalan tak kasat mata. Setangkai bunga diletakan dia atas gundukan tanah, senyum tipis terbit.

"Maafkan dia" ucap gadis cantik berbulu mata lentik.

"Apa yang dia lakukan memang salah, dia pernah menjadi alasan luka dalam hati kamu. Tanpa sadar dia menghancurkan hati orang yang tak bersalah" menoleh pada seorang yang hanya diam seperti memikirkan sesuatu.

"Maafkan kakek, Raka. Aku mengatasnamakan beliau meminta maaf" sambung Aruna dari relung hati.

"Saya tidak mau kamu menjadi penghalang kesepakatan bisnis yang sangat menguntungkan ini, jadi saya akan mengabulkan permintaan kamu"

"Saya bisa melakukan lebih daripada ini jika kamu berani memberontak"

"Harusnya dia mati hari ini, Aruna kamu menghancurkan kesenangan kakek saja!" .

"Drama sudah usai, mari kita lanjutkan pesta pertunangikatan a dengan suka cita"

Teringat luka di masa lalu, tepat dimana ia merasa seperti tak di terima di sisi manapun.

Pria tua yang hampir memutuskan sebuah ikatan demi sebuah keegoisan, pria yang sama meminta anak buahnya menitah anak buahnya menghajar dirinya tanpa bekas kasih. Bimana Megantara kakek dari kekasihnya.

"Aku memaafkan kakek kamu sudah dari jauh hari, untuk membenci juga tidak ada gunanya tapi aku gak bisa bohong kejadin itu masih membekas dalam ingatan" ujar Raka menatap lurus makam.

"Aku memaafkan tapi aku tidak bisa melupakan, mungkin suatu saat aku bisa" lanjut Raka menatap Aruna tenang.

Mengangguk mengerti gadis itu membuka mulut menyuarakan sesuatu yang sejak lama ingin di sampaikan.

"Sebelum meninggal kakek menitipkan permohonan maaf atas perbuatan yang dilakukan, dia benar benar menyesal"

Raka memanjatkan doa, berdiri mengulurkan tangan mengajak gadisnya beranjak dari sana.

"Aku tau" sahut Raka melangkah menjauh, mereka harus pergi menuntut ilmu.



"Aku tidak ingin memperdebatkan apapun sekarang, aku sudah memberi  dua buah pilihan jadi bagaimana selanjutnya terserah ayah" remaja dengan perban masih menempel di kepala itu berucap serius.

Bukan tanpa alasan ia memasuki kamar dua orang dewasa yang ia hormati, suatu alasan dari sebuah kesadaran membawa langkah berani.

Kejadian kemarin ketika ia berkunjung ke rumah tahanan dimana sang paman berada, membuat dirinya tertampar seribu kenyataan.

I'm Still Hurt Where stories live. Discover now