Aku tahu cara yang lebih cepat untuk menyelesaikan ini semua. Mari kita pergi menuju kedutaan Amerika Serikat, karena technically, aku adalah permanent resident AS yang diperlakukan salah oleh penegak hukum lokal, dan aku punya hak untuk berkeberatan. Ini tidak benar, benar-benar tidak benar.

Di kedutaan, setelah aku menceritakan masalah ku dengan penegakkan hukum yang baru saja ku jalani, mereka melakukan sesuatu yang aku tidak tahu jelas apa, tapi di akhirnya, apa yang aku inginkan tercapai, aku dibebaskan dari tuduhan pelangaran dan akan mendapatkan SIM ku kembali besok alih-alih 1 minggu kemudian. Oh, luar biasa, ini baru yang namanya adil.

**

Aku tidak tahu apa yang aku lakukan disini. Berada di mall, saat tengah hari. Sendirian, seperti wanita tak laku. Ini bukan Amerika di mana akan ada pria yang cukup aneh untuk tiba-tiba duduk di hadapan mu, mengenalkan diri, menawarkan untuk mentraktir mu, dan mengajak mu kencan di kemudian harinya. Ini indonesia, dimana semua orang sibuk dengan urusan masing-masing untuk bahkan peduli dengan sekitarnya kecuali saat ada sesuatu yang brutal terjadi. Jadi kenapa tepatnya aku bahkan ada disini?

"Mas, minta billnya ya," ucap ku pada pelayan yang melewati meja ku.

Entah kenapa, si pelayan tersenyum ke arah ku. Kenapa ia terseyum?

Lalu pertanyaan ku terjawab saat sang pelayan menjelasakan, "sudah dibayar kak tagihannya,"

"Bagaimana?" ucapku memastikan aku tidak salah dengar

"Tagihan kakak sudah dibayar," ulang si pelayan

"Sama siapa?" Tanyaku polos

"Mas yang disana, kak," ucap si pelayan menunjuk seorang pria di meja bar dengan kemeja kerja dan celana linen

"Oh," gumam ku dan si pelayan pergi.

Okay, mungkin di Indonesia ada juga pria yang cukup aneh untuk membayar tagihan wanita yang tak dikenalnya. Dia kemungkian menonton terlalu banyak film chick flick dengan pacarnya, tapi karena aku penasaran dengan pria itu, aku pun mendatangi dirinya, sekalian berterima kasih dan membayarnya kembali.

"Thanks," ucapku dari samping kirinya.

Ia menoleh dan tersenyum, "sama-sama."

Sudah sangat jelas ia menanti ku untuk mendatanginya. Aku hanya berharap ia tidak menginginkan macam-macam karena merasa sudah membayar tagihan ku jadi sekarang aku berhutang padanya.

"Aku tidak tahu kau, kenapa kau membayar tagihan ku?" tanyaku sambil mengeluarkan dompet ku.

"Untuk membuat mu berbicara pada ku," ucapnya santai

Lihat? Dugaan ku tepat sasaran!

"Well, trik yang bagus, tapi aku tidak menerima amal," ucap ku mengeluarkan Rp100.000, "terima kasih sudah mencoba!" lanjut ku sambil meletakan uang tersebut di meja

"Hey, tidak menginginkan uang mu," ucapnya mendorong uang ku kembali, "tapi aku memang menginginkan kau menemaniku," lanjutnya menggoda ku

"Dude, not an escort!" ucap ku setengah tersinggung

"Tentu saja kau bukan, kau terlalu berkelas," ucapnya tersenyum menggoda, "aku Fadhil," lanjutnya mengulurkan tangannya

"Aku tidak akan memberitahu mu nama ku," ucapku, "goodbye," lanjut ku tak menyentuh kembali uang ku dan melangkah pergi

Tapi sepertinya pria ini tidak mudah disingkirkan. Apa kau percaya ia sungguh mengejar ku? Ya, dia melakukan itu. Satu poin untuk kegigihan. Dia terus mengikutiku, ingin tahu nama ku, menebaknya terus-menerus tapi tidak sekalipun mendekati. Saat aku tidak menghiraukannya, ia semakin gencar mengejar ku.

Love Me Not.Where stories live. Discover now