Up and Down

429 45 2
                                    

Semilir angin menyapa wajahku yang membuat beberapa helai rambutku terurai. Kacamata hitam yang ku gunakan melindungi kedua mataku dari kilaunya sinar matahari cukup membuatku nyaman untuk membaca buku yang ku bawa. Hingga ku dengar sebuah langkah kaki berhenti di samping kursi panjang tempatku bersandar. Lalu dengan usilnya tangan itu menutup buku yang ku letakkan di pahaku yang tak terbuka. Aku memberi tatapan kesal padanya namun ia membalas cengiran di bibirnya yang belepotan ice cream yang ia bawa di tangan kanannya.

"Kata mama, aunty harus nemenin aku main ke sana" tunjuk anak itu ke arah datangnya gulungan air yang tak terlalu besar itu. Aku hanya menghela nafas berat, menolak dalam hati ide yang ia uraikan. Namun tangan kecilnya itu lagi-lagi menarik jemariku, seakan menyuruhku agar segera mengikuti kemauan bocah yang mengenakan bikini lucu untuk umurnya itu. Aku dengan langkah berat mengikuti jejak kaki kecilnya menapaki pasir putih nan basah hingga sebuah deburan ombak kecil menyapa kedua kaki kami yang langsung disambut teriakan gembira oleh Inara.

Saat terlalu asyik menikmati dinginnya air laut, aku dan Inara tak menyadari jika ice cream yang ia bawa telah jatuh dan terbawa ombak. "Yahhhh aunty, ice cream ku jatuh" gerutunya membuatku tertawa yang membuat anak itu memanyunkan bibirnya mendengar bagaimana aku menertawakannya. "Nanti minta mama buat belikan ice cream lagi, gak perlu manyun begitu. Atau kita udahan main airnya?" Ancamku yang seketika membuat Inara menggelengkan kepalanya cepat. Akhirnya kami kembali bermain dengan tetap memegangi tangannya, karena terlalu berisiko untuk melepaskannya.

Entah seberapa lama aku menemani Inara bermain hingga sebuah tangan menyentuh pinggangku yang membuatku langsung menolehkan kepala ke arah samping dan mendapati Edward yang masih mengenakan setelan tanpa sepatu kerjanya itu mendaratkan kecupan singkat di dahiku. "Bagaimana kau tau kami di sini?" Tanyaku padanya.

"Hanya karena kau tak menjawab teleponku tak membuatku hilang akal untuk mencari keberadaanmu" jawabnya penuh sindiran. Ya, aku telah mengabaikan teleponnya sejak semalam hanya karena suatu hal yang berlarian di kepalaku. Sementara aku hanya mengendikan bahuku mendengar jawabannya sembari menatap wajahnya yang terkena siluet sinar matahari yang mulai menurun.

"Atau aku saja yang sebenarnya tak bisa menghindarimu?" ucapku.

"Karena memang kita diciptakan untuk bersama, dear" celetuknya yang sontak membuatku tertawa kecil, terdengar lucu di telingaku. Aku melepas tangannya yang bertengger di pinggangku dan berjalan menjauh ke arah Inara yang tengah bermain pasir.

"Apakah kau tak kedinginan? Mamamu sudah memanggil tadi untuk kita menepi" ujarku sedikit berbohong karena aku sendiri sudah merasa sedikit menggigil.

"Tapi aku belum selesai membangun istananya" protesnya.

"Kita bisa lanjutkan besok lagi" suara Edward menimpali dari belakangku. Dengan wajah keberatan, Inara bangkit dari duduknya dan menggapai tangan Edward untuk menggandengnya. Dih, kalau dengan Edward saja dia menurut, gerutuku dalam hati. Tapi baguslah. Aku segera ingin membilas tubuhku yang lengket dan basah karena bermain air.

Sesampainya di kamar hotel di mana kami menginap, aku mendapati jas, ponsel dan kunci mobil milik Edward tergeletak di nakas. Aku tak berpikir panjang dan memilih langsung masuk ke dalam kamar mandi, yang mana di dalamnya terdapat jacuzzi yang terlihat sangat nyaman apabila berendam di sana dengan air hangat. Sembari menunggu airnya penuh, aku melepas semua pakaianku dan bersiap berendam. Baru saja satu kaki ku masuk dalam air, pintu kamar mandi terbuka, menampilkan sosok Edward yang entah kenapa terlihat menggoda.

"No, aku mau berendam sendiri" cegahku saat Edward berniat melepas kaos hitam yang melekat padanya. Dia melayangkan protes dengan wajahnya namun dia tetap membuka kaosnya. Aku tak memedulikannya dan masuk ke dalam air hangat yang sudah penuh dengan busa sabun yang aku tuangkan tadi. Lalu dengan jengah aku menghindari pemandangan saat pria itu tetap kekeh menelanjangi dirinya.

Trapped By A PervertWhere stories live. Discover now