16 | Jealous

1K 135 4
                                    

Setelah mendapatkan telepon dari Hea bahwa lima belas menit lagi akan selesai dalam melakukan les baletnya, Jia langsung mempercepat laju kendaraannya agar ia terlebih dulu sampai di sana.

Begitu santai Jia menikmati perjalanan dengan kecepatan di atas rata-rata sembari memikirkan berapa hal sebelum nanti pergi ke rumah sakit setelah menjemput Hea. Sebenarnya ingin sekali pergi bersama-sama dengan Taehyung, tapi sepertinya pria itu masih sibuk di waktu-waktu seperti sekarang.

Perlahan Jia memutar setirnya memasuki wilayah gedung. Seperti perkiraannya, ia akan tiba kurang dari sembilan menit. Masih ada berapa menit untuk menunggu. Jia tidak akan mengomel jika yang ia tunggu adalah anak kecil.

Jia memarkirkan Honda Civic type-r miliknya tepat di parkiran dekat pintu keluar. Selagi menunggu, Jia sedikit memoles wajahnya dengan cushion dan menambah perona pipi serta menambah lipstiknya yang agak memudar. Tadi sebelum berangkat ia tak sempat memoles wajahnya hanya sedikit menggunakan lipstik.

Di pintu keluar Jia melihat beberapa anak-anak sudah mulai bermunculan. Jia membenahi tasnya sebelum akhirnya keluar dari mobil sembari mengenakan kaca mata hitamnya. Selagi melihat-lihat ke arah pintu, Jia bersandar pada depan mobil dan menilik arloji yang melingkar di tangan kirinya.

Pandangannya kembali terarah pada pintu namun berapa saat perhatian Jia terpusat pada bocah perempuan yang keluar berapa saat tadi, sepertinya sedang menunggu orangtuanya menjemput.

Jia masih bertahan pada pusat yang menarik perhatiannya. Proses mengunyah permen karetnya perlahan melambat, Jia mengamati perawakan bocah perempuan yang bisa ia tebak usianya sekitar tujuh-delapan tahunan itu. Jika dilihat cukup lama Jia semakin menemukan sosok tidak asing pada anak itu.

"Imo!" Hea berseru selagi mendekat dengan langkah cepat. "Aku terlambat. Maaf membuatmu menunggu."

Kehadiran Hea mengalihkan pengamatan Jia. Jia tersenyum dan meraih pundak gadis kecil itu,"Bagaimana hari ini, menyenangkan?"

"Yeahh, seperti biasa melelahkan tapi juga menyenangkan," jawab Hea seperti pada kenyataannya.

"Baiklah kalau begitu sebelum kita pergi ke rumah sakit, kita mengisi perut dulu. Kau mau makan apa?" Jia membukakan pintu untuk Hea.

"Apa saja yang imo makan." Hea memindahkan tasnya ke tempat duduk belakang setelahnya ia memasang seatbelt. Hea merasakan keheningan ketika Jia sudah duduk di sampingnya. Hea melihat Jia memandang ke arah luar jendela secara naluri Hea pun ikut melongok pada pusat yang mencuri perhatian bibinya, "Imo, lihat apa?"

Jia menoleh pada Hea yang memandangnya penasaran. "Kau kenal dia?"

Sekarang Hea tahu siapa yang diperhatikan Jia sedari tadi, "Ah, itu Nayun." Mendadak raut wajah Hea turun. Ada ketidak senangan dari air mukanya.

Jia tidak lagi memandangi bocah itu, ia beralih menatap lurus ke jalanan, menjalankan mobilnya meninggalkan tempat tersebut. Jia masih terdiam tenggelam dalam pikirannya tak mengacuhkan Hea yang di sampingnya. "Dia mirip seseorang."

Kening Hea mengerutkan, ia dapat menangkap jelas ucapan Jia yang terdengar seperi orang sedang bergumam lirih. Hea bingung apakah dia sedang diajak berbicara atau Jia hanya sedang bergumam sendiri.

Seperti yang dikatakan Jia, mereka akan mengisi perut terlebih dulu sebelum pergi menjenguk Hana di rumah sakit. Keduanya pergi ke sebuah restauran yang tidak begitu jauh dari jarak rumah sakit.

Jia memilihkan beberapa menu spesial untuk hidangan mereka sekarang. Selagi menunggu pesanan Jia mencicipi es sari jeruk serta Hea yang menikmati jus stroberi.

StuffyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang