Meet Again

6.2K 724 25
                                    

6 bulan kemudian

"Pa Anneth berangkat dulu" ujarku berpamitan pada papa yang tengah menghabiskan sarapannya.

"Tapi sarapanmu belum kau sentuh nak" tukas papa. Sementara aku sibuk sendiri dengan memakai coatku serta membawa tas ku.

"Tapi Anneth ada kuliah umum pukul sembilan" balasku sembari memakai sepatu bootku.

"Papa taruh sandwich-mu di kotak makan. Bawalah" papa mengikuti di belakangku saat aku sudah mencapai pintu. Mau tak mau aku mengambil kotak makan itu.

"Anneth pergi dulu. Kalau ada apa-apa langsung hubungi Anneth" pesanku, papa mengangguk paham. Lalu aku mengecup pipi papa dan segera bergegas keluar apartemen.

Setelah papa tak bisa bekerja seperti dulu lagi, banyak properti yang harus papa jual untuk membiayai kuliahku dan juga pengobatan papa sendiri. Pun rumah dan mobil. Kini aku dan papa tinggal di apartemen yang sangat nyaman untuk kami berdua.

Aku sedikit berlari menuju halte terdekat agar tak tertinggal bus ke arah kampusku. Aku kuliah manajemen bisnis di Sydney University memasuki tahun ketiga. Sebenarnya aku ingin keluar tapi papa tak mengizinkannya dan memaksaku tetap berkuliah hingga selesai apapun yang terjadi.

Meskipun tabungan papa masih cukup menghidupi kami, tapi tanpa sepengetahuan papa aku melakukan pekerjaan paruh waktu di sebuah restoran. Aku bekerja hanya di hari jum'at-minggu dari pukul lima sore sampai sepuluh malam. Jadi tak mengganggu kuliahku tentu saja.

Lauren yang tau dengan pekerjaan paruh waktuku sempat tak setuju. Tapi aku juga tak bisa diam saja meskipun aku juga tau jika papa mendapat asuransi kecelakaan yang cukup besar. Aku dan papa hanya menggunakan uang itu murni untuk pengobatan papa.

Sekarang sudah pukul setengah sembilan tapi busnya belum datang. Aku sempat merutuk. Akhirnya aku memutuskan untuk men-stop taxi. Rencana menghematku sia-sia. Sudahlah. Yang terpenting aku tak terlambat sampai di kampus.

"Anneth..." Cindy memanggilku saat aku berlarian menuju auditorium tempat kuliah umum akan dilangsungkan.

"Hai Cin. Belum terlambatkan?" Tanyaku. Cindy menggeleng.

"Mungkin jika kau datang 5 menit lagi kau tak akan diperbolehkan masuk" ujarnya membuatku melotot. Reflek aku dan Cindy berlari agar lebih cepat sampai.

Nafas kami berkejaran. Sesampainya di auditorium aku dan Cindy terpaksa harus duduk di kursi barisna kedua dari depan karena tak ada yang kosong selain itu. Setidaknya kami tidak terlambat. Dan benar saja berselang sekitar dua menit sejak aku dan Cindy duduk, master of ceremony mulai berkicau di ikuti masuknya moderator yang aku tau adalah teman sekelasku, Angelina Erichia. Jangan tanyakan bagaimana otak dan wajahnya. Kombinasi yang mendekati hampir sempurna yang membuat perempuan lain akan insecure jika berdiri di sampingnya.

Sampailah saat Angelina membacakan biodata dari orang yang akan menyampaikan materi kali ini. Katanya orang itu adalah pengusaha muda yang sukses. Kemudian tersebutkan nama dari pemateri itu. Membuat ingatanku sejenak berputar ke beberapa bulan lalu.

"Let's welcome Edward Andrew McCharter as the speaker of the public lecture today" seru Angelina selaku moderator. Entah kenapa jantungku berdebar.

"Jadi inilah alasannya kenapa semua kursi terisi" bisik Cindy padaku.

"Benarkah? Bukannya tidak dipublish siapa pematerinya?" Tanyaku berbisik juga.

"Salah satu panitia ada yang bocorin. Jadi ya semua sudah pada tau. Makanya mereka semangat datang" jawab Cindy sebelum pria itu mulai berbicara.

Mungkin aku satu-satunya orang yang tak tau tentang siapa pemateri kali ini. Tapi tak mempengaruhi apapun juga. Sepuluh menit pertama mendengar pemaparan dari pria itu membuat hatiku bertanya. Mereka yang memenuhi auditorium ini memang ingin mendengar apa yang akan di sampaikan Mr. McCharter atau karena tampangnya yang sangat tampan? Entahlah. Tapi menurutku aku sangat suka dengan cara dia menyampaikan materi.

Trapped By A PervertWhere stories live. Discover now