"Oh, maaf, apa aku menabrak mu?" balasnya sarkastik

"Ya, kau menabrak ku," balasku "mungkin kau juga mati rasa," lanjut ku kembali menyindir

"New Yorker bitch!" gumamnya berjalan pergi

"Excuse me?" ucap ku "katakan itu lagi!"

Pria ini sepertinya tidak memiliki sopan santun, tidak hanya ia menabrak ku telak, dia juga tidak meminta maaf akan itu, lalu ia melanjutkannya dengan mengataiku 'New Yorker bitch'?

"Kau mendengar ku," balasnya

"Aku mencoba untuk tidak tersinggung, sayangnya tidak bisa," ucap ku, "apa masalah mu? Apa sesusah itu meminta maaf? Pernahkah orang tua mu mengajarkan meminta maaf itu baik?" lanjutku

"Dengar, lady, kau membuang waktu ku yang sangat sempit, aku tidak akan meminta maaf karena aku tidak salah, kau berdiri di depan pintu yang tidak seharusnya kau tutupi, jadi kau diam saja dan pikirkan kesalahan mu itu!" balasnya ketus

"Ternyata model bisa stress juga," gumam ku tertawa dan berjalan pergi dengan santai

"Aku tidak stress!" sahutnya

"Dan aku bukan New Yorker!" balas ku menyahut santai

Hanya karena aku ada di New York dan terlihat rapih bukan berarti aku New Yorker, aku memang selalu ingin menjadi salah satu dari mereka, karena kesuksesan mereka terlihat datang dengan mudah, tapi aku mendengar mereka itu kebanyakan tidak punya kehidupan, yang mereka lakukan hanya bekerja, walaupun saat itu adalah hari libur. New Yorker wanita kebanyakan berakhir menikah dengan pekerjaannya, tidak memiliki anak dan mengecewakan keluarga seberapa pun suksesnya dia dalam pekerjaannya. Setiap orang tua memiliki standar mereka, dan sebuah kepastian mereka menginginkan keturunan generasi yang lebih panjang daripada hanya sampai di anaknya, bersyukur kalau mereka mempunyai lebih dari 1 anak dan setidaknya ada satu yang cukup waras.

Setelah beberapa saat berjalan tanpa tujuan spesifik, EO tadi kembali muncul, aku tidak tahu kenapa ia bersikap sungguh baik hati pada ku, ia menawarkan ku tiket lain untuk show mode wanita yang diadakan keesokan harinya. Apa tepatnya keuntungan baginya memberikan ku tiket gratis seperti itu? Walaupun aku sudah berencana untuk menolak, tapi aku tidak tega entah kenapa. Mungkin karena dia bersikap sangat ramah pada ku?

Merasa puas, aku kembali ke area umum, dalam sesaat, aku menemukan kedua pendamping ku di kursi pinggir runway, mereka menontoni para pria yang berjalan bolak-balik di panggung, menampilkan berbagai macam rancangan designer yang kalau diperhatian sekilas akan terlihat sama semua. Aku bergabung dengan mereka, menduduki kursi di baris kedua, tepat di sisi Thea ada kursi yang kosong, ku rasa itu tempat ku. Aku mengambil goodybag yang ditaruh di kursinya, menyapa santai Mia dan Thea sebelum menduduki tempat ku. Kau tahu, cukup menarik juga menonton rancangan yang belum terlihat di pasaran sama sekali, ku rasa ide bagus juga aku memiliki tiket untuk besok. Oh, aku bahkan tidak tahu nama si EO tadi, apa di booklet ada namanya? Sayangnya tidak ada, tapi mungkin di susunan acara ada namanya.

Aku melihat si pria kurang ajar yang menabrak ku tadi berjalan di runway, dan untuk sepersekian detik mata kita saling bertemu. Kenapa pria tampan dan menarik sepertinya harus memiliki sifat yang tidak mudah untuk disukai? Apa menurut mereka sesuatu yang seperti itu membuat para lawan jenis menjadi semakin tertarik? Tapi sejak kapan ada pria paket lengkap? Tampan dan menarik, lalu memiliki sifat yang dapat ditoleransi dengan mudah. Yeah, itu hanya mimpi. Kenapa jaman sekarang susah sekali ada pria sejati seperti itu? Sangat mengecewakan.

"Hey lady who's not a New Yorker!" panggil si pria kurang ajar saat aku sedang menanti Mia dan Thea yang sedang berdiskusi dengan seseorang tentang barang yang akan mereka pesan

Love Me Not.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang