Paman William

28.2K 2.3K 182
                                    

Seorang prajurit meminta ijin untuk menyampaikan surat dari kerajaan. Lukas yang sedang membaca laporan hasil pengamatan kondisi musuh lantas menghentikan segala aktivitasnya. Surat? Batin laki-laki itu penasaran.

Prajurit itu membungkuk memberi salam kemudian mengulurkan sebuah surat berstampel kerajaan kepada Lukas. Lukas menerimanya lalu mengisyaratkan prajurit itu untuk keluar dari tenda.

Dahi Lukas mengeryit menatap surat ditangannya. Harum bunga semerbak memenuhi indra penciumannya ketika surat itu terbuka. Lukas kenal aroma ini.

Kata demi kata Lukas baca dengan seksama. Mula-mula wajahnya menegang lalu detik berikutnya senyum lebar terpatri pada wajah tampan itu. Arumi hamil. Kekasihnya hamil! Astaga, Lukas sebentar lagi akan menjadi ayah.

Oh betapa senangnya Lukas menerima kabar gembira ini. Setelah penantian panjang akhirnya ia bisa mendapatkan keturunan. Semua orang harus mendengar kabar ini.

Lukas bergegas beranjak keluar dari dalam tenda. Wajah raja Sandor itu berbinar laksana bulan purnama. Ketika ia menyibak pintu tenda sudah ada tiga sahabatnya yang memang ingin bertemu dengannya.

Sebastian, Antoni dan William kompak membungkuk memberi hormat. William lantas mengeryit bingung saat melihat wajah sang kakak yang tampak begitu bahagia.

"Ada apa? Tidak biasanya wajah Kakak tidak muram durjana." William bertanya dengan wajah polosnya. Serius, William jarang sekali melihat Lukas tersenyum selebar ini. Kakak satu-satunya itu terlalu sering menampilkan wajah datar didepan umum.

Kali ini untuk pertama kalinya Lukas tak memiliki keinginan untuk menegur sang adik. Alih-alih marah, senyum Lukas justru semakin lebar. Ia merangkul bahu William, mengajak pria itu untuk mengikuti langkahnya kearah kerumunan prajurit yang langsung duduk tegak saat menyadari kehadiran para petinggi kerajaan.

"Aku harap tidak ada hal mengerikan yang akan kau sampaikan, Kak," gumam William.

Lukas terkekeh, "Justru aku akan mengumumkan kabar paling menggembirakan."

"Apa itu?"

Lukas tidak langsung menjawab. Ia menunggu sampai semua prajurit selesai memberi hormat baru Lukas mulai berbicara.

"Beberapa jam lagi kita akan berperang dengan kerajaan Vilip. Aku ingin kita semua bertarung dengan seluruh kemampuan yang kita miliki. Jangan pernah menyebut diri sebagai ksatria Sandor jika kalian tidak bisa menebas kepala prajurit Vilip!"

"HIDUP SANDOR!!"

"HIDUP RAJA LUKAS!"

Seruan itu menggema membelah langit temaram. Matahari sebentar lagi akan sepenuhnya tenggelam di ufuk barat menyisakan cahaya keemasan di atas sana.

Lukas mengangkat sebelah tangannya memberi tanda agar semua kembali tenang.

"Dan untuk loyalitas itu, malam ini kita akan berpesta. Para dayang akan menyajikan makan malam dan arak paling mewah untuk kalian semua!"

Ucapan Lukas menjadi angin segar bagi para ksatria. Mereka langsung bersorak gembira tak kuasa membayangkan betapa nikmatnya menyantap daging dan sebotol arak. Ah angin dingin dataran Lutfe tak lagi dihiraukan. Beberapa prajurit langsung bergerak menuju tenda dapur yang mendadak sibuk karena perintah mendadak sang raja.

Beberapa saat kemudian bunyi gemerisik dari arah hutan mengalihkan perhatian mereka. Terdengar suara langkah berbondong-bondong dari sana. Mereka menyipitkan mata menunggu dengan waspada sampai seorang prajurit berseru.

"Itu kawanan rusa! Kita makan besar!" katanya begitu senang ketika melihat rombongan rusa berjalan lurus kearah mereka seakan menyerahkan diri untuk segera di masak.

CRAZY LADY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang