"Ck. Jawab yang bener, bisa gak?" tanya Bintang sambil berkacak pinggang.

"Sayang, dia kucing. Mau kamu tanya sampai muka kamu merah juga jawabannya tetep gitu Bintang." Bulan berjongkok menatap kucing yang sudah ia anggap dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Hey," panggilnya sambil mengelus kucing itu.

"Bunda marah ya sama kamu, Brandon. karena keluyuran terus ngehamilin kucing orang. Tadi bapaknya marah-marah loh ke Bunda," ujar Bulan sambil menatap mata kucing kesayangannya yang sudah ia anggap seperti anak sendiri.

Meong!

"Muka lo ngajak ribut anjir!" umpat Bintang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Muka lo ngajak ribut anjir!" umpat Bintang.

"Jangan gituuu. Dia anak kamu."

Kucing sialan!

Bintang kembali mengumpat dalam hati. Sebenarnya ia sangat terpaksa menganggap Brandon seperti anaknya. Kalau bukan karena Bulan memaksa, ia sangat tidak sudi. Sekarang, ia seperti orang gila yang memarahi kucingnya karena telah menghamili kucing tetangga.

Mau tanggung jawab juga bagaimana? Ini hanya kucing. Masa mereka harus membuat hajatan besar-besaran? Bisa dibayangkan?

"Udah lah, Bul. Kita bikin anak sendiri aja. Anak beneran, bukan kucing kayak si odon," ujar Bintang. Ia memang memiliki panggilan khusus buat kucing lucu itu.

"Heh!" Bulan memukul punggung Bintang. "Kita masih sekolah. Ya kali bikin anak sekarang," gerutunya.

Bintang mengangguk setuju. "Ga lama lagi kita lulus. Abis lulus kita langsung buat gimana? Kan kita udah enggak sekolah tuh. Apa kita nikah aja?" saran Bintang.

Bintang dan Bulan sekarang sudah menduduki kelas akhir. Yang artinya mereka harus lebih giat lagi belajar. Dan Bintang, cowok itu sudah mengurasi aktivitas bolos saat pelajaran. Hanya mengurangi, bukan berhenti, jadi sesekali masih suka membolos, walaupun akhirnya kena jewer Bulan dan dihukum oleh Bu Queen.

"Gak usah aneh-aneh. Uang aja masih minta sama orang tua, nanti aku mau dikasih makan apa?" tanya Bulan. "Cinta?"

Huekk

Bulan memperagakan gaya seperti ingin muntah mengejek kata yang ia sebutkan tadi.

"Kerja dulu yang bener. Terus kita nikah, abistu punya anak yang banyaakkkk!"

Mata Bintang berbinar. "Beneran mau punya anak yang banyak?"

Bulan mengangguk semangat. "Mauu bangetttt! Biar nanti rumah kita ga sepi."

Mendengar itu Bintang tersenyum miring. Rasanya ia sudah tidak sabar untuk menikahi Bulan. Apa besok ia harus segera menikahi Bulan?

Bintang menunduk dan menatap mata Bulan, kemudian ia memajukan wajahnya tepat di samping telinga Bulan. Ia berbisik. "Jadi ga sabar buat anak sama kamu."

My Absurd Ex [END]Where stories live. Discover now