Jiyeon sebenarnya hampir tidak bisa mengungkapkan kalimat sebagai pembalasan ataupun pembelaan saat ini. Barangkali ia mencari-cari celah untuk menghindari, tapi ia hanya kembali dalam debuman fakta yang menggerogoti bahwa itu tidak akan mungkin terjadi.

Maka, perempuan itu menarik napas rakus. Kemudian mengangguk pelan dengan wajah yang semakin tertunduk dalam.

Sekon kemudian, Jungkook menarik tangannya sedikit kasar. Pemuda Shin itu membawa Jiyeon terduduk di pelukannya.

Jungkook menarik kaosnya naik hingga matanya bisa melihat tubuh itu terbuka sekali lagi. Lalu secepat mungkin Jungkook menggerakkan pinggul mereka yang masih dalam balutan pakaian yang mereka kenakan. Pun Jiyeon spontan mendesah, dan kepalanya dipaksa mendekat demi menerima cumbuan Jungkook pada bibirnya.

Terasa lembut, hangat, dan mendebarkan. Sedikit aneh dari tiga malam yang sudah terlewati tepat saat mereka menyatu dan melebur menjadi satu. Desah napas mereka saling memburu lantaran Jungkook bergerak kelaparan. Agak serampangan, dan Jiyeon yang susah untuk menyamakan.

Jantung perempuan itu beriuh semakin keras. Ia mulai merasakan sesuatu terjadi pada kewanitaannya—terangsang?

Jemari Jiyeon mencengkram surai kelam Jungkook yang terasa lembab dan halus. Bibir pemuda Shin itu kini menari-nari di leher jenjangnya. Meninggalkan jejak kepemilikan disana lebih banyak lagi. Pun Jiyeon hanya menerima pasrah setiap tamparan kenikmatan yang Jungkook persembahkan.

Jungkook terpejam, meresapi tangannya yang mahir menelusuri lengan Jiyeon yang dingin. Ia tidak akan membiarkan miliknya disentuhi siapapun. Maka, Jungkook tidak akan menyisakan celah sedikitpun pada setiap jengkal kulit Jiyeon untuk ia cicipi sekali lagi. Atau bahkan berkali-kali.

Lantas Jungkook kembali menenggelamkan lidah dalam rongga mulut kekasihnya yang susah payah mengimbangi. Bibir yang terasa kenyal, basah, lembut, dan lentur itu berhasil membawanya pada puncak tertinggi nirwana tiada tara. Seperti biasa, sangat manis yang digemarinya.

Sambutan mata Jiyeon begitu lelah saat ia membukanya. Manik mereka saling bertatapan untuk sesaat, sebelum Jungkook kembali menerjang bebas. Membuka atasan terakhir milik Jiyeon dan mulai menjilati titik sensitifnya. Membawa tubuh perempuan itu terkungkung dibawahnya.

Pendengaran pemuda itu hanya diisi oleh nada sensual Jiyeon saat ia mendesah. Memenuhi seluruh ruangan apartemen pribadi miliknya. Menggetarkan syaraf kala ia memasuki gendang telinga.

Sementara itu, Jiyeon menggeleng diliputi perasaan frustasi yang berkepanjangan sebab Jungkook sudah kelewat lama menggodanya.

"Jungkook," aksennya mengalun berat dan lembut. Lantas ia mendesah saat jemari Jungkook berhasil merangsak masuk ke dalam sana, menerobos pertahanannya, membuat tubuhnya melengkung indah.

"Sigh my name ... and tell me who's your owner?"

Jiyeon bersumpah, bahwa kewarasannya sudah sirna. Sebab, ia tidak menyadari kapan lebih tepatnya Jungkook sudah melepas semua atasan yang ia kenakan.

Jungkook menarik diri, melepas hot pants dan celana dalam Jiyeon. Lalu mengamati tubuh telanjang itu sebentar. Baru beberapa hari yang lalu ia melihatnya, tapi kenapa sekarang rasanya begitu luar biasa. Tubuh yang semakin sempurna terbentuk. Payudara besar, pinggang ramping dan keintimannya yang sempit.

"Akh!" Lantas Jiyeon terpekik kala sebuah gigitan menyapa pangkal paha kanannya.

Lalu sumpah serapah tak karuan meluncur bebas seperti mata air pegunungan ketika bibir Jungkook berlabuh lebih lama di antara kedua pahanya.

Membenamkan wajah disana, membuat Jiyeon tersedot ke dalam permainan pria Shin itu. Pinggulnya pun ikut naik, memberikan akses lebih dan menuntut Jungkook segera memakan dirinya utuh, menghangatkannya, dan juga membasahinya.

ᴇʟᴇᴜᴛʜᴇʀᴏᴍᴀɴɪᴀ [M] ✓Where stories live. Discover now