37 - Puzzle of the Memories

648 104 1
                                    

Kau harus kembali ke tempat yang kau kenal dan mungkin itu akan membawa ingatan itu kembali.

Begitu yang dikatakan Dokter Jang, aku harus mencoba untuk menggali kembali masa lalu itu. Mungkin bagi kedua orang tuaku, itu adalah kenangan buruk untukku. Tapi aku tetap ingin mengetahui kebenaran dibalik semuanya. Aku benar-benar ingin mengingat bagaimana masa laluku.

Mungkin nanti aku akan pergi ke tempat dimana aku kehilangan ingatanku. Itu akan membantuku untuk mengingat semuanya.

Saat aku keluar dari ruangan Dokter Jang, aku langsung teringat dengan memori lama dari kampus lamaku. Dan aku yang saat itu sedang melamun tanpa berpikir panjang, langsung segera pergi mengunjungi kampusku.

Sesampainya di kampus itu, aku melihatnya dari dalam mobil tempat dimana aku bertemu dengan seseorang. Seseorang yang aku tidak tau siapa, wajahnya buram dan kepalaku mulai sakit setelah memikirkannya.

Aku berhenti diseberang halte kampus dan memegang kepalaku dengan kencang. Sakit itu semakin datang dan semakin sakit jika aku memikirkannya, seperti nya sakit ini datang lagi. Aku menjerit kesakitan di dalam mobil, airmataku mengalir dengan sendirinya.

Akupun berusaha mencari obat penghilang rasa sakit yang ada di tasku, tapi saking kesulitannya aku tidak menemukannya dimanapun.

Orang yang terlitas di ingatanku adalah Jungkook, aku menelfonnya.

Jungkook-ssi.. Jung..Kook.. halo?

Chaeyoung? ada apa? kau dimana?

Aku di Hankuk Univ, kepalaku sakit sekali, aku tidak bisa menemukan obatku. Tolong aku.

Aku kesana ya, tunggu aku.

Setelah 5 menit, ia sampai di depan mobilku. Membawakan segala obat yang bisa ia dapatkan. Ia memukul-mukul kaca mobilku dan memcoba membukanya. "Chaeyoung! tolong buka!" ujarnya. Dengan sekuat tenaga, aku mecoba menekan tombol untuk membuka kunci di mobilku.

"Chaeyoung-ah? kau bisa dengar aku? ini aku bawa obat untukmu, aku tidak tau yang mana, aku bawa semuanya. Atau kita kerumah sakit saja? tolong sadarlah! " ujarnya sambil memegang pipiku dengan kedua tangannya.

"Jungkook-ssi.." bisikku.

Setelah itu mataku tertutup, kupikir aku langsung tidak sadarkan diri saat ia datang menghampiriku ke Hankuk Univ.

Saat aku membuka mataku, aku sudah berada di ruangan penuh perawat yang memakai baju putih. Sudah kuduga pasti aku pingsan lagi, trauma dikepalaku masih ada hingga sekarang. Kupikir ini akan sembuh seiring berjalannya waktu, tapi ketika aku terlalu mencoba memikirkan masa laluku itu, aku selalu berakhir di rumah sakit.

Dokter Jang yang saat itu sedang berada di sebelahku terkejut saat aku membuka kedua mataku, "Chaeyoung-ssi? kau bisa dengar aku?" ujarnya.

Ia langsung memeriksaku, "Jungkook-ssi.. tolong panggilkan salah satu keluarganya, aku ingin bicara." ucapnya.

Aku segera memegang tangan dokter Jang, "Aniya, hajimayeo. Tidak usah panggilkan siapapun, kau bisa bicara denganku Dok." Aku terus memegangi kepalaku, rasanya seperti berputar dan sangat sakit jika aku berbicara. It's killing me slowly.

Mungkin ini saatnya aku harus kembali mengingat ingatan-ingatan itu, mengumpulkan semua bagian-bagian potongan memori dan menjadikannya menjadi satu cerita utuh. Untuk itu, aku mungkin akan kembali ke tempat dimana aku kehilangan ingatanku. Di Amerika.

Setelah aku berbicara dengan dokter Jang, aku dibawa ke kamar rawat inap intensif. Eomma dan appa terpaksa di telfon oleh dokter Jang, karena ini menyangkut dengan ingatanku. Tentunya, Jungkook sudah tidak ada dirumah sakit. Ia kembali ke perusahaan untuk mengerjakan beberapa jadwalnya.

Dan dikamar itu aku melihat keluargaku menangis, eomma.. appa.. dan adikku. "Kenapa kalian menangis?" Tanyaku sambil melihat ke sekeliling. Adikku melihatku dengan tatapan khawatir, matanya tidak bisa berbohong, aku sangat yakin bahwa ia sedang menutupi sesuatu. "Kami khawatir padamu, Noona." Jawab adikku, Jisung.

Aku mencoba menenangkan mereka, "aku benar-benar tidak apa-apa, kalian tidak usah khawatir lagi. Aku akan segera mengingat semuanya." ucapku pada mereka. Eomma yang sedang menundukkan kepalanya, tiba-tiba melihatku dengan dalam dan tersenyum. "Eomma punya cerita tentang kekasihmu, tapi kau harus mendengarnya dengan sampai akhir. Jangan ada pertanyaan.." ucapnya sambil berjalan dan duduk di samping tempat tidurku.

"Benar, kau punya seseorang yang spesial dulu, 2 tahun lalu. Namanya Jeon Jungkook.. ia adalah kekasihmu dulu, sebelum kau hilang ingatan. Kalian sangat menyayangi, eomma, appa dan juga Jisung senang melihat kalian bahagia."

Jeon.. Jungkook?

"Hanya itu yang bisa eomma katakan, kau mungkin akan menemukan cerita lain pada sisi Jungkook. Dokter Jang memberitahuku bahwa satu-satunya orang yang bisa menolongmu hanya dia." Ucap eomma melanjutkan.

"Apa maksudnya eomma? Jadi selama ini aku mengenal Jungkook? Ia kekasihku?" Tanyaku dengan memegang tangan eomma.

Eomma hanya bisa menundukkan kepalanya dan menangis, "Iya.. maaf tapi hanya itu yang bisa eomma ceritakan." balasnya sambil menangis dan tiba-tiba memelukku.

Beberapa saat kemudian, keluargaku harus pulang ke Busan karena appa sedang kurang enak badan. Ia harus banyak istirahat. Jisung ingin sekali menungguku dirumah sakit, tapi aku bilang bahwa Jungkook mungkin yang akan menjagaku.

Malam itu aku berpikir bahwa selama ini kunci dari ingatanku adalah Jungkook. Tidak salah lagi, saat aku pertama bertemu dengannya di bus. Aku merasa bahwa aku memiliki koneksi yang lebih padanya.

Jungkook mungkin sudah tau, cepat atau lambat identitasnya akan segera diketahui. Dokter Jang mungkin juga sudah memberitaunya bahwa aku akan segera mengetahui semuanya.

Tapi kenapa ia tidak memberitauku terlebih dahulu? Kenapa tidak dia sendiri yang bilang padaku kalau ia adalah pacarku 2 tahun lalu?

Lalu kenapa kami berpisah dan aku pergi ke Amerika?

drrrtt.. drrrtt..

Handphoneku tiba-tiba berbunyi, Taehyung menelfonku. "Halo? Taehyung-ssi?" sapaku.

"Chaeyoung? Kau dirumah sakit?" Tanyanya khawatir.

"Eoh, aku tidak apa-apa. Kau tenang saja." Balasku.

"Aku sudah diberitahu oleh Jisung. Kau harus mendengar ceritaku terlebih dahulu. Bolehkah aku menjenggukmu?" tanyanya.

"Jisung? Kau kenal adikku?"

"Simpan saja pertanyaanmu, aku kesana sekarang." Jawabnya dan segera menutup telfon itu.

Semuanya sudah semakin jelas, cerita itu akan segera menemukan titik terang. Aku akan segera mengingat semuanya.

Cepat atau lambat, apapun yang terjadi.. aku harus segera menerimanya.



To be continued..

We Meet AgainWhere stories live. Discover now