bagian lima belas

Start from the beginning
                                    

Ia hanya menelan ludah susah payah tanpa menukas apapun lagi. Sebab, Jiyeon ingin menyingkirkan asumsi-asumsi buruk yang menyapa benak. Alangkah baik jika ia tidak menciptakan spekulasi-spekulasi negatif terlebih dahulu jika ingin memperbaiki hubungan mereka yang mengendur.

***

Berbagai alasan Jiyeon coba bangun dalam pikirannya saat menemukan presensi Jungkook sedang makan bersama di dalam restoran mewah yang menjadi tempat tujuannya dengan Seulhee. Restoran itu hanya dilapisi pembatas kaca bening yang menjadi dindingnya.

Dari tempat ia masuk ke dalam halaman parkiran mobil, Jiyeon tidak bisa menutupi pandangannya untuk terpusat ke arah mereka berdua yang tampak santai.

Walau Jungkook terlihat acuh disana, tapi lihatlah figur Yumi yang mencari-cari celah untuk mendapatkan perhatian prianya. Sial. Tangan Jiyeon dengan kuat meremat setiran mobil disertai geliginya yang menggerit. Mesin mobilnya sudah mati sedari beberapa sekon lalu mereka sampai, niatnya ingin memarkirkan mobil harus urung seketika saat pemandangan menyayat hati itu membuatnya tergelonjak.

Pun Seulhee ikut geram. Lantas menepuk lengan Jiyeon yang tercenung dengan tatapan yang memaku ke arah pusat yang menjadi perhatian mereka.

"Datangi sana! Dan usir jalang itu!"

Jiyeon hanya diam. Lalu irisnya bergerak kembali untuk menatap postur tubuh Jungkook yang duduk disana sembari menyuap dan satu tangannya yang lain sibuk dengan ponsel—tampaknya urusan pekerjaan atau—

Kendati prianya teramat jelas apatis dengan kehadiran Yumi yang berupaya menarik perhatian lewat gerak-geriknya, Jiyeon tidak dapat memungkiri rasa cemburu itu tetap ada.

Lantas setelah menarik keputusan dengan cepat, Jiyeon menyalakan deru mesin mobil. Sontak membuat Seulhee menoleh frustasi.

"Apa yang kau lakukan?" tanyanya rendah. "Kau berniat untuk—"

"Kita cari tempat makan lain."

"A-apa?!" Maka, Seulhee tidak perlu menahan aksn suaranya menjadi terpekik. "Kau gila, Ji?! Kau akan membiarkan mereka berdua begitu saja?! Padahal kita hanya sejengkal berada di depan mata keduanya, ini saatnya kau beraksi dan—"

"Itu hanya membuang-buang waktu, Ahn Seulhee," sela Jiyeon cepat. Ia menoleh menghadap sumber suara bertepatan saat mesin mobil sudah menyala. "Tidak ada gunanya jika kita menghampiri mereka disana. Kita biarkan saja," tukasnya setenang permukaan air danau.

Cara pandang Jiyeon yang tidak habis pikir membuat Seulhee hanya menghela napas kasar. Duduknya yang tegap berubah merosot dan ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi mobil. Matanya terpaku menatap dua insan yang sekarang terlihat sedang berbincang dengan lagak Yumi yang jauh lebih aktif.

Tentu. Tentu saja. Sebab itu adalah keinginannya.

Saat mereka terdiam dengan Jiyeon yang berusaha memundurkan mobilnya, tatapan mata itu seperti menyadari bahwa ia sedang diawasi. Pun Jungkook berhasil melakukan kontak lensa dengan Jiyeon yang total terhenyak hebat. Degup jantungnya berpacu diluar kendali kala pria itu beranjak dari duduknya. Disusul dengan Yumi yang turut menoleh setelah itu.

"Fuck!" desis Jiyeon.

"What the hell are you doing?! Hurry up, Jiyeon! Jangan biarkan dia menemuimu," sentak Seulhee yang panik.

Ia tergesa-gesa menggerakkan setir kemudi, tapi langkah kaki Jungkook lebih gesit dari biasanya. Pemuda Shin itu bahkan sudah di depan mobil mereka dan semua pergerakan Jiyeon spontan terhenti saat netranya dan sang kekasih bersirobok.

"Sial!" umpat Seulhee sambil memukul kaca mobil. Perempuan Jung itu menghela napas sebal dan menatap Jiyeon lewat lirikan tajam. "Aku tidak ingin terjebak dalam drama kalian," bisiknya.

ᴇʟᴇᴜᴛʜᴇʀᴏᴍᴀɴɪᴀ [M] ✓Where stories live. Discover now