38

33 4 0
                                    

Aku beritahu saja sebelumnya, ini akan menjadi mimpi terakhir yang Lander bintangi, karena entah untuk alasan apa, mini Ali tidak lagi mendatangi Lander yang setia menunggunya, yang jujur saja cukup menyedihkan, tapi aku tidak bisa mengontrolnya, siapa yang bisa pula? Sebelumnya, aku melihat cerita mereka berlanjut, tapi yang mereka lakukan hanya bicara, bicara, dan bicara. Cukup manis sebenarnya Lander mau mendengarkan ocehan gadis 13 tahun yang awalnya sangat ia benci, memberinya nasihat dan memberikannya sesuatu untuk ditertawakan walaupun masa mini Ali saat itu sangat suram.

Semua tempat terjadi mimpinya selalu sama, kita akan ada di ruangan putih dengan 1 meja dan 2 kursi yang selalu muncul setelah Lander dan mini Ali bertemu. Sampai suatu hari, di mimpi terakhir ini, semuanya berubah, kita tidak lagi di ruangan putih itu lagi, kita ada di tengah kota, benar-benar di tengah di antara dua kota, saat aku melihat ke kanan, aku melihat kota Jakarta dan segala masalahnya, saat melihat ke kiri, aku melihat Connecticut, New Haven tepatnya. Aku melihat mini Ali berdiri di kanan ku dan Lander di kiri ku.

Aku bergerak sedikit dan BAAM! Yang bisa ku lihat hanya kegelapan, tidak bisa melihat apapun, meraba-raba tidak menemukan sesuatu yang nyata, aku tidak bisa berjalan kemanapun, aku terlalu takut untuk melangkah, bagaimana kalau di depan ku saat ini adalah sebuah jurang dengan binatang buas yang lapar di dasarnya? Walaupun ini cuma mimpi, aku tidak akan mengambil resikonya.

Aku terus mengedipkan mataku, mencoba menangkap cahaya sebanyak mungkin, tapi itu mustahil, karena disini setitik pixel cahaya pun tidak ada, tapi aku tetap gigih mencobanya. Setelah lama, tindakan ku ini membuahkan hasil, walaupun sangat-sangat-sangat bukan yang ku harapkan. Aku menemukan diri ku ada di basement—yang omong-omong sangat aneh untuk orang di indonesia miliki—tempat Riki menyekap ku, semuanya persis seperti yang ku ingat, sampai ke detailnya, tidak ada jendela ataupun jam.

"Selamat pagi, sayang," ucap Riki memasukan cahaya saat ia membuka pintu, "tidak mau kau kelaparan bukan?" lanjutnya menaruh sarapan di hadapan ku, oops, mini Ali maksud ku

Seperti yang aku ingat, ia selalu menunggu ku menyelesaikan makan, menonton ku seperti aku ini semacam hiburan. Sungguh aku serba salah, cepat-cepat menyelesaikan berarti aku akan mendapat hal selanjutnya lebih lama, menyelesaikan lambat-lambat akan membuat Riki menatap ku lebih lama dan akan menghukumku dengan memberikan 2 kali lipat hal selanjutnya daripada yang normal. Aku sudah mencoba kedua opsinya dan sudah jelas juga keduanya tidak membuat ku sangat berantusias menantinya.

Dia suka menyentuh, walaupun memang ia tidak melakukan kau-tahu-apa padaku, dia tidak pernah benar-benar melakukannya, yang ia lakukan hanya menyentuh ku dengan cara yang sangat tidak benar dan memaksa ku menontonnya melakukan kau-tahu-apa—lebih sering yang pertama sebenarnya, tapi walaupun begitu, pada akhirnya tetap sama—aku baru 12 tahun demi tuhan! Pria ini benar-benr iblis. Orang gila macam apa yang melakukan hal ini pada gadis yang bahkan belum dewasa? Aku bahkan tidak yakin ia seorang manusia dengan akal sehat, tapi apapun dia, dia sangat cocok menjadi penghuni neraka. Bahkan iblis sialan pun kalah dibandingkan dengannya.

Kenapa otak ku membuat ku kembali menjalani hal ini? Tidak bisakah kita mengunjungi tempat yang lebih asik? Seperti tempat Lander, aku sudah tahu yang ini, sementara tempat Lander belum, kenapa aku tidak dibawa ke dunia Lander saja? Dengan begitu aku tidak perlu lagi menyaksikan adegan buruk ini di depan mataku dan disaat yang sama bisa menemukan siapa sebenarnya Landerson itu.

Untuk entah alasan apa, aku bisa merasakan apa yang mini Ali rasakan seperti hal itu terjadi langsung pada ku, aku merasakan sentuhan tangan kasar Riki menyentuh lengan ku sebelum ditariknya untuk diikat di berbagai macam tempat yang berbeda setiap kalinya, kali ini, yang membuat sangat spesifik akan waktu kapan terjadinya, ia mengikat tangan ku—mini Ali, aku hanya merasakan dan menyaksikan—ke pipa yang terletak di atas kepala ku. Kenapa harus adegan yang terburuk dari semua yang harus otak ku reka ulang? Oh, hampir lupa, Riki selalu membuatku lemas tak berdaya dengan menyuntikan dosis kecil entah apa pada ku dan menaruhnya di makanan yang ia berikan pada ku, hanya agar aku tidak melawan balik, seperti aku bisa saja melawannya saat itu.

Love Me Not.Where stories live. Discover now