07 | Side

1K 151 3
                                    

Berhubung hari masih sangat pagi, Taehyung memutuskan untuk pergi ke sebuah Hotel. Seperti yang sudah di janjikan Han Kyung kemarin bahwa, ia akan mengenalkan seorang pengacara untuk mengurus masalah lahannya yang tenyata menjadi objek sengketa.

Entahlah kesialan apa lagi yang akan diterimanya, kepala Taehyung sudah cukup pusing memikirkan pekerjaan di kantor, belum lagi masalah rumah tangganya yang akhir-akhir ini kerap menjadi batu penghalang dalam pikirannya. Dan sekarang ia harus dipusingkan dengan masalah lahan yang ia beli dari wakil walikota, dua bulan yang lalu Taehyung sudah menandatangani kesepakatan. Proyek pembangunan Hotel sudah akan dilaksanakan dalam bulan ini, dan kemungkinan Minggu depan ia sudah akan melakukan pengecekan lahan bersama kepala tim kontraktor.

Namun semuanya menjadi rumit setelah mendapatkan kabar bahwa tanah yang ia beli menjadi objek sengketa.

Sesampainya di sana Han Kyung sudah berada di tempat lebih awal karena harus membuat janji sebelum jam sembilan pagi. Keduanya sudah menaiki lift menuju lantai tiga. Taehyung mengikuti langkah Han Kyung, tiba di suatu pintu wanita itu memutar tubuhnya menghadap Taehyung.

Pria itu tersentak, tatkala tangan wanita itu menjulur ke arah dadanya."Maaf, dia tidak suka berantakan," ucap Han Kyung berlanjut merapihkan dasi Taehyung yang tidak seberapa jika untuk dikatakan 'berantakan'. Pria itu selalu berpenampilan rapih setelah menikah, tapi bukan berarti sebelum menikah ia seperti manusia urakan. Taehyung termasuk pria dengan hidup tertata sejak kecil.

Park Jinhyo, wanita berusia tiga-puluh lima tahun dengan paras yang tegas, untuk penampilan, mungkin ucapan Han Kyung beberapa saat sebelum mereka memasuki ruangan dan menduduki salah satu sofa di sana, dapat menggambarkan bagaimana penampilan wanita tersebut.

Wanita itu masih meniti setiap inci wajah Taehyung setelah mengalihkan pandangannya dari penampilan Taehyung. Suit hitam yang dipadukan dengan kemeja putih di dalamnya, menambah karisma pria Hwang ini semakin terpancar. Tak lupa, rambut belah tengahnya yang disisir ke belakang rapih dengan bantuan gel rambut.

"Han Kyung sudah menceritakannya, dan jika anda membawakan hasil yang memuaskan...," Taehyung melirik Han Kyung, wanita itu mengangguk upaya memberikan keyakinan sekali lagi pada mantan kekasihnya itu, "maka saya akan menambahkan dua kali lipat."

Jinhyo menarik senyum di satu sudut bibirnya, beserta alisnya yang terangkat sombong. Ia mengulurkan tangan mencekal botol red wine lalu menjunjungnya agak tinggi lantas menuangkan cairan berwarna merah itu pada tiga gelas seukuran.

"Kau mengerti cara memuaskanku. Bukankah memang seharusnya begitu cara menghargai usaha seseorang?" Jinhyo mengacungkan gelasnya lalu menyesap cairan tersebut dengan anggun, namun tak luput dari aura tegasnya.

Taehyung mengingat ucapan Han Kyung tentang wanita yang berada di hadapannya kini. Jinhyo hanya akan bekerja dengan orang kalangan atas, orang yang tidak ragu memberikan imbalan atas kerja keras Jinhyo. Wanita itu memang super sibuk namun bukan karena pekerjaannya sebagai pengacara, melainkan menikmati malam bersama pria panggilannya.

"Kapan kau akan mengirimkan hasil?"

****

Jia sadar adiknya bukan lagi batita yang dibujuk hanya untuk membuka mulut demi meloloskan satu suapan nasi. Adiknya itu keras kepala, tidak bisa jika hanya dengan satu permohonan wajah memelas atau satu tetes air mata palsu. Ia hanya akan tunduk jika sang kakak sudah menunjukkan taringnya.

Lihatlah bocah laki-laki yang tengah memainkan game-nya, ia sama sekali tak merespon kedatangan sang kakak. Jia berjalan di belakang sofa sembari memandangi adiknya yang tak menggubris kehadirannya, kedua tangan Jia bersarang dalam saku celana kerja. "Kau yakin tak akan peduli dengan kehadiranku?"

StuffyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang