28. Wound

5.6K 818 63
                                    

Mirelen[part 28]

••

Mendengar kabar cucunya dirawat karena mencoba mencelakakan dirinya sendiri melalui anak buahnya, Abraham Yudhatama tidak tinggal diam. Pria tua itu langsung bergegas untuk pergi ke rumah sakit tempat cucunya di rawat.

Mata tua itu berkilat marah, dia tau siapa dalang dibalik tindakan nekat cucunya. Dan dia tidak akan pernah sudi mengakui orang itu anaknya sendiri.

“Selalu bikin masalah. Yoga memang tidak akan pernah sadar! Apa perlu saya buat dia bangkrut aja sekalian?” Tangannya mencengkram tongkatnya kasar.

“Pak, kondisi terkini nona Mirele sudah membaik. Tidak ada luka serius atas tindakannya. Silet itu tidak sampai memutus urat nadi nona Mirele, hanya saja nona Mirele kehilangan banyak darah.”

Abraham mengangguk mengerti, orang yang merupakan tangan kanannya itu kembali menghadap depan setelah memberitahu informasi itu kepadanya.

“Sepertinya saya memang harus benar-benar melengserkan dia dari jabatannya mulai sekarang. Biar dia tau apa akibatnya main-main dengan saya.”

***

Kedua mata itu terbuka secara perlahan, tatapan sayu itu mencoba untuk menyesuaikan cahaya yang menerobos masuk ke matanya. Mirele menatap sekitar, pandangannya menatap keseluruhan ruangan yang didominasi berwarna putih tersebut.

Tangannya terangkat, Mirele merasakan sakit di kepalanya tiba-tiba menyerang kala dirinya hendak bangun dari tidurnya.

“Shhh,” Gadis itu beralih melirik tangannya yang diperban sekaligus tertancap infus itu.

“Gue baik-baik aja?”

Nadanya terdengar tidak senang. Mirele memperhatikan ke arah tubuhnya yang dibalut pakaian medis lalu kembali memandang ke sekitar.

Pintu tiba-tiba terbuka. Mirele sedikit tersentak karena melamun tadi. Netranya bertubrukan dengan beberapa pasang mata yang menatapnya lekat dari tempat mereka berdiri.

“El.”

Ralin tersenyum berangsur mendekati Mirele yang hanya diam melihatnya. Gadis itu memeluk tubuh sahabatnya erat. Mirele kaku, tidak tau harus merespon apa.

“El, gue seneng banget akhirnya lo sadar.”

Matanya tiba-tiba saja bertubrukan dengan mata tajam milik Galen. Tatapan cowok itu terlihat berbeda dari biasanya, Galen terlihat dingin, dan dengan cepat Mirele memutus kontak mata itu.

“G-gue gapapa.”

“Lo bakalan kenapa-napa kalau kita telat bawa lo kesini. El, apa yang ada di fikiran lo sampai lo berniat nyelakai diri sendiri?”

Mirele beralih menatap Fazan. Setelah mengucapkan itu, Fazan menghela nafasnya sejenak. “Maaf, gue-”

“Tinggalin gue sendiri.”

Semuanya terdiam, menatap Mirele dalam waktu yang sama. “Oke.” Putus Ralin yang ada di samping Mirele.

“Tapi jangan ngelakuin hal aneh lagi. Kalau perlu bantuan, panggil aja kita.”

Mirélen [END]Where stories live. Discover now