"Calista, apa kau melacak melacak hp?" Tanyaku tanpa halo, polisi terlalu lama

"Ali, ini jam 1 pagi!" ucapnya serak

"Ada yang menculik Kei," ucapku singkat

"Perasaan hidup mu asik sekali," ucapnya tertawa, "tapi ya, aku bisa mencoba," lanjutnya masih sisa tertawa, "tapi tunggu sebentar, biar ku nyalakan laptop ku dulu," lalu sepi beberapa saat, kemudian, ia kembali bicara, "berapa nomernya?" aku menyebutkan nomer Kei, yang aku hafal di luar kepala untuk sebuah alasan, "tracking... wow, kau sedang di Paris?" lalu tersadar, "atau hanya suami mu saja?"

"Ya, perayaan 2 tahun tertunda," ucapku entah kenapa berbohong, "jadi, dimana dia?" lanjutku

"34 Rue Marbeuf," jawabnya, "Ali, kau tak akan pergi ke sana seorang diri bukan?" ucap Calista terdengar khawatir

"Aku akan membawa polisi," ucapku yakin

"Hati-hati, Ali, disana rentan penculikan, suami mu saja bisa diculik," ucapnya sedikit berusaha menyembunyikan tawanya

"Terima kasih untuk bantuannya," ucapku mematikan sambungan.

Alamat yang Calista berikan ternyata sebuah kelab malam yang sangat ramai. Bagaimana aku bisa masuk? Aku bahkan tidak berpakaian untuk tempat ini. Apa Kei benar-benar dalam masalah? Kenapa ada seseorang yang menculik seseorang dan pergi ke kelab setelahnya? Aku jadi ragu tentang kebenarannya, tapi aku akan mengambil kemungkinannya

Sedang tengah mengantri menunggu giliran masuk, aku merasa HP ku bergetar. Berpikir kalau ini Fadhil lagi, aku segera mengangkatnya

"Halo?"

"Ali?" tapi ternyata seorang wanita yang berada di seberang sambungan

"Maaf, ini siapa ya?" Tanyaku ragu

"Stefana," balasnya

"Oh, hai. Ada yang bisa ku bantu?" balasku berusaha santai. Bagaimana ia mendapat nomer ku?

"Aku sedang berusaha menghubungi Kei, tapi sepertinya tidak masuk, kau tahu dimana dia?" Apa ia tahu kalau aku juga sedang mencarinya juga? Tentu saja ia tidak tahu, bagaimana bisa ia tahu?

"Tidak, aku tidak melihatnya sejak beberapa jam yang lalu," kebohongan total! "Ada yang bisa aku sampaikan padanya saat aku bertemu dengannya nanti?" lanjut ku entah bagaimana bisa terdengar begitu tenang dan meyakinkan

"Tidak usah, aku sampaikan saja nanti sendiri," balasnya pelan, "maaf menelpon malam-malam."

"Tidak apa," balasku sebelum ia menutup telepon.

Antrian sangat panjang, aku sudah khawatir Kei telah dibawa pergi. Apa Stefana tahu? Apa itu alasan dia menelepon ku? Oh, aku merasa sedang dalam masalah dengan keluarga misterius Kei, aku membiarkan anak mereka diculik! Ini sungguh tidak ada dalam rencana.

Aku tidak tahu kenapa bouncer membiarkan aku masuk, padahal aku melihat 2 orang wanita di depan ku, 2 orang dengan pakaian yang lebih glamor dari ku ditolak masuk. Well, mungkin aku hanya beruntung, antara itu, atau aku sudah ditunggu di dalam oleh siapapun otak penculikan ini.

Secara umum, tempat ini terlihat gelap, tapi lampu sorot cukup menerangi. Seolah memang ditunjukan padaku, lampu itu berhenti tepat di booth yang berisi Kei dengan kantong es yang ditahannya wajah. Kurasa dia memang tidak diculik sepenuhnya ya?

"Hai, kau sendirian?" ucap ku menyapanya sambil tersenyum

"Ali, kenapa kau ada disini?" ucapnya terlihat terkejut

"Aku ingin tahu mengapa pria yang ku kenal di Jakarta menculik mu," balas ku mendudukkan diri disisinya, "tidak kah kau pikir itu aneh jika kau ada di posisi ku?" tanya ku santai

Love Me Not.Where stories live. Discover now