Part 37

16.8K 2.2K 115
                                    

SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAA💓

HAPPY READING

Keadaan Bulan sudah agak membaik dari kemarin. Pagi ini ia sudah bisa beraktivitas kembali, walaupun sempat dilarang oleh Anggara, tetapi akhirnya boleh juga karena segala bujukan yang keluarkan oleh Bulan mampu membuat Anggara luluh.

Ia berangkat sekolah kali ini dijemput Bintang. Cowok itu sudah berpesan kemarin.

Bulan melirik jam dindingnya. "Masih jam enam kurang," gumam Bulan.

Lalu ia bersiap-siap memakai seragamnya dan sedikit menggunakan lipbalm. Di nakas, ponselnya Bulan bergetar tanda ada yang menelponnya, Bulan tipe orang yang ponselnya tak bersuara, cukup bergetar saja sudah cukup.

'Bintang' nama itu tertera di sana. Buru-buru ia mengangkatnya. "Hallo?"

"Halloo Bulbul! Gue udah di depan rumah lo nih."

"Depan rumah gue? Gila lo ya! Masih pagi banget ini," ucap Bulan. Sambil menelpon ia segera bersiap-siap mengambil tas dan sepatunya.

"Gue terlalu semangat mau berangkat bareng. Jadi kepagian deh."

Bulan berdecak. "Ya udah, tunggu gue."

"Oke sayang."

Tutt.. Tut..

Ceklek

Bulan membuka pintu kamar lalu menghampiri Anggara dan Angkasa yang sedang sarapan bersama.

"Pa, Bulan berangkat ya." Bulan menyalami tangan Anggara lalu mencium pipinya.

"Kok cepet banget?"

"Bintang udah di luar, kasian kalo suruh nunggu lama-lama."

"Suruh sarapan bareng aja," ujar Angkasa yang diangguki oleh Anggara.

"Ga usah. Nanti dia keenakan."

Bulan berjalan ke arah Angkasa lalu mencium pipinya. "Ulan berangkat dulu ya, bang Asa!" ucapnya sambil tersenyum.

"Hati-hati adek Ulan." Angkasa mengelus puncak kepala Bulan. Anggara melihat itu tersenyum hangat, andai saja istrinya masih hidup, mungkin ia akan melihat pemandangan anaknya yang sedang akur ini.

Sebelum berangkat Bulan ke dapur untuk menghampiri Bi Siti. "Bi, bekalnya udah jadi?" bisik Bulan.

"Sudah, Non. Ini bekalnya." Bi Siti menyerahkan sekotak bekal pada Bulan. Bulan langsung memasukannya ke dalam tas agar tak dilihat oleh Anggara dan Angkasa.

"Makasih, Bi. Bulan berangkat ya." Bulan menyalami tangan Bi Siti lalu segera meninggalkan dapur.

"PAA! ABANG! BULAN BERANGKAT!"

"ASSALAMUALAIKUM!" teriaknya.

"Waalaikumsalam," jawab keduanya.

"Berisik amat teriak-teriak," gumam Angkasa.

Anggara meletakkan sendok yang ia pegang ke piring lalu menatap Angkasa. "Abang, ayok balik lagi ke topik kita. Siapa perempuan yang sama kamu kemarin di restoran? Kok ibu-ibu?"

My Absurd Ex [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang