Rambut merah, coklat, pirang, keemasan, hitam, bahkan warna konyol sekalipun, ada banyak sekali variasinya. Oh, aku harus berhenti memuja mereka seolah mereka itu dewa, mereka bukan dewa, mereka hanya sekumpulan orang yang kebetulan memiliki keberuntungan untuk mempunyai tubuh yang luar biasa seperti di photoshop.

"Bisa kau bantu aku dengan—"

"Aku bukan crew," potong ku cepat

"Oh, kau bukan? Maafkan aku," ucapnya melepas tangan ku dan tersenyum. Dia bercanda kan? "Tunggu, jika kau bukan crew, lalu siapa kau?" ucapnya kembali mencengkram tangan ku

"Tamu," balasku singkat

"Kau memiliki pass ini, kau yakin hanya seorang tamu? Mereka tidak ke belakang sini biasanya," ucapnya menatapku curiga tapi tetap tersenyum

Aku melihat sekitar, menyadari kalau tidak hanya ada sepasang mata menatapku, tapi setidaknya 9 pasang mata lainnya, 5 diantaranya menatapku melalui pantulan cermin. Apa aku dalam masalah? Mereka mencurigai ku semacam mencuri pass atau sesuatu?

"Maksud ku, apa kau yakin kau tidak salah tempat?" tanyanya lagi. Okay, sekarang aku bingung apa yang ia tuduhkan pada ku

"Jangan ganggu wanita ini, Taylor," ucap seorang pria lain yang datang setelah memukul santai belakang kepala si Taylor ini

"Dude, kenapa kau menjadi cockblocker?" ucap si Taylor melepas tangan ku dan berdiri menatap si pria yang baru datang ini

"Mendapatkan wanita sepertinya tidak akan berhasil dengan cara mu," balas si pria yang baru datang ini

"Uh, aku masih di sini dan bisa mendengar kalian," ucapku melambaikan tangan ku

"Siapa nama mu, beautiful?" tanya si pria baru datang

"Ali," ucap ku setelah tertawa santai

"Apa kau model Ali?" tanya lagi

"Kau semacam talent scout?" ucap ku tahu kalau jawabannya adalah bukan, "kau belum menyebutkan nama mu," lanjut ku setelah mendapat reaksi senyuman dari pertanyaan ku sebelumnya

"Erick," balasnya tersenyum.

Sungguh aku sedikit kecewa, kenapa yang menyapa ku tidak ada yang sekeren pria yang ku lihat saat aku baru masuk tadi? Mereka terlalu standar, dan kalau dibandingkan dengan Kei, suami saat ini ku masih jauh lebih menarik. Tapi kalau dipikir lagi, Kei memang menaruh standar terlalu tinggi dari awalnya, mungkin kalau ia bukan athlete, ia akan menjadi model, seperti Visha.

"Kau model bukan?" tanya ku dan dia mengangguk santai, "apa dua baju terakhir mu nyaman?" lanjut ku random

"Kenapa kau bertanya?" tanyanya tertarik

"Aku sedang berpikir untuk menghadiahi teman ku salah satunya," ucap ku, "kau pikir ia akan menyukainya?" lanjut ku. Ku akui ini sedikit terasa aneh aku berdiri disini berbicara dengan seorang model seperti Erick.

"Apa yang aku pakai pasti disukai semua orang," ucapnya

"Thanks," ucapku berbalik berjalan pergi

Aku tidak bisa menemukan si EO tadi, sepertinya ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya, jelas tidak punya waktu untuk memberikan ku tour yang lain selain tempat bersiap para modelnya, tapi aku lihat memang sepertinya hanya itu saja yang menarik, yang lainnya tidak begitu, hanya peralatan saja. Omong-omong di mana Mia dan Thea? Jangan bilang aku sekali lagi ditinggalkan di luar kota, sangat tidak lucu. Ugh, dima—

Mari membicarakan klise.

"Kau bisu, buta atau hanya tidak memiliki sopan santun?" sindir ku pada tubuh yang menabrak ku telak

Love Me Not.Where stories live. Discover now