Di Bawah Pohon Kariwaya

1.5K 289 4
                                    


"Jadi si Jaya Serigala itu yang meminta kalian membunuhku?!" Dara mendengkus, mengibaskan dagunya dari tangan kasar Bonang.

"Widih ... kalau lagi galak begini, tambah cantik. Sayang banget kalau langsung dieksekusi," celetuk Hendra, melirik ke Bonang dengan tatapan penuh arti. Teman-temannya terkekeh, tahu ke mana arah pembicaraan Hendra.

"Rambutnya wangi." Wahyu mendekatkan wajahnya ke telinga Dara.

"Cuihh!!" Dara spontan meludahi muka lelaki beristeri dua itu.

"Sebentar lagi kau tak akan bisa meludah." Wahyu tersenyum sinis, mengusap air liur Dara yang mengenai wajahnya.

Bonang mengelus rahang. Ide Hendra tiba-tiba membangkitkan hasrat lelaki berkulit gelap itu. Sementara Jaya Herlambang masih meminta mereka terus berjaga di kawasan tambang. Artinya dia dan anak buahnya bakal lama tak bertemu perempuan. Di mess tambang cuma ada isteri-isteri para karyawan yang ikut tinggal dengan suaminya.

Sorot mata penuh birahi dari lelaki di sekelilingnya, membuat Dara bergidik ketakutan. Tubuh gadis usia belasan itu terus meronta dan memaki. Meski sadar tak akan mampu lepas dari mereka.

Bonang melepas dan melempar asal jaket kulit hitam yang dipakainya, lalu mulai menarik gasper pada pinggang. Anak buahnya terbahak-bahak senang melihat bos mereka bersiap untuk pesta. Mereka semua pun akan kebagian gula. Tapi, tentu saja setelah Bonang selesai.

"Mau ke mana kamu, Dion?" tegur Asep, melihat salah satu teman mereka yang bernama Dion, melangkah menjauh.

"Mau jaga-jaga ke depan. Takutnya ada orang yang lewat." Dion beralasan.

"Lagi puasa kamu?" kelakar Asep. Dion hanya tertawa kecil.

Sebenarnya Dion tidak tega melihat perlakuan teman-temannya pada Dara. Seorang gadis seumuran adik perempuannya, harus merasakan digilir banyak laki-laki dewasa berbadan besar. Jika disuruh memilih, Dion lebih suka langsung membunuhnya dari pada menyiksa seperti itu.

Dion melangkah lebar sembari menyelipkan sebatang rokok ke sudut mulut. Menyalakan tergesa dengan sebuah pematik api. Berusaha mengalihkan perhatian dari jeritan pilu di belakang sana. Khawatir dia pun tak mampu menahan hasrat sendiri, jika terus ikut menyaksikan aksi Bonang.

"Jangan! Kumohon jangan lakukan ini padaku! Kasihani aku!"

Masih bisa terdengar jelas di telinga Dion betapa gadis itu mengiba. Nada suaranya kini terdengar menyayat hati. Air mata Dara mengalir deras. Sebentar lagi hidupnya akan hancur.

"Bunuh ..., tolong bunuh saja aku!" pinta Dara disela isak tangis.

"Apa perlu mulutnya disumpal dulu, Bos?" tawar Hendra dengan jahatnya.

"Tak usah! Biarkan dia menjerit! Aku suka suara jeritannya. Hehehe ..." Sambil cengengesan, tanpa malu-malu, Bonang mulai melakukan aksi bejat, ditengah tatapan anak buahnya yang menelan ludah tak sabar.

"Aku bersumpah akan membalas perlakuan kalian!" Meski tak mungkin selamat, tubuh Dara terus menggeliat berontak dengan tenaga yang tersisa.

"Jahahahaha ... jahahahaha!" Kompak mereka menertawakan ucapan Dara. Kalimat yang keluar dari mulut gadis itu hanyalah pepesan kosong belaka.

"Anak-anak perempuan kalian harus merasakan hancur sepertiku!" Napas Dara memburu, bola mata berkilat-kilat, menatap liar wajah-wajah mesum.

"Jahahahaha ... jahahahaha ...!" Tawa manusia iblis di sekitarnya kembali berderai.

SUSURWhere stories live. Discover now