6

276K 6.9K 118
                                    

Menjadi sebatang kara memang bukan keinginannya, memiliki hidup yang sulit juga bukan keinginannya. Mengharuskan menjadi lebih kuat dari sebelumnya, meresapi setiap kesakitan yang ia lalui sendiri terkadang membuatnya muak.

Menatap keluar jendela mobil, melihat lalu lalang manusia yang sedang beraktivitas. Linka tengah duduk disebelah Naraka, pemuda itu memaksanya kembali membawanya bersama. Mengatakan jika dirinya tak mengawasi dirinya, Linka akan kabur dan bahkan membolos.

Semenjak ia jatuh sakit kemarin, Linka kini harus kembali tinggal dengan Naraka di mansion besar tersebut. Mengawasinya selama 24 jam memastikan Linka tetap disisinya.

Mereka sedang berada di jalan menuju sekolah, Linka sebenarnya tak nyaman jika harus berangkat dengan Naraka. Pandangan semua orang akan semakin membenarkan dan memaki kelakuan menjijikannya.

Menjadi anjing penurut milik Naraka, bahkan tak ada yang bisa menolongnya dari genggaman pemuda disebelahnya. Mengusik Naraka sama saja mencoba merasakan kematian secara cepat.

Pemuda itu memang tak pernah bermain-main dengan ucapannya. Mengikat Linka dalam hidup Naraka adalah hal yang mudah.

"Turun"

Kesadaran Linka kembali tertarik ke permukaan, ia mengedarkan pandangan ternyata mereka telah sampai di parkiran sekolah.

Linka segera turun dari dalam mobil sebelum Naraka kembali marah, pemuda itu menyampirkan ranselnya di bahu kanannya. Tampilan yang acak-acakan namun tak melunturkan ketampanannya.

Mungkin jika Naraka bersikap baik atau bahkan bukan seorang pembully ia akan sangat amat banyak memiliki penggemar. Namun meski Naraka seorang yang bersifat seperti iblis penggemarnya masih begitu banyak.

Naraka berjalan bak model, aura dominannya terkuar. Bahkan mereka seolah memberi jalan pada Naraka tanpa ada yang menghalangi.

Linka hanya menunduk mengikuti Naraka dari jarak yang cukup, mana berani dia berjalan berdampingan. Pandangan sekitar seolah menelanjanginya memandang remeh dan jijik. Membuat Linka semakin terlihat kecil, dibelokan ia segera melangkah menuju kelasnya. Naraka tak peduli ia akan memanggil mainannya ketika butuh.

Kakinya segera memasuki kelas, melangkah dengan cepat menuju tempat duduknya. Memojokkan diri mengambil ponselnya mencoba mengacuhkan sekitar.

"Linkaa are you okay" tanya Olivia yang baru saja datang.

"Aku baik" balas Linka

"Lo kenapa kemarin gak berangkat? Lo sakit? Kenapa gak ngabarin sih kalo gak berangkat, kita semua nyariin lo tau gak. Lo tau kemarin Naraka nyariin lo, wah kalo gak ditahan Oliv gue udah baku hantam" cerocos Grizella

"Diem bisa gak heh, tuh liat Linka pusing dengerin ocehan lo" potong Olivia mendengus

"Peace Linka hehe. Lo kenapa kemarin gak masuk?" Tanya Grizella

"Kemarin aku demam, tapi sekarang udah sembuh"

"Ahhh my lill sister sakit ulululu" Grizella menatap sendu

Punggung tangan Olivia terulur mengecek dahi Linka yang syukurlah telah membaik dan tak panas. Linka hanya menerima ia tau mereka berdua sangat khawatir padanya yang hilang tanpa kabar.

"Lo gak diapa-apin kan sama Naraka kemarin? Tuh orang nyariin lo sambil marah-marah" tanya Grizella

"Dia datang ke rumah..."

"Mana yang sakit, dia jahat sama lo bagian mana hah bilang sama gue" potong Grizella yang menggebu

"Tenang ogeb Linka baru mau cerita. Lanjut Linka" kesal Olivia, temannya satu ini sungguh susah untuk tenang.

Naraka's (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang