Bab 45

3.8K 385 14
                                    

Hari belum senja namun langit terlihat gelap. Awan hitam terlihat siap mengeluarkan apa yang ditampungnya, namun tidak kunjung juga. Angin bertiup cukup kencang membuat suasana menjadi berbeda dan terasa sedikit mencekam. Burung-burung gagak berterbangan di atas, seperti yang sudah tahu jika sebentar lagi mereka akan mendapat santapan.

Seorang gadis berjubah hijau gelap berdiri di antara orang-orang yang akan menyaksikan penghukuman pada putra putri Earl Veelaz. Manik hitam pekatnya menatap tajam seorang gadis yang sudah pasrah dan meletakkan lehernya di tempat pemenggalan. Seringaian muncul di bibirnya ketika kedua kepala itu terlepas dari dua tubuh.

Gadis itu menunduk untuk melihat kedua tangannya yang sudah bersih dari pada semalam, perlahan dia mundur untuk keluar dari kerumunan dan dia akan pergi dari sana. Rencananya untuk menyingkirkan orang-orang yang dianggapnya sebagai penghalang hampir selesai. Namun sekarang, ada satu rencana lain yang harus dia lakukan lebih dulu.

Setelah melipir ke perbatasan hutan, gadis itu mengucapkan mantra dalam hatinya lalu dalam seketika dia berubah menjadi burung merpati. Burung merpati itu berlalu terbang menuju ke Istana Kekaisaran Ziurich dan dia mencari tempat yang aman untuk berubah wujud menjadi manusia kembali.

Setelah mendarat di balik semak-semak yang berada di halaman belakang istana yang sepi, dia pun membaca mantra. Dalam wujud manusianya, dia melepas jubah hijau panjang dan menggerahkan itu lalu dia merubah warna matanya kembali menjadi hijau. Surai merah yang tadinya tergulung kini tergerai indah. Dia tidak memerlukan penyamaran lagi untuk rencana yang satu ini. Dia akan lebih mudah dan diizinkan masuk istana oleh para prajurit penjaga karena mereka mengenalnya sebagai, Arabella Carterbury.

***

Di dalam ruangan kamar yang sunyi, seorang gadis tengah disuapi makan oleh seorang pelayan. Tatapan mata gadis itu sangat kosong, dia tidak berbicara sama sekali. Untuk bergerak pun sepertinya tubuhnya sangat kaku. Dia sangat terlihat seperti patung hidup.

Setelah pelayan itu selesai melakukan tugasnya, dia pergi dan membiarkan Amora untuk beristirahat, walau memang sebenarnya dia tidak melakukan apa-apa selain terduduk diam dan tidur. Tak lama dari itu, Amora mengedipkan matanya berkali-kali lalu menggeleng pelan. Kesadarannya telah kembali, dia telah terbebas dari pengaruh sihir Johannes. Amora tidak mengingat apapun dalam waktu sebentar.

Amora mengedarkan pandangannya untuk melihat ke sekeliling, lalu dia melihat tangannya yang dipenuhi banyak bekas luka dan pergelangan tangan kirinya yang diperban. Hal terakhir yang Amora ingat adalah saat rasa sakit yang menyiksa itu terasa kembali, lalu semuanya gelap. Dan kini, kenapa dia tiba-tiba dalam posisi duduk dan bukannya tertidur? Apakah dia tak sadarkan diri sambil duduk seperti ini?

"Aku masih hidup?" gumamnya. Amora mengepalkan kedua tangannya dan menggeram kesal. Dia berjalan menuju ke cermin dan melihat pantulan dirinya. Tidak semengerikan dari sebelumnya. Tubuhnya kini bersih walaupun masih banyak terdapat bekas luka, kantung mata hitamnya menghilang, dan rambutnya tidak acak-acakan.

Amora berjalan ke arah jendela dan melihat ke luar, tidak terlalu banyak prajurit yang berlalu lalang. Suasana terasa lebih sepi dari biasanya. Amora ingin sekali pergi dari istana ini. Dia ingin pergi jauh dan melupakan semua tentang kehidupannya ini. Entah nanti berakhir tak ada harapan untuk hidup lagi, atau malah menemukan suatu alasan kuat untuk terus hidup. Yang terpenting Amora tidak ingin berada di tempat ini. Meskipun berada di dalam kamar yang megah, namun Amora merasa seperti berada di dalam penjara bawah tanah yang menyesakkan.

BLACK MAGIC [END]Where stories live. Discover now