Kintan menggeleng, “Kakak sama suami enggak tinggal menetap disini. Cuma dari dulu itu kakak kepengen banget buat lahiran di negara ini. Karena Italia itu tempat kakak pertama kali ketemu sama suami kakak.”

“Suami kakak orang Italia?”

Kintan lagi-lagi menggeleng, “Bukan. Suami kakak orang bandung, tapi kerja disini. Kakak waktu itu lagi study disini, ketemulah sama suami kakak, terus akhirnya nikah. Pas hamil, kakak udah kekeuh banget kalau mau lahiran disini. Tapi pas udah satu tahun umur anak kakak, kami rencananya mau pulang ke Indonesia lagi.”

Mirele tersenyum mendengarnya, “Semoga lahirannya lancar ya Kak,”

“Amin, terimakasih banyak ya.” Jawab Kintan. “Kamu sendiri, udah lama dirawat disini?”

“Baru sehari kak.”

“Kalau kakak boleh tau, Mirele sakit apa?” Kintan bertanya hati-hati.

“Kanker paru-paru Kak,”

Mendengar jawaban Mirele, raut Kintan langsung berubah. Kintan sontak menatap lurus ke arah Mirele. Dia tertegun mendengarnya. Kintan bahkan baru sadar jika sejak tadi Mirele memakai penutup kepala berupa topi beanie.

“Sudah berapa lama?”

“Setahun lebih mungkin Kak, saat itu aku masih SMP.”

Mirele dibuat terkejut dengan Kintan yang tiba-tiba memeluknya. Beberapa saat Kintan hanya diam sambil memeluk Mirele, sebelum akhirnya dia mengurai pelukan itu. “Kakak gak tau harus ngomong apa. Yang cuma bisa kakak lakuin doa dan support kamu biar cepat sembuh ya, Mirele.”

“Terimakasih, kak.”

Kintan mengelus kembali perut besarnya yang kembali merasakan keram.

“Kak Kintan, gapapa?”

Kintan menggeleng, “Kalau kakak izin pake nama kamu buat nama calon anak kakak, kamu keberatan?”

“Nama Mirele?”

Kintan mengangguk, “Nama kamu ada unsur italia-nya, nama yang cantik, kakak berharap calon anak kakak kelak bisa secantik, sebaik, dan setengar kamu.” Kintan mengelus perutnya kembali, seperti tengah mengirimkan doa-doa baik kepada calon buah hatinya.

“Aku seneng kalau memang kakak mau kasih nama yang sama untuk dede bayinya.” Ujar Mirele.

Kintan tersenyum, “Nama panjang kamu siapa?”

“Mirele Lucrezia, mungkin lebih tepatnya Aydhia Mirele Lucrezia. Kakek dan Mami yang kasih nama itu,”

“Indahnya. Nanti pas kakak lahiran, kita rayain birthday kamu dan baby sama-sama ya,” Kata Kintan yang diangguki Mirele.

***

18 March 2022.
Jakarta, Indonesia.

Laki-laki itu turun dari mobilnya dengan sebucket bunga Mawar putih yang dibawanya. Galen melepas kacamata hitamnya, berjongkok didepan pusara bertuliskan nama orang yang masih begitu berperan besar di dalam hatinya hingga detik ini.

Mirélen [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora