CHAPTER 20

8K 506 3
                                    

“Sini, serahkan anakmu,” sesosok makhluk tinggi hitam dengan sorot mata merah yang tajam menatapku.

“Ini anakku!” Aku seolah-olah sedang membawa dua bayi kembar di tanganku, bayiku sangat lucu.

“Itu sudah menjadi anakku, bukan anakmu. Ayo serahkan!” Ia memaksa dan hendak merebut bayi ini dari dekapanku.

“Akan kuberi semua yang kau mau, harta dan perhiasan semuanya untukmu.” Ia berbisik seolah-olah jika aku menyerahkan bayi ini, ia akan memberiku uang dan perhiasan.

“Ayo cepat! Jangan berpikir terlalu panjang.”

Degup jantungku seolah-olah berhenti, antara mengiyakan atau tidak. Antara sadar dan tidak sadar aku memberikan bayi ini pada sosok makhluk ini. Namun, bayiku menangis.

“Bayiku!”

“Sudah, dia hanya menangis sejenak. Terim akasih atas pemberianmu ini dan tunggu pemberianku untukmu.” Ia pergi membawa kedua bayiku tersebut entah ke mana. Ia hilang bak ditelan gelap tanpa cahaya.

Seketika aku merasakan linglung, mengapa aku dengan tega menyerahkan bayiku padanya. Kepalaku sangat sakit, aku terjatuh, lalu pingsan.

Aku terbangun dari mimpiku, dengan mengontrol napasku yang tersengal-sengal. Aku meraba perutku dan ternyata perutku rata tidak membuncit.

“Massss! Mas Bahar!” Aku berteriak sangat keras.

“Ada apa, Sania? Jangan berisik!” Ia menatapku heran.

“Mas, bayiku di bawa jin, Mas. Mas, ayo, Mas! Kita ambil lagi,” ungkapku, entah mengapa aku merasakan ketakutan yang begitu mendalam.

“Perutmu, Sania. Astaga mengapa begini.” Ia meraihku dan meraba perutku yang sudah tidak buncit lagi. Padahal tadi baru saja periksa dan melakukan USG.

Aku menangis tersedu-sedu.

“Ibu kenapa? Ada apa, Pak?” Adrian masuk bersama kedua adiknya.

“Bu, kenapa perut Ibu seperti itu?” Adrian menatapku heran.

“Jin apa yang berani merebut anakku? Akan kuberi pelajaran!” Amarah Mas Bahar bergejolak, ia berani menantang jin yang telah mengambi kedua bayiku.

“Mas, sudah cukup. Tadi aku bermimpi bertemu dengan jin itu, dia mengambil bayiku Mas, aku pikir ini hanya bunga tidurku saja. Tapi, ternyata aku memang kehilangan bayiku,” ungkapku.

“Jin siapa maksudmu? Jangan-jangan memang ada jin yang telah mengintai anak kita,” ungkapnya.

Aku bingung dan aku yakin ini pasti berulah ke pesugihanku, nanti saja aku tanyakan ke Bu Puji.

“Ayo, kita periksa lagi sekarang!” Mas Bahar kekeh untuk memeriksakan kondisiku.

“Iya, Bu, ayo.” Lagi-lagi Adrian seperti bapaknya.

Aku memegangi perutku kala perutku terasa seperti ditusuk-tusuk. Rasanya sangat sakit.

“Mas, Mas, perutku, Mas ....” Aku tak tahu apa yang terjadi, perutku sangat sakit. Aku tak sadarkan diri. Terakhir yang kulihat dan kuingat hanyalah gelap.

THE DEVIL OF MOM [ Selesai dan Lengkap ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang