Dikejar Hantu

1.5K 285 6
                                    

"Ya, Leluhur, lindungi lah anak- cucumu ini dari kehancuran! Sertai kami menghadapi iblis Parang Hitam! Kalahkan dia sekali lagi, sampai tak mungkin untuk bangkit," sengau Tambi Balau. Menatap nanar bintang-bintang yang berkelip di langit temaram.

"Kaaak... kaaakk...." Seekor gagak berbulu hitam, tiba-tiba muncul dari kegelapan, sembari berkauk-kauk nyaring memecah sepi. Sepasang sayapnya mengepak cepat ke arah Tambi Balau.

Satu lengan Tambi terulur ke depan, memberikan tempat untuknya. Hinggap ke lengan Tambi, hewan berparuh itu kian berisik berkauk. Menyampaikan berita tentang yang dia lihat barusan di lereng bukit Tipau. Kepalanya kadang mengangguk-angguk kadang menggeleng.

"Hu' um, hu' um ...." sahut Tambi berkali-kali, menatap lekat kedua mata hewan peliharaannya, lalu kembali melihat ke langit.

Sebelah Utara langit, tampak gumpalan awan hitam yang bergerak mendekat ke Bukit Tipau, diiringi nyala kilat yang bercabang-cabang membelah angkasa.

Tambi menggumam resah. "Akhirnya dia punya nyali datang ke Bukit Tipau. Kekuatannya hampir pulih sempurna ...."

"Kusat, cepat kau susul anak-anak itu ke sungai! Jagalah mereka sekuat kau bisa!" titahnya pada burung gagak hitam, yang ternyata bernama Kusat.

"Kaaakk... kaaakk...." Bola mata Kusat tiba-tiha menyala kemerahan, lalu segera mengepakkan sayap, terbang meninggalkan majikannya. Menjalankan tugas yang baru.

Gegas kedua kaki kurus Tambi berlari kecil ke dalam gubuk, tak berselang lama dia kembali lagi berdiri di tanah lapang penuh ilalang itu, dengan segala benda magis yang melekat pada tubuhnya. Ikat kepala merah dengan hiasan bulu burung, gelang manik-manik serta kalung Penyang Hampatong pada lehernya.

Satu tangan Tambi kini memegang tumbak panjang dengan hiasan surai hitam. Tumbak yang diwariskan turun-temurun dari para leluhur. Dia berdiri tegak membusungkan dada, dengan tatapan tajam lurus ke depan. Tak boleh terlihat lemah jika berhadapan dengan Iblis Parang Hitam.

Perempuan tua itu telah siap bertempur. Namun, sudut lain hatinya, Tambi Balau menangis, karena iblis yang akan dia hadapi ada dalam tubuh Dara.

DUAAARR!!

Tiba-tiba terdengar bunyi ledakan yang sangat keras, disusul percikan api serta kepulan asap hitam yang membumbung tinggi ke angkasa. Tambi terhenyak, matanya membelalak. Pagar gaib yang terpasang tampaknya sudah dilewati makhluk itu.

"Errghh ...."

"Hmmrrgh ...."

'Ghhhzz ...."

Suara-suara rintihan aneh serta langkah-langkah kaki yang terseret lamat terdengar. Parang Hitam ternyata membawa serta pasukan mayat hidupnya.

Wuuuzzzhh ....

Angin semakin kencang bertiup. Menerpa semua yang dilewatinya, membawa serta gumpalan kabut putih. Dedaunan serta ranting kering tampak beterbangan. Batang ilalang sekitar Tambi Balau sampai rebah menimpa tanah. Namun, perempuan tua itu tetap tegak berdiri. Rambut panjang keperakan miliknya turut berkibaran hebat.

"Khiiihihihihiiiiy... ternyata ada anak-cucu Pangkaliman Aluy di sini ...." Sosok hitam bersayap lebar muncul begitu saja di hadapan Tambi Balau. Tersenyum menyeringai, menelengkan kepalanya.

Tambi Balau sontak menggeram. "Aku tak perlu basa-basimu! Lekas katakan apa yang kau mau, hingga berani datang
ke mari!"

Tak! Tak! Tak!

Tambi Balau menghentakkan ujung tumbaknya ke tanah yang berbatu hingga berbunyi. Menunjukkan kalau dia tak takut sama sekali.

Mata sekelam malam melirik sekilas pada tumbak milik Tambi Balau. Sedikit gentar melihat hiasan surai pada besi tua itu, tampak melambai. Surai rambut milik Pangkaliman Aluy yang sengaja diabadikan oleh anak cucunya. Lelaki hebat yang ratusan tahun lalu pernah berhasil mengalahkan banyak iblis, termasuk Parang Hitam.

SUSURWhere stories live. Discover now