21 | Really?

882 134 12
                                    

Jia pikir tempat-tempat seperti ini sudah jarang sekali karena banyaknya pembangunan kota yang semakin maju dan meluas. Jauh dari keramaian bahkan hanya ada satu rumah di area perkebunan yang cukup luas. Rupanya ia masih bisa menemukannya tanpa perkiraan. Pagi ini Jia tidak langsung mandi, rasanya masih sangat malas untuk bersentuhan dengan guyuran air shower jadi ia memilih untuk berkeliling di sekitar vila yang dikelilingi pohon jeruk dan pohon-pohon cemara.

Jia kembali ke atas balkon, dari sana ia bisa melihat seberapa luas kebun jeruk yang mengelilingi vila ini. Hamparan bukit-bukit kecil yang terlihat dari kejauhan, kabut tipis serta kicauan burung yang menjadi musik ketenangan selama Jia berdiri di sini. Udaranya sangat bersih dan segar, Jia jadi suka berlama-lama di luar meskipun suhu rendah namun tidak membuat kulitnya mengriput karena dingin.

"Sedang lihat apa?" Suara Taehyung dari belakang membuat Jia agak terkejut bersamaan dengan pinggangnya yang dipeluk erat, tak luput ia mengecupi leher Jia sampai wanita itu merasa tak tahan karena kegelian.

"Lihat, di sana ada rumah kecil, kau tau siapa pemiliknya?" Jia mengacungkan telunjuknya pada satu arah di mana ada sebuah bangunan kecil yang menarik pandangannya sejak tadi, letaknya berjarak lumayan jauh jika dilihat dari vila ini.

Taehyung semakin erat memeluk istrinya dari belakang, mendaratkan dagunya di perbatasan antara bahu dan leher Jia. "Itu milik kakek. Rumah kecil itu hanya di kunjungi satu tahun dua kali."

"Kenapa? Memangnya tidak dibersihkan?" Jia sedikit menoleh.

"Mereka akan datang ke sana ketika sedang bosan dengan keramaian. Ada pegawai kebun yang membersihkannya juga." Taehyung menjelaskan hanya beberapa yang ia ketahui.

Jia mengangguk-angguk paham, hingga waktu membiarkan suasana menjadi hening di antaranya. keduanya menikmati pemandangan yang semakin indah ketika matahari pagi mulai membumbung di balik awan, kabut mulai menipis serta burung-burung mulai berterbangan.

"Tadi aku belum menyiapkan sarapan karena melihatmu masih tidur, mau sarapan apa? Biar kubuatkan sekarang." Jia memiringkan kepala selagi menatap Taehyung di sisi wajahnya.

Mendengar tawaran dari istrinya, Taehyung segera melancarkan satu aksinya yang sudah beberapa hari ini ia tunda. Taehyung menegakkan badannya yang tadi sedikit membungkuk saat memeluk Jia, tangan kanannya perlahan beralih mengapit dagu Jia dengan telunjuk dan jempolnya, membuat Jia benar-benar menoleh ke samping.

"Tidak usah repot-repot, aku hanya perlu ini." Taehyung langsung memangkas jarak hingga bibir mereka menyatu. Meski sesaat Jia sempat terkena serangan jantung pada detik itu juga namun beberapa detik berikutnya Jia ikut menikmati permainan Taehyung. Taehyung memutar tubuh Jia tanpa melepaskan ciuman mereka yang semakin lama saling membelitkan lidah, ia membawa kedua tangan Jia untuk melingkar di lehernya sementara kedua tangan miliknya melingkari pinggang Jia dengan usapan-usapan yang kian menjalari belakang tubuh sang istri. Setiap decapan yang mengisi hening di antara mereka menjadikannya sebagai pengiring rindu yang tengah tersalurkan.

Jia mengingat sudah hampir seminggu ia tak memenuhi kebutuhan biologis suaminya, bukan karena lupa atau sengaja. Tapi Taehyung yang berinisiatif untuk mengalah melihat kondisi Jia yang sering kelelahan akhir-akhir ini. Ciuman yang semakin lama semakin mendalam dan menimbulkan sebuah gairah yang mendesak membuat mereka enggan melepaskan diri satu sama lain. Taehyung mengangkat tubuh Jia dan menggiringnya ke atas ranjang.

Keduanya menikmati waktu bersama hingga hari menuju sore dan tiba di waktu mereka harus mengemas barang-barang dan kembali ke Seoul malam ini. Sungguh, sebenarnya Taehyung tak sampai hati melakukan perjalanan malam yang bisa saja membuat Jia semakin kelelahan namun Jia yang memaksa agar Taehyung tak lebih banyak mengambil waktu libur.

StuffyWhere stories live. Discover now