44.

3.9K 549 41
                                    

Mirélen [Part 44]

Galen ulang tahun. Dan Mirele tidak tahu akan hal tersebut jika saja Ralin tidak mengiriminya sebuah screenshot insta story dari Aruna dimana kakak kelasnya itu tengah memberikan kejutan untuk Galen.

Mirele membuka ponsel, terkejut melihat pesan yang dikirimkan oleh maminya beberapa jam yang lalu. Sudut bibirnya tertarik ketika membaca pesan itu.

Dengan cepat pula Mirele bergegas mengganti pakaiannya. Saat ini waktu menunjukkan pukul tiga sore. Rencananya, Mirele ingin membelikan Galen sebuah hadiah dulu, setelah itu baru langsung menuju apartement maminya.

Mirele memesan taksi online. Yudhatama mengizinkan, untuk saja kakek dari Mirele itu tidak melarangnya pergi dan menyuruh Mirele pergi bersama para bodyguard lagi.

Dan Setibanya Mirele di sebuah toko jam, gadis itu turun dari taksi, masuk ke dalam toko yang dimana sudah ada Ralin yang menunggunya di sana. “Maaf lama,”

Ralin hanya berdehem singkat, “Jam keluaran terbaru atau jam yang lama tapi mehong?”

Mirele memperhatikan jam-jam yang menarik perhatiannya sejak tadi, “Menurut lo, jam mana yang cocok buat kak Galen?”

Ralin juga tengah berfikir. “Kak Galen 'kan sering tuh pake jam. Gue liat-liat jamnya kayanya gak jauh-jauh dari yang warnanya hitam 'kan. Gimana kalau kita beli warna lain?”

“Pink maksud lo?” Tebak Mirele.

“Ya kagak pink juga dongo. Lo ngasi ke dia ya justru lo yang dikasih balik lah.”

“Gue juga mana mau. Gue kan juga gak suka pink.”

Mendengar itu Ralin mengembangkan senyum sambil menjentikkan jari, “Yaa kalau gitu langsung meluncur ke gue sih El, 'kan gue suka pink.”

Mirele bodo amat. Gadis itu memperhatikan dengan seksama beberapa jam yang mungkin berpotensi akan disukai oleh Galen. “Yang ini deh, boleh saya liat mbak?” Tanya Mirele kepada karyawan toko.

“Boleh mbak. Silahkan,”

***

Mirele masuk ke dalam apartment maminya yang tampak sedikit lebih terasa penghuninya sekarang. Gadis berhoodie ungu itu menyambut pelukan Arina ketika telah sepenuhnya masuk ke dalam kamar mamanya.

“Mami udah masak banyak. El mau makan?“

Tanpa ragu Mirele mengangguk. Arina mwnuntun Mirele menuju meja makan, memperlakukan anaknya layaknya benda yang jika tersenggol sedikit benda saja akan lecet. Mirele yang merasa sedikit aneh dengan sikap maminya menatap sebentar wajah yang masih tampak muda itu dengan seksama. “Mi?” Panggilannya.

“Hm? El mau apa lagi selain ini? Biar Mami masakin,”

Mirele memandang piringnya yang sudah penuh terisi nasi dan lauk. “Ini udah cukup kok mi, El cuma mau manggil aja tadi,”

Arina tersenyum dan mengangguk. Wanita itu duduk di hadapan Mirele, memasukkan beberapa lauk ke piringnya tapi tak sebanyak piring Mirele juga. Keduanya makan dengan khitmat. Sesekali Arina menanyakan Mirele di tengah-tengah suasana.

“El tadi bawa paperbag toko jam ya sayang? El beli jam baru?”

Mirele menggeleng, “Bukan El mi. Itu jam buat temen El.”

Mirélen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang