43 - The Explaination

448 47 3
                                    

Aku tertegun, kakiku rasanya lemas seperti mati rasa. Itulah yang kurasakan ketika melihat mereka berdua.

Melihat kecupan kecil yang diberikan oleh wanita itu, rasanya aku ingin memuntahkan semua isi perutku. Jungkook pergi begitu saja meninggalkanku serta wanita itu pun pergi dengan mobil yang berbeda.

Aku berdiri disini seperti orang kikuk, kakiku lemas dan badanku terasa panas berkeringat. Akupun segera mengambil handphoneku disaku celana, tanganku gemetar dan segera menelfon Taehyung.

Dan benar saja, ia tidak mengangkat telfonku dan mengarah langsung ke voicemails.


Disaat seperti ini, hanya diriku sendiri yang kuandalkan. Tapi sekarang.. aku merasa aku sangat kesepian dan ketakutan. Tidak ada orang disampingku, tidak ada seorang pun yang hadir disampingku saat aku sedang merasa sedih seperti ini.

Kau bodoh sekali Chaeyoung-a..

Aku berjalan pelan melewati lobby dan terus berjalan entah kemana. Lengkap dengan earphone yang kupasang, mendengar playlist shuffle yang biasa kudengarkan.

Hari terasa mulai gelap.. mungkin ini rasanya patah hati. Sakit sekali sampai akupun bingung harus bagaimana cara menghilangkannya.

Tentu saja Jungkook belum juga menjelaskan apa yang terjadi padaku, Taehyung belum membalas pesanku. Apa yang bisa aku harapkan dari seorang pria?

Benar, tidak ada.

Mereka semua kemana?


Aku putuskan untuk pulang kerumah setelah menyegarkan otakku. Ah bodoh sekali, kenapa aku menjadi seperti ini hanya karena seorang pria? ini sangat salah. Ini bukan aku, aku tidak pernah seperti ini.

"Eomma aku pulang.." ujarku.

Terkejutnya aku melihat semua orang berkumpul diruang tamu, lengkap dengan Jungkook, Taehyung, Jimin dan adikku.

"Chaeyoung-a! kau darimana saja? aku mencarimu kemanapun.." ucap Taehyung sambil memelukku erat.

"Apa maksudmu? aku menelfonmu dan mengirimimu pesan.. kau tidak membalasnya." balasku.

"Aku tidak menerima telfon atau pesan darimu, apa maksudmu? lihat? tidak ada. Yang ada kau tidak membalas pesan dan telfonku." balasnya lagi dengan menunjukkan ruang chat kami berdua.

"Ini tidak mungkin.. aku ingat aku mengirim pesan.."

Jungkook hanya diam duduk di pojok sofa ruang tamuku, tidak berkutik sekalipun saat melihatku masuk.

"Ini sebenarnya ada apa?" tanyaku.

Eomma berusaha menenangkanku dengan memelukku, "Chaeyoung-a mungkin kau halusinasi lagi.. maafkan eomma tidak bisa melindungimu.."

"Halusinasi? Jadi aku mengalami halusinasi?" balasku sambil melihat eomma.

Eomma hanya mengangguk, "Kau sering sekali seperti ini.."

"Jadi, tadi aku melihat Jungkook bersama perempuan itu hanyalah halusinasi? benarkah Jungkook? Taehyung?" ujarku dengan nada sedikit tinggi.

"Chaeyoung-a.." ujar eomma yang berusaha menghalangiku untuk berbicara dengan Jungkook.

"Eomma, bisa kau tinggalkan kami sebentar?" balasku pada eomma. "Baiklah.." balasnya lagi sambil meninggalkan ruangan. Dan akhirnya meninggalkan kami bertiga.

Ia menghampiriku dan segera menekuk lututnya, ia memohon dengan menundukkan sedikit kepalanya. "Aku sudah menjelaskan kepada Taehyung, aku membiarkannya menciumku karena aku tidak ingin dia melakukan hal yang lebih buruk dari yang bisa kubayangkan. A-aku tidak ingin dia tau kalau kita masih saling mengenal.."







We Meet AgainOnde as histórias ganham vida. Descobre agora