06 | Hate

1K 151 6
                                    

"Hai, Bibi. Sudah lama tidak berjumpa."

Begitu Yui membuka pintu, Nari menyapa dengan wajah ceria. Wanita cantik berambut panjang itu masuk dengan senyum yang tak pernah absen dari bingkai bibir. Nari adalah teman sekolah Jia yang sampai sekarang masih berteman dekat dengan Jia.

"Aku membelinya untuk Bibi," kata Nari sambil menyodorkan sebuket bunga Krisan berwarna putih dan ungu.

Yui menerima bunga cantik tersebut dengan hati hangat. "Terimakasih banyak." Yui mendekatkan kelopak bunga itu ke hidungnya, menghirup wewangian yang ada di sana. Sejak dulu Yui selalu senang kalau Nari datang berkunjung, walaupun Nari sebenarnya datang untuk mengunjungi Jia.

"Bibi pasti akan senang sekali jika, Nak Nari jadi menantu Bibi."

"Dan, aku akan bersyukur sekali jika punya mertua sebaik Bibi," katanya menanggapi.

Mereka; Yui dan Nari, bergandengan tangan berjalan memasuki rumah. Keduanya dekat selayaknya seorang ibu dan anak, sifat Nari yang ceria dan menyenangkan juga gampang bergaul membuat ia bisa dekat dengan siapa pun termasuk bibi pengurus rumah temannya.

"Anak bibi tampan tidak? Kalau seperti Jack di film Titanic, ayo sekarang kita pergi menemui pendeta."

"Dasar kau ini." Yui terkekeh sambil menepuk punggung tangan Nari yang terselip di lengannya. "Nak Jia, ada di kamarnya. Naiklah, akan kubuatkan minuman untuk kalian."

Nari mengangguk, melepas tautan tangan di lengan Yui, mereka berpisah, Yui berbelok ke dapur sementara Nari lurus menuju tangga. Kaki jenjangnya yang dibalut jeans ketat meniti satu per satu anak tangga, melangkah menuju kamar Jia yang ia hapal berada di sudut.

Sebelah tangan Nari meraih kenop pintu kamar Jia, menyembulkan kepalanya ke dalam, menyapu kamar menggunakan sensor mata sebelum membukanya lebar-lebar.

"Hei, kau kenapa?" Nari mendapati Jia duduk menghadap cermin di kursi meja rias, sedang mengacak-acak rambut sambil menggeleng kiri-kanan, mungkin Jika Jia memiliki kutu, hama itu akan terlempar dari pertahanannya memeluk sehelai rambut.

Atensi Jia tertarik, ia menghentikan aksinya lalu menoleh ke pintu. Pipi Jia jadi merah karena terciduk. "Sejak kapan kau ada di sana?"

"Baru saja," ujar Nari, mengambil duduk di tepi ranjang.

"By the way, kau kenapa?" tanya Nari pada tingkah aneh Jia di depan cermin. "Seperti remaja kasmaran sa—"

"Ah, Bibi, biar aku saja." Jia memotong kalimat Nari, ia bangkit mengambil alih nampan berisi dua gelas sirup dingin di tangan Yui. "Terimakasih."

Jia berbalik, membawa nampan tersebut ke meja depan sofa panjang. Yui menggaruk-garuk kepala menatap punggung Jia, sejurus kemudian pandangannya bertemu dengan Nari, ia tersenyum pada wanita itu sebelum keluar kamar.

Nari mendekat, ikut mengambil duduk di samping Jia.

"Tadi kau kenapa?" ulang Nari.

"Oh, Bear," seru Jia, bangkit menuju kucing
munchkin berkaki pendek yang muncul di depan pintu kamarnya. Lagi-lagi Jia mengabaikan Nari.

Ngomong-ngomong Jia memelihara dua ekor kucing lucu berkaki pendek. Yang betina diberi nama Chloe dan yang Jantan bernama Bear.

 Yang betina diberi nama Chloe dan yang Jantan bernama Bear

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
StuffyWhere stories live. Discover now