"Tidak bisa, Ali!" ia menahan pintunya, "karena aku ada di posisi mu saat sebelum kelulusan," oh tidak, "I'm in love with you!"

Sungguh, aku ingin tertawa, bukan kah terlalu terlambat sekarang? Sangat, sangat terlambat!

"Woa, woa, hold up," Kei menarik pintu kembali membuka, "what the fuck, man?" oh, tentu saja, Kei mengerti 5 kata terakhir Greyr, "aren't you like...married?" tambahnya

"Aren't you?" balas Greyr kembali. Itu adalah balasan terbodoh yang pernah ku dengar, terutama saat topik yang dibahas saat ini adalah aku telah menikah dengan Kei

"Yeah, I am married," balas Kei sangat santai, "to her," lanjutnya menunjuk ku

"Greyr, bisa kau pergi sekarang? Sepertinya urusan kira telah selesai," usir ku sambil berusaha tetap ramah

"Kau berubah Ali," ucapnya pelan

"Oh, ya? Kau juga bukan dia yang aku taksir saat SMA," ucapku menutup pintu tepat di depan wajahnya. "Not a word!" ucapku saat Kei membuka mulutnya

Aku tak sabar untuk segera menyelesaikan kasus ini dan kembali ke Connecticut jadi aku bisa melanjutkan kehidupan normal ku dan juga menyelesaikan perceraian milik ku sendiri.

Saat akhirnya kita mendapat putusan hakim tentang Alexa dan Greyr resmi bercerai, waktu sudah hampir melebihi batas 2 bulan, untungnya saja ada tanggalan merah dan weekend, jadi aku mendapat tambahan waktu 4 hari untuk kembali sebelum aku berakhir tidak memiliki firma yang akan membayar ku.

**

Kau tahu, apa yang Kei katakan di kolam waktu itu memang benar, aku memang menghindarinya. Kenyataan aku akan tinggal dengannya sesaat aku menginjakan kaki kembali di Connecticut tidak bisa ku terima dengan mudah. Aku tidak pernah tinggal serumah dengan seorang pria—adik ku dan ayahku tidak termasuk—apalagi kalau pria tersebut adalah seseorang yang memang seseorang dimata siapapun. Dari dulu, aku tidak suka sorotan, dan sudah jelas aku bukan jenis gadis panutan semua orang. Dikenal, ya, tapi jelas bukan panutan. Dan sekarang, disinilah aku, berusaha berjalan menembus kerumunan orang-orang yang mencari kejelasan berita yang tersebar.

Mengapa mereka tidak bisa membiarkan ku saja? Beberapa dari mereka mengucapkan kalimat yang sangat menyakitkan hati, mereka menuduh ku hal yang jauh dari kebenaran. Dan wartawan kemarin, dia ada disini, dia lah yang terburuk. Pertama dia bertanya hal normal seperti wartawan lain, bagaimana honeymoon kita, tentu saja aku tidak punya jawaban untuk hal itu. Lalu sekali lagi, mereka bertanya mengapa pernikahannya begitu mendadak, yang ku jawab 'it just happened' dan ternyata pertanyaannya memiliki kelanjutan. Apa aku hamil? Oh, tuhan! Aku bahkan belum pernah melakukan 'itu' seumur hidupku. Sebuah pemerasan? Ah, mereka tidak akan berhenti mengganggu ku, seharusnya aku tahu itu dan hanya memberi jawaban diam. Apa sebenarnya yang membuat berita seorang quarterback menikah menjadi besar? Dia bukan pria terkaya, tertampan, terseksi, dan ter-ter lainnya...

Okay, mungkin tidak tepat saat aku menginjakan kaki kembali ke Connecticut, aku masih harus kembali ke apartemen Mia karena barang-barangku masih bersarang di apartemennya, selain itu, aku membutuhkan alasan untuk mengulur waktu. Sungguh, aku masih tidak yakin apakah pindah tinggal dengan Kei merupakan pilihan yang tepat. Apa gunanya kalau akhirnya aku akan mengajukan perpisahan? Apa sungguh perlu aku melakukan ini hanya untuk sebuah cerita? Aku tidak yakin. Aku seharusnya bilang tidak, mengapa aku tidak bisa bilang tidak?

"Kau tak apa, Ali?" tanya Mia dari ujung pintu kamar ku

"Aku tidak yakin dengan keputusanku," ucapku membuang nafas lelah

"Menceraikan Kei?" ucapnya penasaran

"Mia, aku serius," ucapku, "aku tidak yakin aku bisa tinggal dengan pria!" lanjutku berbisik

"Hey, dia cuma pria, bukan tertuduh pembunuh dan pemerkosa," balas Mia bercanda

"Ya, dia itu," ucapku berdiri dari kasurku, meraih bahunya dan menatapnya tepat di matanya, "Kei Ryker adalah pembunuh hati lemah dan pemerkosa wanita yang tertipu oleh pesona."

"Kau seharusnya menjadi pesair. Kau pintar dengan kata-kata," sindirnya, "tapi serius, Ali, tidak semua orang mendapat kesempatan 'accidentally married' dengan seseorang seperti Kei. Kenapa kau tidak terima saja?" lanjutnya serius

"Aku lebih suka menikah karena cinta, bukan kecelakaan," balasku malas

"Mungkin kalian memang sudah ditakdirkan," ucapnya santai.

Kalimat Mia membuat diriku terdiam. Aku sudah memikirkan ini sebelumnya ingat? Bagaimana kalau ternyata itu benar? Tidak kah berpisah darinya membuat ku menjadi mengingkari takdir yang telah dituliskan? Siapa aku berani mengganti takdir Tuhan seenak hati? Apa ini artinya aku akan terjebak dengannya?

"Hey, aku hanya mengatakan," ucapnya mengangkat tangannya menyerah, "pikirkan saja. Sekarang aku akan membiarkan mu melanjutkan beres-beres mu."

Tidak. Aku tidak terjebak, karena aku yakin takdir tidak ada campur tangan di sini, pelakunya adalah alkohol. Ya, salahkan pada alkohol, takdir tidak salah, ini hanya bagian dalam kehidupan yang bisa dijadikan sebagai pelajaran

Love Me Not.Where stories live. Discover now