Chapter 04

5.8K 536 194
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.

Dua bulan kemudian.

Astoria melirik pada tiga orang yang duduk tenang dimeja makan berukuran besar itu dengan cemas. Ia tak dapat menahan rasa penasaran selama beberapa hari ini.

Dua bulan telah berlalu semenjak Narcissa mengatakan padanya bahwa ia tak diperbolehkan untuk menemui Hermione. Dan sudah selama itu pula Draco selalu tak dapat menghabiskan waktu dengannya seperti saat awal mereka menikah.

Astoria merasa bahwa waktu untuk dirinya telah menipis dengan kedatangan Hermione dalam kehidupan pernikahan nya.

Seharusnya ia tak merasa iri atau cemburu, toh Hermione hanyalah alat untuk memberinya keturunan. Tapi entah kenapa, setiap saat Draco pulang dari kediaman perempuan itu, Astoria sellau mencium aroma perempuan lain, dan itu adalah aroma Hermione.

Astoria merasa marah dan kecewa, ia tak suka jika harus berbagi suami dengan orang lain. Ia tak suka jika harus menciun aroma lain dari tubuh suaminya. Tapi ia juga tak bisa egois dengan membenci Hermione.

Ia merasa serba salah memiliki perasaan cemas seperti ini.

Akhir akhir ini bahkan Draco jarang pulang ke Manor dan memilih untuk tinggal di rumah kecil milik healer St. Mungo itu.

Tanpa sadar Astoria memiliki sepercik rasa iri dan dengki di hati nya karena Hermione.

"Ku perhatikan sedari tadi kau hanya mendengus dan melamun. Sangat tidak sopan untuk wanita pureblood yang telah diajari tata krama untuk melakukan hal seperti itu Astoria", Narcissa dengan suara anggun nya melirik tajam pada menantu nya itu.

"Maafkan aku Mother. Aku sedikit tak enak badan akhir akhir ini", dia berbohong.

Draco terlihat melirik itu sekilas, tampak tak tertarik sama sekali. Ia tetap melanjutkan makan nya, memotong steak sapi nya dan melahapnya.

Astoria merasa kecewa karena Draco tampak acuh tak memperhatikan nya.

.

Hermione terdiam. Menatap banyak nya orang yang berlalu lalang di malam hari yang cukup ramai ini.

Ia melirik sekilas pada cermin yang berada disebelah kanan nya, menatap pantulan dirinya disana yang menggunakan gaun tidur santai berwarna putih gading dengan renda disetiap sisi nya.

Tanpa sadar ia mengelus perutnya sendiri.

Ia tersenyum kecut. Tak dapat mengetahui apa yang ia rasakan pasti.

Hanya sedikit rasa senang dan sebanyak rasa takut yang tak dapat ia deskripsi kan.

Lima hari lalu ia mendatangi salah satu rumah sakit muggle karena merasa tak enak badan, sering merasa lelah dan selalu mual. Ia berpikir bahwa itu hanyalah dampak dari ia terlalu bekerja keras di St. Mungo, atau karena makanan yang selama ini ia makan. Ia berpikir mungkin ada beberapa alergi atau semacamnya.

MOTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang