Chapter 42

2.7K 275 18
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Jordan menatap pada perempuan yang berada di depannya.

Perempuan itu cantik, tapi Jordan tidak tertarik. Bahkan saat perempuan itu tersenyum kecil padanya, seakan memaklumi sikap dingin yang diberikan olehnya.

Apakah dia salah orang?

Seingatnya, perempuan Flint adalah seorang perempuan tua dengan wajah penuh keriput. Tapi kenapa sosok didepannya ini malah seseorang dengan wajah lembut dan tatapan hangat yang memancarkan cemberut ketidaksukaan?

Rambutnya hitam sepinggang dan ada beberapa berlian yang menghiasi surai lebatnya. Wajahnya berbentuk bulat, matanya juga bulat, memiliki pancaran kecil dengan manik coklat. Hidungnya kecil dan dia tetap tidak semenarik Rose nya.

Ah, Jordan merindukan mantan kekasihnya itu.

"Aku tau kau tidak menginginkan pernikahan ini. Aku pun tak menghendakinya karena aku juga memiliki kekasih. Kita sama, mencintai seseorang yang tidak sederajat dengan kita," Ujar perempuan itu.

"Memang apa derajat kita?" Jordan bertanya, masih dengan tatapan tajamnya.

Mendengar kata derajat, membuat Jordan selalu mengingat dengan jelas akan apa yang ia lakukan saat pertama kali bertemu dengan Rose. Jordan selalu membatasi diri dan terkesan membenci karena derajat Rose tidak sama seperti nya yang berdarah murni.

Dan kali ini, Jordan merasa marah setiap mendengar kata itu. Seakan-akan hal itulah yang menjadi alasan kuat tak bersatunya ia dengan sang pujaan hati.

"Kau tau apa maksud ku anak muda," Perempuan itu mendengus.

"Jangan sebut aku anak muda jika pada akhirnya kita akan tetap menikah," Jordan menimpali sambil menatap tubuh perempuan didepannya yang terbalut dengan sebuah gaun panjang berwarna coklat tua.

"Tetap saja kau masih seperti anak anak bagiku."

"Jangan meremehkan ku. Walau seperti anak anak, aku bisa membuatmu hamil lebih dari sepuluh kali," Entah kenapa Jordan mengatakan hal ambigu itu yang membuatnya hampir tersedak air liur nya sendiri.

Sedangkan perempuan didepannya malah membelalak dengan tak nyaman.

"Tidak sopan sekali," Perempuan itu menggerutu sambil menatap kepenjuru ruangan tanpa memperhatikan tatapan tajam yang Jordan berikan. Tak bisa menampik bahwa dia merasa malu, terlecehkan dan terendahkan.

Dan Jordan hanya mampu mendengus meremehkan.

Perempuan itu benar-benar pantas ia jadikan seorang ibu karena usianya. Apakah ayahnya benar-benar gila? Menjodohkan nya dengan perempuan setua ini?

Bukan kemauannya untuk menghina atau membenci, hanya saja, Jordan merasa ini tak pantas dan tak benar. Perempuan didepannya memanglah cantik, wajahnya tersirat kelembutan, tapi Jordan tak merasakan getaran apapun saat melihatnya. Tidak seperti saat ia pertama kali bertemu dengan Rose. Dimana saat itulah Jordan baru merasakan yang namanya cinta pada pandangan pertama walau selalu menampiknya.

MOTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang