"Kau tahu, ada kemungkinan bos mu cemburu," sahut Kei memecah kebingungan ku

"Berapa lama kau ada disana?" tanya ku datar, berputar untuk menatapnya

"Tak lama," ucapnya mengangkat bahunya

"Apa yang membuat mu berpikir bos ku cemburu?" tanya ku menatapnya curiga, "dan darimana kau tahu pembicaraan apa yang kita bicarakan?"

"Pertama," ia mengangkat satu jarinya, "tidak ada bos profesional menelpon bawahannya secara langsung ke nomer pribadinya, terutama di hari libur," Kei melangkah lebih dalam ke ruangan, "si bos akan memanggil mu ke ruangannya, dan bagian HR akan memberikan mu surat resmi, di hari kerja," jelasnya, lalu mengangkat jari ke dua, "dan kedua, aku tahu apa yang kalian bicarakan, karena kau mengatakan sesuatu tentang 'ketertarikan khusus' dan dia mengalihkannya begitu cepat," jelas Kei melompati sofa dan duduk

"Dia jenis pria yang tidak suka basa-basi, jadi aku tidak melihatnya aneh saat ia mengalihkan topiknya," bela ku

"Oh, ya? Silahkan saja kau percaya pada teori mu," sindirinya sambil lalu, "apa kau melihat dia sebagai pria menarik?" lanjutnya setelah jeda

"Kenapa kau bertanya?" Tanyaku curiga

"Karena aku pria," jawabnya singkat

"Jadi?" semakin bingung saja aku

"Mungkin kau memberikan kode-kode?" ucapnya asal, "seperti bersikap terlalu baik atau ramah, mungkin?"

"Oh, jadi sekarang kau master bahasa tubuh?" balasku sarkastis

"Hei, aku hanya memberikan ide tentang apa yang terjadi disini," ucap Kei membela dirinya, "kalau tidak diterima ya sudah," tambahnya santai

Aku ingin pergi dan tidak mempercayainya, tapi sebagian diriku bertanya-tanya bagaimana kalau Kei benar? Sudah tidak sehat sedikit pun kalau lingkungan kerja berubah tidak nyaman. Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku kan tidak bisa juga mendatanginya dan bertanya apa itu betul-betul yang terjadi, karena kalau sampai salah, aku sudah mengorbankan karier ku.

Saat di kantor, situasi jadi terasa begitu canggung. Saat Mr. Henson melewati cubicle ku, aku tidak bisa mengalihkan pikiran ku dari perkataan Kei. Walaupun memang bos ku tidak menunjukan apapun, tapi aku masih wanita, kau tahu bagaimana pikiran wanita saat tahu ada kemungkinan seperti itu. Ugh, sekarang apa? Aku bersyukur salah satu human resource di sini adalah seorang kawan.

"Mia," ucap ku setelah mengetuk pintu dan diperbolehkan masuk

"Hai, Ali, kau datang terlalu cepat dan biasanya aku yang menemui mu?" ucapnya bingung, lalu tersadar, "tunggu, apa ini tentang pekerjaan?"

"Ya dan tidak."

"Mendekat dan duduklah," ucapnya mencoba sikap profesional

"Nice!" puji ku santai sambil berjalan ke arah kursi di seberangnya, "um.. ternyata ini lebih canggung dari yang ku bayangkan," gumamku pelan

"B, sejak kapan ada situasi canggung diantara kita? Kau pernah masuk kamarku saat aku sedang melakukannya dengan seseorang!" ucapnya santai lalu mengangkat bahu, "jadi, keluarkan..."

"Ku rasa bos ku naksir pada ku," ucapku sebelum berubah pikiran

"Tidak mungkin!" bisiknya semangat, "scandal alert!" lanjutnya menggoda ku

"Mia, aku serius," dan menujukan kalau aku memang serius

"Okay, okay, maaf," ucapnya cepat, "apa yang membuat mu berpikir seperti itu?" lanjutnya dengan nada normal

"Mr. Henson menelpon ku di akhir pekan, ke nomer pribadi ku, memberi tahu ku kalau pacar mu memiliki ketertarikan khusus padaku!" jelasnya, "apa kau tahu tentang apa? Karena aku sama sekali tidak tahu," aku melayangkan tangan ku, "anyways, saat ku tanya padanya ketertarikan apa, dia malah memberiku peringatan atas dasar profesionalisme"

Love Me Not.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora