Ku Mohon Jangan!

29K 2K 115
                                    

Kabut pekat memenuhi langit malam dataran Lufte. Dari gelapnya kabut Lukas dapat melihat samar-samar asap merah yang ikut membumbung tinggi ke udara. Ia tahu dengan jelas siapa pemilik asap merah itu. Langkahnya bergegas melewati tubuh-tubuh yang tergeletak tak bernyawa. Lukas menunduk, mengambil sebuah pedang dari tangan salah satu panglima Sandor.

Kepalanya mendongak menatap bola-bola api yang melesat terbang dan jatuh menghantam tenda-tenda. Suara ledakan menggetarkan tanah Lufte. Asap pekat membumbung tinggi di udara. Rintihan dari prajurit yang sekarat dan tangis ketakutan para pelayan yang meringkuk tak berdaya semakin membuat dada sang raja memanas.

Crasss!!

Pedang ditangannya mengayun, menebas seorang prajurit Vilip yang berlari menyerangnya. Lukas membantai habis orang-orang lemah itu sampai sudut matanya menangkap keberadaan Sebastian. Ia mengumpat keras dan dengan langkah lebar gergegas mendekati sang jendral. 

Tak ada waktu, Lukas tak dapat berlari lebih cepat lagi sebab setiap detiknya selalu ada yang menghalangi jalannya. Jaraknya dengan Sebastian hanya terpaut beberapa meter ketika ia melihat Raja Vilip mengambil ancang-ancang dan siap mengayunkan pedangnya.

Lukas tidak banyak berpikir saat ia dengan sekuat tenaga melempar pedang yang ada digenggamannya. Pedang itu melambung tinggi, berputar diudara lalu menukik tajam kearah Stefan.

Tang!!

Dan membentur pedang yang ada ditangan Stefan, membuat sang raja Vilip kehilangan pegangan dan akhirnya menjatuhkan pedangnya. Kedua benda itu bergelontangan diatas tanah Lufte yang gersang.

Stefan menatap telapak tangannya yang sempat tergores lalu menoleh ketika menyadari kehadiran seseorang yang memang sejak tadi sudah ia tunggu kedatangannya. Pria itu menyeringai.

"Wah, wah, wah! Lihat siapa yang datang!" ucapnya sembari merentangkan tangan.

Lukas tidak berniat untuk menjawab sapaan palsu itu. Ia melangkah mendekati jendral sekaligus sahabatnya yang sudah terperangkap kedalam sihir yang Stefan buat. Ia membebaskannya. Menepuk bahu Sebastian hingga pria itu tersentak dan meluruh ke tanah kehilangan energi.

"Kau pergilah dari sini, cari Ratu Hera dan lindungi dia!" bisiknya ketika menunduk untuk mengambil pedang. Sebastian masih terengah hebat namun ia tetap mengangguk dan pelan-pelan mencoba untuk berdiri. Lukas yang melihatnya dengan sigap langsung membantu.

"Ck, ck, ck, pantas saja anjing peliharanmu sangat setia. Ternyata kau cukup baik juga memperlakukannya." Stefan tertawa mencemooh melihat interaksi Lukas dan Sebastian. Ia sempat mencoba menghalangi kepergian Sebastian, namun Lukas dengan cepat menghentikannya.

"Lawanmu adalah aku."

Stefan tersenyum culas. "Ya, aku memang berniat untuk menghabisimu." Ia membuka telapak tangan, menggenggam pedangnya yang secara ajaib bergerak sendiri kembali kepada Stefan.

Dua raja dari kerjaan besar itu lantas saling menyerang satu sama lain. Mencari titik kelemahan lawan dan berusaha untuk menjatuhkan. Lukas mengayunkan pedang dan Stefan dengan gesit menangkisnya. Ia sempat lengah hingga Lukas dengan keras dapat menghantam bagian kepalanya dengan siku pria itu.

Stefan meringis. Ia berbalik menyerang dengan menebas Lukas membabi buta. Jual beli serangan berlangsung sangat lama. Tak ada seorangpun yang berniat untuk mengalah. Ini bukan hanya tentang mempertahankan tanah air, namun juga tentang ego dan harga diri seorang laki-laki. Keduanya sama-sama tahu jika mereka sedang menginginkan wanita yang sama.

Sementara itu ditempatnya berdiri, Hera masih tercengang. Ia tidak pernah melihat kekacauan sebesar ini. Tenda tempatnya bermalam selama beberapa hari kini hangus terlalap api sedangkan tubuh-tubuh tak utuh bergelimpangan didepan Hera.

CRAZY LADY (END)Where stories live. Discover now