Bab 29 - Datangnya Duka

4K 483 4
                                    

Istana Kekaisaran Ziurich yang tengah kosong membuat kaisar mengizinkan para putri bangsawan untuk tinggal di sana sementara. Selain untuk menemani Putri Anneliese yang kesepian, mereka juga bertugas merawat permaisuri yang sedang sakit.

Semua putri bangsawan tinggal sementara di istana, namun tidak dengan Moritha. Gadis itu masih kesal dengan perkataan Johanna yang mempermalukannya di depan putri bangsawan lain. Walaupun Johanna tidak ada di istana, tetap saja dia akan merasa malu karena pasti kini semua putri bangsawan telah mengetahui hal itu. Jika dia ikut tinggal di istana juga, mereka pasti akan senang bisa mengejeknya setiap saat.

Saat ini di istana kekaisaran, para putri bangsawan tengah sarapan bersama. Mereka menikmati hidangan mewah dan tentunya sangat lezat. Di antara kumpulan para putri bangsawan itu sang putri kekaisaran tidak terlihat sama sekali. Dirinya selalu mengurung diri di kamar dan pelayanlah yang harus mengantarkan makanan ke kamarnya itu.

Sebelumnya, Arabella akan membawakan teh dan sarapan untuk Putri Anneliese. Namun ternyata kepala pelayan memintanya untuk menyuapi permaisuri yang sulit makan. Karena itu, Arabella meminta Merliana yang memberikan teh serta sarapan untuk sang putri.

Gadis berambut jingga itu mengetuk pelan pintu bercat putih sebelum akhirnya masuk ke dalam. Di sana, Anne tengah duduk di atas tempat tidurnya dengan tatapan kosong. Entah apa yang terjadi dengannya sehingga membuatnya seperti ini.

"Yang Mulia Putri, aku membawakan teh dan sarapan untuk anda." Merliana meletakkan sebuah nampan yang dibawanya itu di atas nakas lalu dia mengambil piring berisi makanan itu dan memberikannya pada Anne.

Melihat Anne yang hanya diam saja, Merliana pun berniat untuk menyuapi sang tuan putri. Kelihatannya Anne sedang tidak napsu makan, mungkin saja itu disebabkan karena dia terus memikirkan keadaan ayah dan kakaknya di medan perang.

"Sudah," ucap Anne yang tidak mau lagi menerima suapan dari Merliana.

"Yang Mulia, anda baru makan sedikit."

"Sudah!" kini Anne berbicara sedikit keras dan membuat Merliana terkejut, gadis itu pun segera meletakkan kembali piring makanannya dan memberikan secangkir teh pada Anne.

Teh itu diminum hingga habis dan tiba-tiba saja Anne merasa kepalanya sangat pusing. Merliana yang telah meletakkan kembali cangkir teh ke atas nampan segera membantu Anne untuk berbaring karena melihat gadis itu memegangi kepalanya.

"Yang mulia, ada apa? Apa yang anda rasakan? Apa aku harus memanggil tabib istana?" tanya Merliana yang merasa khawatir akan keadaan Anne.

Di saat Merliana akan pergi untuk mencari bantuan, Anne menarik lengannya dan membuatnya tidak bisa pergi. Ringis kesakitan masih terdengar dari Anne, Merliana bertambah cemas karena sepertinya Anne tidak mau memanggil tabib untuk mengobatinya.

Perlahan, ringisan itu kini mulai mereda dan Anne sudah tidak memegangi kepalanya lagi. Dia melihat ke sekeliling dan merasa bingung dengan keberadaan Merliana.

"Yang Mulia, anda tidak apa-apa?"

"M-merliana?" Anne menggantungkan kalimatnya karena dia merasa jika otaknya sedang memutar sebuah ingatan selama dua pekan terakhir ini. Dan setelah memori itu terputar, Anne mengetahui alasan keberadaan Merliana di kamarnya ini.

"Yang Mulia, apakah kepala anda masih terasa pusing?"

"Tidak, hanya saja-"

Belum sempat Anne menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba saja sebuah terompet menyala dengan keras. Bunyi terompet berukuran besar ini menandakan jika pasukan perang Kekaisaran Ziurich telah kembali. Entah mereka membawa pulang kemenangan atau malah kekalahan.

"Yang Mulia, sepertinya pasukan perang telah kembali. Apakah anda ingin menyambut kedatangan mereka di gerbang?"

"Perang?" gumam Anne pelan lalu dirinya kembali mengingat sebuah memori. "Moersel... Ya, Ayo! Kita harus menyambut mereka."

"Tapi benarkah jika anda tidak sakit, Yang Mulia?

"Tidak, ayolah!" Anne beranjak dari tempat tidurnya dan menarik Merliana untuk segera pergi menuju gerbang istana.

Di dalam otaknya, Anne masih merangkai memori-memori yang sempat ia lupakan dalam sekejap tadi. Sedangkan kakinya terus melangkah dengan sedikit cepat menuju gerbang istana.

Jantungnya yang berdetak dengan cepat entah menandakan apa. Namun Anne terus berharap jika mereka baik-baik saja dan membawa pulang kemenangan.

Saat berada di pintu utama istana, detak jantung Anne semakin tak karuan. Apalagi setelah melihat sebuah tandu yang membawa seseorang di atasnya dan sepertinya sudah tak bernyawa. Tiba-tiba saja setetes air mata keluar, dan perasaan Anne semakin tidak enak.

Kaisar dan Azler yang menaiki kudanya di barisan depan menatap sendu ke arahnya. Mereka turun, lalu prajurit pembawa tandu itu menurunkan tandunya hingga orang-orang dapat melihat siapa yang mereka bawa.

Anne kini berlari ke arah gerbang dan tangisnya semakin pecah ketika melihat rambut pirang dari seseorang tak bernyawa itu. Dugaannya benar, seseorang yang terbaring tak bernyawa di atas tandu itu adalah Moersel.

"Tidak!!!" Anne menutup mulutnya dengan tangan lalu terduduk dekat Moersel yang sudah tidak bernyawa. Tangisnya membuat semua orang yang melihat ikut merasa sangat sedih. Merliana dan Arabella pun menghampiri Anne untuk menenangkannya.

"Ayah, kenapa harus dia? Kenapa Moersel?" tanya Anne disela-sela isak tangisnya.

Eldean yang berdiri di belakang Azler pun kembali mengeluarkan air matanya, dia juga merasa sangat sedih atas kepergian kakaknya. Awalnya dia juga merasa tidak terima, sehingga saat itu dia menyerang pasukan Grayson secara membabi-buta.

Sebuah sentuhan terasa di pundak kanan Eldean, dia menoleh dan mendapati Sean yang sedang menyalurkan semangat kepadanya. Eldean segera menghapus air matanya dan tersenyum tipis.

"Lady Barshire dan Lady Carterbury, bawalah Putri Anne ke kamarnya dan tenangkan dia," perintah kaisar.

"Baik yang mulia, kami permisi."

Merliana dan Arabella pun berusaha membawa Anne pergi dari sana, namun Anne terus meronta dan meneriaki nama Moersel. Azler yang sedari tadi tertunduk karena tidak mau melihat adiknya menangis, kini mengangkat kepalanya. Mereka kembali melangkah untuk memasuki istana dan pemakaman Moersel akan segera dipersiapkan.

*To Be Continue*

BLACK MAGIC [END]Where stories live. Discover now