EPISODE 24

8K 360 2
                                    

Yuk baca lagi jangan lupa vote yaaa
*
*

★★★

Kurang lebih sejauh 100 meter Abian menggendong Jihan, berulang kali teman temannya menawarkan untuk gantian tapi Abian menolaknya.

" Lo ngerasa aneh ga sih sama sikap Abian ke Jihan?" Tanya Zaky berbisik kepada Adam, mereka begitu dekat dengan Abian jadi tahu bagaimana Abian bersikap kepada perempuan, yang biasanya cuek dan tidak perduli mengapa berbeda kali ini.

" Sutt dia lagi baik ituhh" jelas Adam.

" Ga pegel tu tangan" kata Zaky heran.

Arcela menatap sinis ke arah Abian dan Jihan bagaimana tidak, ia melihat pemandangan buruk baginya.

" Ada hubungan apa sii mereka?" Tanya Raina dengan muka sinis juga.

" Ga tau tuh, lihat aja nanti lu Jihan" ucap Arcela kesal.

Saat sampai di bawah kaki gunung mereka segera ke posko dan membaringkan Jihan untuk memberi pertolongan pertama.

Membuka segala yang mengikat kencang dan memberi minyak kayu putih.

Akhirnya Jihan bangun, muka Jihan pucat pasi dan lemas tidak bertenaga.

" Alhamdulillah, lu ngapa pingsan woee" kata cinta mengguncang pelan bahu Jihan yang masih setengah sadar.

" Sabar kek, lu lihat dia Masi lemes tuh" senggol Adam.

Sambil menunggu Jihan lebih baikkan mereka beristirahat.

Melihat Jihan sudah membaik mereka segera pulang karena perjalan mereka jauh sekali agar segera beristirahat.

Jihan baring di pangkuan cinta memejamkan matanya tapi tidak tidur hanya terpejam saja.

" Lu kalau haus bilang ya" kata cinta khawatir.

Setelah sampai di rumah Jihan sudah lumayan fit dan sudah mampu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan badannya, melewati Bian tanpa ada pembicaraan satupun.

" Lah ga kebalik ya, kok malah dia yang marah" gumam Abian.

Saat Abian mandi ia lupa membawa bajunya alhasil ia keluar hanya berbalut Anduk, dan menampilkan perut roti sobeknya.

Jihan yang sedang duduk di kasur sambil memainkan handphonenya spontan menutup matanya.

" IHH NGAPA GA GANTI BAJU DI SANA SI!" teriak Jihan kesal.

" Gue lupa" dengan santainya ia berbicara.

Jihan keluar untuk memasak makan malam.

Tok
Tok
Tok

"Assalamualaikum" salam seseorang dari luar rumah.

Abian beranjak dari tempat tidurnya dan sedikit berlari untuk membukakan pintu.

" Iya wa'alaikum....sallam" jawab Abian terbata karena terkejut melihat apa yang ada di hadapannya.

" Benar rumahnya Abian?" Tanya laki laki paruh baya di hadapannya.

" I-iya benar pak, silahkan masuk dulu pak, ada apa ya?" Tanya Abian kembali.

Abian mempersilahkan masuk karena seperti ada pembicaraan penting yang membawa pria itu datang kerumahnya.

" Terimakasih, ada orang tuamu nak?" Tanya pria itu sopan.

" Kebetulan orang tua saya tinggal di Jakarta pak" jawab Abian.

Jihan yang mendengar ada seseorang datang ingin melihat siapa sebenarnya datang malam begini.

"Oo baikk, jadi gini nak saya dan istri ingin menyampaikan niat anak saya Arcela bahwa ia cinta pada Abian dan ingin menjadikan Abian pasangan hidupnya" jelas pria tersebut yang sontak membuat Abian membulatkan matanya begitu juga Jihan kaget mendengar dari dapur.

"(Astaghfirullah ni anak nekat bener)" gumam Abian dalam hati.

Arcela hanya menunduk sambil tersenyum lebar ia fikir Abian tidak mungkin menolaknya karena ia sudah membawa orang tua.

"(Jihan denger mampus dah gue)" gumam Abian.

" Emm maaf sebelumnya jika Abian tidak siap dengan pernikahan cepat sebaiknya kita tunangan dahulu" ucap papa Arcela yang melihat Abian terdiam tidak berkata apa-apa.

Abian begitu bingung di situasi ini ia harus merangkai kata yang membuat pihak Arcela tidak malu.

" Pak maaf sebelumnya...tapi..." Kata Abian terbata karena ini semua harus ia jelaskan sebelum terlalu menjadi jadi.

" Untuk urusan biaya biar saya saja yang menanggungnya" ucap papa Arcela yakin.

" Emm begini pak maaf sekali ya sebelumnya...tetapi sayaa..." Jawab Abian menggantung yang membuat Arcela membulatkan matanya.

"(Ah pasti mau lah dia)" gumam Arcela percaya diri.

" Kenapa nak?" Tanya ibu Arcela.

Jihan hanya terdiam di dapur sambil terus memantau percakapan Abian dan tamu tidak diundang itu.

"Saya...sudah menikah pak" jelas Abian menatap seluruh tamunya.

"APAAA!!" teriak Arcela kaget membendung air matanya.

" Hahahah anak ini lucu sekali becandanya" kata papa Arcela tidak percaya.

" Tidak pak saya serius" kata Abian menekan kata katanya tegas.

Seketika mereka saling bertatapan satu sama lain, mata mereka Seolah olah tidak percaya apa yang di katakan Abian.

" Boleh panggilkan istrimu nak?" Tanya ibu Arcela sopan.

" Boleh, sebentar ya pak Bu" kata Abian berdiri hendak memanggil Jihan.

Abian kembali duduk mendahului Jihan yang masih di dapur.

Saat Jihan keluar dengan percaya diri dan duduk di samping Abian.

" Siapa namanya nak?" Tanya papa Arcela.

" Kenalin pak istri saya Jihan" kata Abian memperkenalkan Jihan.

Arcela menatap kaget, marah, heran, tidak percaya menjadi satu dan berkecamuk di pikirannya.

" Maaf sebelumnya pak" kata Abian.

" Tidak perlu nak, kami yang minta maaf kepada kalian" kata papa Arcela tidak enak.

" saya ambilkan minum dahulu ya pak" kata Jihan berjalan ke dapur.

Arcela sudah tidak kuasa menahan air matanya.

" Bian Lo kok ga bilang!" Kata Arcela dengan suara tangisan kecilnya.

" Kami memang merahasiakan ini cel" jelas Abian membuat Arcela mengerti.

Suasana yang harusnya menyenangkan, bahagia dengan sesuai ekspektasi Arcela malah terbalik tidak sesuai direncanakan.

Jihan datang membawa teh hangat beserta cake pandan yang ia buat.

***
Sampai sini dulu yaa
Besok lagii
***
Kalau ramee bakalan cepet up yaa
Bye bye


ETERNALLY BELOVED  Where stories live. Discover now