Chapter 42

972 140 6
                                    

"Lucas, tunggu! Jangan me-membunuhnya!" Cegah Athy.

"ck." Lucas terlihat memperhatikan aura sekitarnya.

"Sihir hitam lagi." Gumam Lucas.

"Apa.."

"Seperti saat itu. Aeternitas. Aku bisa melihat ada sihir hitam di dalam tubuh pangeran. Itu juga tidak sedikit."

"Kalau begitu tinggal lakukan hal yang sama seperti saat itu, kan? Paman saat itu juga selamat."

"Ini tidak akan bisa selancar itu. Walaupun kita pernah melawan sihir hitam, tapi ini berbeda."

"Saat ini kita tidak akan ada pilihan lain selain membunuhnya."

"Apa, tapi kenapa?!" Bentak Athy.

"Ia bahkan sudah kehilangan setengah jiwanya. Dia sekarang sama sekali tidak sadar. Dan juga aku tidak bisa melacak di mana pelaku yang mengendalikannya."

"Peluru itu... Tadi terkena tangannya- kita harus segera mengeluarkannya sebelum terlambat," ucap Izekiel.

"Tidak. Racun di peluru itu akan segera menyebar," ucap Lucas yang menghalangi Izekiel.

"Tu, tuan penyihir! Apa benar-benar tidak ada cara lain? Bagaimanapun pangeran-!" Ucap Lily yang sekarang tidak bisa berbuat apa-apa.

"Pilihan pertama. Obelia hancur semua tapi harus membunuh Ivander. Pilihan kedua. Ivander mati, namun Obelia tetap seperti biasanya," serius Lucas.

"Pilihlah. Jika kalian memilih opsi ke dua, aku tidak akan membunuhnya. Sekarang adalah kesempatan kita untuk mengakhirinya."

"Tidak mungkin..."

"Aku juga tidak ingin melakukan hal seperti ini. Bagaimana juga kita tidak bisa membiarkannya hidup seperti ini, membiarkannya seperti ini hanya membuatnya semakin menderita."

"Aku tidak akan membunuhnya." Ucap Izekiel.

Lucas terlihat terkejut, "Apa kau ingin Obelia hancur?"

Ivander menatapnya dengan tajam dan serius.

"Aku menyukainya. Dari dulu Ivander adalah orang yang baik. Tanpa dia aku tidak akan bisa hidup sampai sekarang. Walaupun Obelia harus hancur sekalipun. Aku pasti akan melindunginya. Kalau aku gagal melindunginya, lebih baik aku mengikutinya saja."

"Kau mengorbankan semua nyawa yang ada di sini hanya untuk satu orang?"

"Nanti si Chime– anak berambut coklat itu juga tidak akan selamat loh."

Lucas menatap Izekiel dengan tajam. Begitu juga dengan sebaliknya.

"Lebih baik mati daripada tidak bisa melindungi orang yang dicintai. Meskipun ini terdengar lancang, biasa saya ingin menemui tuan putri itu hanyalah sebuah alasan supaya bisa bertemu dengan pangeran."

Athy memukul kedua pipinya sampai merah.
'Jangan! Sekarang kondisi yang serius. Jangan sampai pikiranku ke mana-mana," batin Athy yang melihat ke arah Ivander.

"Loh...?"

"Kakak hilang?"

"Aku akan mengambilnya~"

"Mph-!?" Kaget Athy.

"Tuan putri!!" Teriak Lily yang sedikit lagi bisa menggapai tangan Athy, namun terlambat.

"Nikmatilah penderitaan saat ini."

Kemudian Athanasia dan Ivander menghilang dari sana.

Athy sekarang dalam keadaan pingsan, dan saat dia sadar. Dia terkejut dan berusaha melepaskan tali yang dilapisi besi itu.

"Ya. Saya sudah membakarnya, dan membawanya ke sini," ucap Ivander.

"Saya rasa lebih baik anda yang membunuhnya," Ivander kesadaranmya sepertinya akan hilang secara sempurna.

"Hehehe, pangeran ini. Kau memang peka ya," bangga wanita itu.

"Tapi, jangan lupa. Tugasmu masih belum selesai secara sempurna," peringatnya.

"Tentu. Besok saya akan menangkap target selanjutnya," Ivander hanya menurut saja.

"Bagus. Sepertinya kekuatanmu melemah, ya."

"Telanlah pil ini. Ini akan mengembalikan kekuatanmu," wanita itu tersenyum sambil memasukkan pil itu ke Ivander lewat mulutnya.

Terdengar suara pohon yang ditabrak-tabrak.

"Kau sudah bangun, ya," ucap wanita tersebut ke Athanasia.

Athanasia terlihat ketakutan.

'Siapa dia? Walaupun aku sering melihat sosok menyeramkan seperti ayah, tapi kenapa masih ada yang lebih menakutkan dari pada ayah?!' kira-kira begitulah yang dipikirkan oleh Athy.

"Kau tidak akan bisa kabur ke mana-mana. Sejauh ini tidak ada yang bisa melepaskan pengikat itu. Jadi diam saja."

'Tidak bisa begini... Kalau saja mulutku tidak ditutup pakai ini, pasti aku akan berteriak sekeras mungkin,' pikir Athy yang mata biru permatanya bersinar di malam hari.

"Hoo~ mata ini. Lumayan juga, ya."

"Aku akan mengambil mata ini besok. Jadi bersiaplah. Oh iya, kau tidak akan bisa kabur dari sini, mustahil ada orang yang bisa mencari sampai di sini. Jadi tidak ada gunanya kau memberontak."

Seringai perempuan itu ditambah dua matanya yang berbeda warna membuat Athy merinding hebat.

'Kakak...' Athy tiba-tiba teringat apa yang dikatakan oleh Lucas.

'Apa kakak memang sudah tidak dapat diselamatkan dari sihir hitam itu?'

'Wanita tua itu.. pasti dia yang memberikan sihir hitam itu ke kakak.'

'Andai saja saat hari penobatan, aku menunggu kakak dan menghiraukan paksaan penjaga di sana. Pasti tidak akan seperti ini.'

'Ayah, Lucas...'



Yeeee akhirnya bisa libur sekul sebulan~
Syukur naek kelas ´°̥̥̥̥̥̥̥̥ω°̥̥̥̥̥̥̥̥`

Izekiel/Athanasia TWINS? (WMMAP X MALE READER)Where stories live. Discover now