14 ♤ Jatuh Cinta

365 113 152
                                    

【☆】★【☆】

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

【☆】★【☆】

"Ibu, waktu dulu jatuh cinta pertama kali, rasanya kayak gimana?" Daisy menatap Marlina yang saat ini sedang membelai lembut surai hitam miliknya.

Sebenarnya, ada perasaan malu di dalam diri Daisy saat bertanya. Namun, kedekatan mereka yang memang sudah seperti seorang ibu dan anak—membuat Daisy mampu menyingkirkan perasaan tersebut.

Senyuman hangat langsung menyambutnya. Daisy memang tidak pernah sekalipun membahas perihal cinta. Jadi, pasti akan terdengar aneh jika pertanyaan tersebut tiba-tiba muncul.

"Rasanya itu menyenangkan. Waktu pertama kali jatuh cinta, Ibu selalu ngerasa bahagia aja kalo ada di deket cowok itu, terus deg-degan banget, setiap harinya selalu kepikiran. Ibu merem aja, nih, ya, nanti bayangan cowok itu langsung muncul."

"Gitu, ya, Bu? Jadi, jatuh cinta itu menyenangkan?"

"Gak selamanya menyenangkan, Dai. Jatuh cinta gak selalu bikin kita bahagia, kadang juga bikin sakit, bahkan nyaris trauma sama yang namanya cinta. Makanya, jangan sampai menjatuhkan hati ke orang yang salah, kalo gak mau dibuat patah."

"Anak Ibu lagi jatuh cinta, ya? Sama siapa coba? Zergan?"

Mendengar pertanyaan itu, Daisy mengubah posisinya menjadi duduk di atas ranjang, tidak lagi tiduran pada paha Marlina. Ditatapnya lekat-lekat manik mata milik Marlina, sebelum akhirnya timbul helaan napas dari dirinya sendiri. Andai pikirannya selalu baik-baik saja setiap berdekatan dengan Zergan, mungkin Daisy akan merasakan kebahagiaan dari kata cinta.

"Emang cewek kayak aku, pantes buat merasakan jatuh cinta dan dicintai? Apalagi sama cowok yang bisa dibilang sempurna."

"Apa yang salah sama kamu, Dai? Kekurangan yang kamu punya, gak bisa jadi alasan buat bikin kamu gak layak jatuh cinta kayak perempuan lainnya."

"Bukan cuma itu aja, Bu, tapi juga Zergan kuliah, aku enggak, bahkan sekolah aja aku gak pernah. Zergan punya wawasan yang luas, aku enggak. Zergan berasal dari keluarga berada, sedangkan aku? Masih bersyukur ada Ibu yang mau menampung aku di sini, coba kalo enggak? Aku bener-bener gak sebanding sama Zergan."

"Orang tuanya rela mengeluarkan uang banyak biar dia bisa kuliah, biar dia bisa punya pekerjaan yang jauh lebih layak, biar dia lebih dihargai sama orang-orang, biar dia dapet cewek yang setara. Gak mungkin, kan, kalo harus sama aku? Kalo dia bisa menjadi seorang sarjana, pasti ceweknya juga minimal punya gelar yang sama, 'kan? Bukan orang gak berpendidikan kayak aku."

Tidak ada kalimat yang bisa Marlina ucapkan untuk mengurangi rasa tidak percaya diri Daisy. Gadis itu benar, cukup jarang menemukan orang tua yang membiarkan anaknya menjalin hubungan dengan seseorang yang tidak setara dengan mereka.

Tulisan untuk ZerganWhere stories live. Discover now