Bab 50

3.5K 346 5
                                    

Di pagi-pagi buta seperti ini, saat matahari sama sekali belum memunculkan cahayanya sedikitpun, sebuah pasukan berkuda telah berbaris rapi di halaman istana dengan Azler yang memimpin paling depan. Ini adalah misi pencarian Amora hari ketiga.

Sampai saat ini harapan Azler masih sangat besar. Dia merasa yakin jika dia bisa menemukan Amora. Dia akan mencari ke belahan dunia manapun untuk menemukan gadisnya. Dia tidak akan menyerah. Dia tidak ingin kehilangan Amora.

"Kalian masih ikut?" tanya Azler pada Eldean dan Sean yang baru datang dengan kuda mereka masing-masing.

"Kami akan selalu membantumu hingga Amora ditemukan," jawab Eldean.

"Hey, kalian berpikir tidak? Apa jangan-jangan Amora pergi dari sini karena takut dengannya– Akh!" Sean berakhir mendapat pukulan dari Eldean. Lalu dia baru saja menyadari jika kini Azler tengah memberikan tatapan mematikan padanya. Lihatlah! Bukankah tadi ucapannya benar?

Azler yang terlihat sudah siap segera menjalankan kudanya diikuti pasukannya menuju ke arah Utara. Sean dengan pasukannya ke arah Barat, Eldean dengan pasukannya ke arah Timur, dan pasukan terakhir ke arah Selatan. Mereka berpencar ke seluruh daerah bahkan keluar dari daerah Kekaisaran Ziurich. Kabar tentang pangeran Ziurich yang sedang mencari seorang gadis pun telah menyebar hingga ke kekaisaran lain dan mereka tidak akan terkejut lagi jika melihat pasukan Ziurich datang ke daerah mereka.

Semua orang dibuat penasaran dengan gadis yang membuat pangeran Ziurich sampai mencarinya itu. Seperti apakah gadis itu, secantik apakah gadis itu. Bahkan seluruh gadis sepertinya merasa iri dengan gadis itu karena sampai dicari oleh pangeran Ziurich sendiri.

***

Di dalam sebuah ruangan yang gelap dan sedikit berdebu, dengan pencahayaan yang hanya mengandalkan sinar bulan purnama, serta angin malam yang masuk melalui jendela berjeruji dan membuat hawa terasa sangat dingin, seorang gadis bersurai coklat tengah terbaring tak sadarkan diri dengan kedua tangannya yang dirantai.

Perlahan kedua matanya terbuka dan dia mengerjap beberapa kali untuk memperjelas penglihatannya. Awalnya dia merasa tidak ingat apapun, namun setelahnya dia langsung terbangun dan melihat ke sekelilingnya. Dia tidak tahu dirinya berada di mana, dan yang terakhir kali dia ingat adalah dia sedang merayakan pesta ulang tahunnya.

Amora kembali dikejutkan saat melihat kedua tangannya yang dirantai, dan ada sesuatu yang melapisi rantai itu. Seperti sebuah asap tipis dengan warna hitam yang tidak terlalu pekat. Sepertinya ini merupakan sihir yang membuat rantainya sulit dihancurkan atau dilepaskan.

Lengan gaun Amora yang terbuka membuatnya merasa kedinginan karena angin yang cukup besar masuk melalui celah pada jeruji sebuah jendela yang ada di ruangan ini. Dia pun hanya bisa memeluk tubuhnya sendiri agar tidak terlalu kedinginan.

"Ah, ternyata tuan putri sudah sadar."

Mendengar suara familiar seseorang, Amora pun menoleh ke arah pintu berjeruji yang mengurung dirinya dan dia melihat seseorang yang sebelumnya telah membantunya untuk kabur dari istana Ziurich. Seseorang itu berjalan mendekat membawa sebuah lilin di tangannya.

"Arabella?"

Gadis bersurai merah itu duduk di depan pintu jeruji dan meletakkan lilin yang dibawanya di sampingnya. "Kita bertemu lagi, sepupuku!" Seringaian tipis terbit di bibirnya.

"Sepupu? A-apa maksudmu?" jedanya sesaat, "Arabella, kenapa aku bisa berada di sini? Apa yang telah kau lakukan?"

Seringaian itu bertambah lebar, "Aku tidak melakukan apapun, kau dibawa ke sini oleh ayahku. Lagi pula, kau tidak perlu panik seperti itu! Kau berada di rumah pamanmu sendiri,"

"Bagaimana aku tidak panik jika tanganku dirantai seperti ini. Lepaskan aku!"

"Oh, Amora, tenanglah! Um, apakah sebaiknya aku memanggilmu Eleana saja? Bukankah itu nama yang diberikan oleh kedua orang tua aslimu? Nama yang dikenal sebagai seorang putri Kekaisaran Grayson."

Amora terperangah sesaat, "B-bagaimana kau bisa mengetahui hal itu?"

Arabella terkekeh mendengar ucapan Amora, gadis itu mengambil lilin yang sebelumnya dia taruh dan didekatkannya agar wajahnya dapat terlihat jelas oleh gadis yang berada dalam kegelapan ruang berjeruji itu.

"Aku mengetahui segala hal tentangmu, Amora. Sudahlah, sekarang kau beristirahat saja! Oh, atau kau mau aku ambilkan selimut agar kau tidak kedinginan?" ucapnya dengan nada bicara yang sedikit berbeda dan terdengar seperti bisikan.

Arabella beranjak pergi dari sana dan membuat Amora sedikit terperanjat, "Arabella lepaskan aku!!!" Teriaknya namun tak dipedulikan sama sekali oleh Arabella yang terus melangkah pergi.

Kini kegelapan dan kesunyian kembali menemaninya. Amora kembali meringkuk untuk menghangatkan tubuhnya dari angin malam yang menusuk. Perkataan Arabella terngiang di kepalanya. Beberapa pertanyaan muncul di benaknya, dan dia sedikit kebingungan dengan semua ini.

"Kita bertemu lagi, sepupuku!"

"Lagi pula, kau tidak perlu panik seperti itu! Kau berada di rumah pamanmu sendiri,"

"Sepupu? Paman? Apa maksudnya ini? Apakah ini adalah rumah Baron Carterbury? Apakah sang Baron ini saudara dari ayahku atau ibuku? Tapi kenapa dia membawaku ke sini dan mengurungku seperti seorang tahanan?"

Angin malam kembali berhembus masuk. Amora mengalihkan pandangannya keluar. Walaupun terhalang jeruji besi, dia masih dapat melihat bulan purnama yang bersinar terang. Suara binatang-binatang malam terdengar jelas dan membuatnya tidak terlalu kesepian. Dia sangat yakin jika dia tidak akan bisa tertidur dalam keadaan seperti ini. Biarlah matanya akan terus terjaga hingga melihat sang mentari yang menggantikan keberadaan bulan.

BLACK MAGIC [END]Where stories live. Discover now