2

809 81 18
                                    

"Dia adalah misteri, pejaman netra itu masih menjadi teka-teki. Kapan dia akan kembali?"

_Aruna Rahara Megantara_














Happy Reading



***






Jika semuanya bisa dikendalikan mungkin saat ini mereka masih kompak dengan personil lengkap, begitu kira-kira yang berada di dalam pikiran para remaja berbeda gander itu.

Mereka mungkin terlihat masih dekat, sering berkumpul bersama tapi sayangnya tidak ada kehangatan di dalamnya.

Dulu mereka masih bisa tertawa dengan tingkah konyol masing-masing, tapi sekarang.

Untuk sekedar tersenyum pun rasanya sangat sulit.

Masing-masing dari mereka menyimpan rasa sesal yang sama besarnya.

"Aruna gak ngampus?" tanya salah satu dari mereka.

"Kayaknya sih dia belum datang soalnya kemarin dia bilang hari ini dapat kelas pagi" Diki Mandala Febriawan, laki-laki itu menyahuti.

Ayara gadis yang dahulunya hobi mengkoleksi mantan itu mengangguk.

Keempat remaja itu kembali melanjutkan langkahnya, tanpa gelak tawa atau sekedar lelucon kecil yang mengiringi.

Langkah kaki terhenti ketika mereka berpapasan dengan seorang gadis yang sangat dikenali.

Talita Syeril Kesava, gadis pintar yang mampu meraih mendali olimpiade nasional beberapa kali.

Talita menatap dingin empat orang di hadapannya.

Semenjak ia mengetahui peristiwa yang menimpa salah satu sahabatnya tiga bulan yang lalu. Berhasil membangkitkan kemarahan dalam dirinya, sejak saat itu pula ia memilih menjauh dari circle pertemanan bersama mantan sahabatnya itu.

"Ta lo udah sehat?" pertanyaan itu meluncur dari mulut Keyra.

Mungkin Talita memang menjauh tak ingin terikat apapun lagi dengan mereka, tapi di balik itu baik Keyra, Karel maupun yang lainnya terus mencoba mendekatkan diri pada gadis itu.

Setelah Alin, Aryan juga Ari yang memutuskan melanjutkan kuliah di luar negeri semakin merenggangkan ikatan persahabatan mereka.

"Apa peduli lo? Mau gue sehat ataupun sekarat itu gak ada hubungannya sama lo kan?!" sarkas Talita tanpa berpikir dua kali.

"Ta, lo itu temen kita jadi wajarlah kalau kita peduli sama lo" Karel menimpali.

"Temen? gue gak salah denger kan? orang-orang munafik kayak kalian gak pantes di sebut temen" remeh Talita.

"Gue gak ngerti lagi sama jalan pikiran lo, sumpah lo tuh kayak orang yang paling bener aja" sewot Ayara kesal.

"Gue perlu bicara sama lo!" tegas Diki menarik paksa gadis itu.

Diki melepaskan genggamannya ketika sampai di taman belakang kampus, cowok itu menatap sendu gadis di hadapannya.

"Gue rasa ga ada hal penting yang perlu diomongin" ucap Talita tenang memulai percakapan.

"Ini penting, ini soal kita"

"Gak ada 'kita' Dik diantara lo ataupun gue" sanggah Talita.

"Apa lo bilang gak ada?" ulang Diki mengeraskan rahangnya.

"Iya, emang bener kayak gitu kan? hubungan kita udah gak bisa lebih dari ini Dik, lo ataupun gue udah gak sejalan" balas Talita menantang.

Brakk



I'm Still Hurt Where stories live. Discover now