Bab 25 - Berbagai Keadaan yang Mengejutkan

4.7K 567 7
                                    

Udara pagi hari ini sangat sejuk dengan hembusan angin yang menerbangkan beberapa helai rambut hitamnya. Namun hal itu tidak dinikmati seorang gadis yang tengah duduk sendirian di balkon kamarnya. Raganya memang berada di sana, namun pikirannya entah di mana.

Sebuah pintu besar jauh di belakangnya terbuka dan menampilkan seorang laki-laki berambut pirang yang memandangnya lembut. Terdengar helaan napas dari laki-laki itu sebelum akhirnya melangkah masuk dan menghampirinya.

Dimulai sejak kemarin, Moersel merasakan perubahan pada tuan putrinya. Anneliese yang biasanya ceria dan banyak bicara kini berubah menjadi pendiam dan suka melamun. Entah apa alasannya, saat Moersel bertanya pun gadis itu hanya diam saja.

Karena merasakan keberadaan orang lain di dalam kamarnya, Anne pun segera berbalik dan menatap Moersel dengan wajah datar. Matanya memang mengarah pada Moersel, tetapi lelaki itu melihat tatapannya sangat kosong.

"Apa hasil perkumpulan itu?" tanyanya datar.

Setelah semalam mendadak mendapatkan tantangan berperang dari Kekaisaran Grayson, pada saat itu juga kaisar langsung memanggil seluruh petinggi Kekaisaran Ziurich untuk menyusun taktik peperangan.

Selain itu, karena waktu yang diberikan hanya satu pekan maka dalam satu pekan itu Kekaisaran Ziurich harus dapat mempersiapkan pasukan perang dan segalanya dengan sangat baik. Dalam peperangan ini, Azler lah yang ditunjuk oleh sang kaisar sendiri untuk menjadi panglima perang.

Awalnya Moersel merasa sedikit aneh karena Anne menanyakan tentang hasil pertemuan semalam. Tetapi Moersel melupakan jika Anne adalah seorang putri, tentunya dia juga ingin mengetahui hal yang sedang terjadi di kekaisarannya ini.

Dengan senang hati Moersel pun akhirnya menjelaskan semuanya pada Anne, dari mulai kedatangan seorang prajurit yang terkena panah hingga taktik peperangan yang telah dibahas bersama dengan kaisar.

"Baik, pergilah."

"Pergilah?"

"Kau tidak mengerti?"

Bukannya tidak mengerti, tetapi Moersel tidak percaya. Anne benar-benar sudah berubah. Biasanya setiap pagi gadis itu selalu meminta ditemaninya pergi berjalan-jalan ke taman, namun kini dia hanya diam di kamar dan malah mengusirnya. Ada apa sebenarnya dengan Anne?

"Apa kau tidak mau keluar dan berjalan-jalan di taman, Anne? Lalu kau biasanya selalu menikmati secangkir teh di pagi hari sambil melihat pemandangan taman yang indah. Apa saat ini kau sedang sakit?"

"Pergi sekarang juga!"

Sentakan dari Anne membuat Moersel begitu terkejut. Gadis itu sama sekali tidak pernah berbicara dengan nada tinggi sebelumnya, namun kenapa kali ini dia berteriak seperti itu padanya. Walau begitu, Moersel pun tetap menuruti perkataan Anne dan pergi karena dirinya juga harus mulai berlatih untuk peperangan.

***

Secangkir teh tawar dan semangkuk bubur telah siap di atas sebuah nampan. Johanna yang baru saja selesai membuatnya segera membawanya menuju ke kamar permaisuri. Dia juga akan membantu sang permaisuri makan dengan menyuapinya.

Setelah mendengar kabar seorang prajurit perbatasan yang terkena serang, kondisi permaisuri melemah karena terus memikirkan hal-hal buruk yang takutnya terjadi pada kekaisarannya ini. Apalagi saat mengetahui bahwa Kekaisaran Grayson menantang untuk berperang, dirinya semakin memikirkan keadaan keluarganya. Terutama Azler yang dijadikan panglima perang.

Tentunya dengan banyak memikirkan hal-hal itu dan kekhawatiran yang tinggi membuat penyakit yang dimiliki permaisuri kembali terasa. Tubuhnya melemas dengan suhu yang naik tinggi dan kepalanya terasa pusing.

"Permisi yang mulia, apakah saya boleh masuk?" tanya Johanna di luar kamar permaisuri. Lalu tak lama kemudian seorang pelayan membukakan pintu kamar itu dan dia mulai melangkah masuk.

Johanna tersenyum ke arah permaisuri dan dibalas senyuman juga oleh wanita paruh baya itu. Dia duduk di dekat tempat tidur dan meletakkan nampan yang dibawanya itu di nakas yang berada di sampingnya.

"Maafkan aku, Yang Mulia, apakah aku bisa membantu anda untuk sarapan kali ini?"

"Tentu saja Hanna, kau gadis yang sangat baik," tangan permaisuri bergerak untuk menyentuh wajah gadis itu untuk sekejap.

Setelah mendapatkan izin, kini Hanna pun mengambil mangkuk berisi bubur manis yang dibuatnya itu lalu mulai menyuapi permaisuri dengan hati-hati. Selama gadis itu menyuapi permaisuri, keadaan hening tak ada yang berbicara.

"Hanna, aku sudah merasa kenyang." Ucapan permaisuri membuat Johanna menghentikan gerakan tangannya yang akan menyuapkan makanan lalu kembali meletakkan mangkuk berisi bubur itu ke atas nampan. Dia beralih mengambil secangkir teh yang lalu diberikan pada permaisuri.

"Yang Mulia, istirahatlah kembali. Semoga yang mulia bisa cepat pulih," ucap Johanna sebelum akhirnya keluar dari kamar itu. Saat berada di luar kamar permaisuri, tiba-tiba saja gadis berambut hitam itu menyunggingkan senyumannya sekejap lalu benar-benar pergi dari sana.

*To Be Continue*

BLACK MAGIC [END]Where stories live. Discover now