Di Bawah Pohon Kariwaya

Start from the beginning
                                    

"Biarpun aku mati, tak akan kubiarkan kalian hidup tenang. Aku akan datang menghantui kalian semua!"

Tawa Bonang dan kronconya semakin nyaring, setiap mendengar gadis itu merutuk. Air liur mereka bercipratan.Tak percaya gadis yang sedang teraniaya itu, suatu saat mampu melakukan pembalasan.

"Ngoceh lah terus sesuka hatimu! Mumpung masih bisa napas." Hendra terpingkal-pingkal. Sesekali tangannya liar menjamah.

"Kalian semua akan menyesaaaal ...!" Dara terus meracau. Hanya itu yang bisa dia lakukan saat ini.

Jeritan panjang Dara terdengar melengking dalam hutan nan sepi. Kelelawar-kelelawar yang tengah tidur siang terusik hingga beterbangan. Di tempatnya Dion menahan napas tegang, lalu gegas menghisap dalam rokoknya sambil memejamkan mata. Menepis rasa bersalah yang mengumpal. Nurani keempat body guard Jaya Herlambang telah mati.

Wuuusshh....

Angin tiba-tiba berembus begitu kencang. Langit yang tadinya biru cerah mendadak hitam kelam. Dahan-dahan pohon gemerasak meliuk-liuk. Dedaunan kering yang terongok di atas tanah beterbangan berputar-putar terbawa angin.

Dion menengadah ke langit, lalu mengalihkan pandangan pada jam tangan digital pada pergelangan tangannya. Sudah lebih dua jam berlalu. Rasanya tak mungkin empat orang itu masih belum puas. Asyik sekali rupanya mereka, hingga butuh waktu berjam-jam.

Gulungan awan hitam mulai turun. Sebentar lagi pasti akan hujan deras. Dia harus mengingatkan kawan-kawannya. Gegas dilempar sisa puntung rokok yang masih menyala ke tanah, menginjak dengan ujung sepatu ketsnya hingga padam. Kedua tungkai panjangnya setengah berlari mendatangi tempat kawan-kawannya sedang berpesta. Tetes-tetes air hujan mulai berjatuhan.

"Woy! Hujan, woy!" teriak Dion. Menatap sekilas ke bawah pohon Kariwaya besar, tempat keempat kawannya masih menggebu.

Merinding Dion memperhatikan pohon raksasa itu. Batangnya sebesar sepuluh pelukan orang dewasa. Akar-akarnya membentuk lingkaran mirip goa. Saking tinggi pohon itu, tak tampak puncaknya. Hanya dahan-dahan menjuntai yang rimbun oleh lebatnya daun. Lumut tampak menghijau menutup sebagian pokok pohon.

Brakk!

Dibuka Dion pintu mobil, lalu segera masuk, menghidupkan mesin.

"Kelewatan mereka!" gumam Dion, menggelengkan kepala.

Sengaja bunyi mesin mobil dibuat Dion nyaring, agar kekhusukan empat orang itu terganggu.

"Dion, kamu dipanggil sama Bos, tuh." Tergopoh Asep mendekat ke pintu mobil, memasang gaspernya tergesa. Tubuh lelaki itu telah basah oleh keringat.

"Halah, nggak liat apa udah hujan begini? Tinggalin aja tu cewek, dah! Aku nggak minat," sahut Dion gusar.

Tarrr! Tarrr!

Gelegar petir sahut-menyahut memekakkan telinga. Angin kian kencang berembus. Hawa dingin menyergap. Asep segera ikut masuk ke dalam mobil. Dia malas ikut mengeksekusi gadis yang baru saja dicicipinya.

Byurrr!

Hujan mengguyur deras.

"Cepatlah!" desak Bonang, pada dua anak buahnya yang tampak ragu.

"Sepertinya sudah tidak bernapas, Bos. Nadinya tidak teraba lagi," ujar Wahyu, jarinya menempel pada pergelangan lengan Dara.

"Pastikan dia benar-benar mati!" Bonang berdecak tak sabar sembari maju, mendekati tubuh polos Dara yang sudah pucat layaknya mayat.

Tampaknya harus dirinya sendiri yang menghabisi hidup gadis itu. Eksekusi kali ini tidak boleh gagal. Kalau tidak, Jaya Herlambang bakalan murka.

Sepasang tangan kekar berurat milik Bonang, mencengkram kuat leher jenjang Dara. Melotot-lotot bola mata lelaki itu, mengerahkan segenap tenaga. Wahyu dan Hendra menatap ngeri, menyaksikan kekejaman Bos mereka.

Krekk!

Bunyi tulang leher yang patah. Bonang menghela napas puas.

Di bawah guyuran hujan, ketiganya kemudian menghambur masuk ke dalam mobil yang meraung-raung. Meninggalkan Dara terongok layaknya sampah.

Kondisi gadis itu sangat mengenaskan. Tubuhnya terkulai dengan tulang leher yang patah. Darah segar mengucur dari sela kedua pahanya, membasahi daun-daun kering di bawah tubuhnya.

Nyawa Dara telah di ujung napas.

Langit kian menggelap. Hujan semakin deras. Tetes-tetes air yang merembes dari sela rimbun dedaunan berjatuhan ke tubuh yang membeku. Bayangan-bayangan hitam kelelawar berkelebat mondar-mandir di atasnya.


To be continued....
















SUSURWhere stories live. Discover now