20. Brianna Reissyl- End of Season 1

Start from the beginning
                                    

Aku mendapat satu lagi informasi baru mengenai Ibuku, Brianna.

Selama lebih dari sepuluh tahun ini, Ether tidak pernah membicarakan tentang Ibu kecuali waktu itu.

Ya, ketika aku menanyakannya.

Jadi ini adalah hal yang cukup baru untukku.

Seperti itu, ya. Jadi Ibu juga suka mengoleksi permata.

"Bagaimana jika kita buat aksesoris kembaran dari permata ini? Kita buatkan juga untuk Larry." Ucapku memberi saran.

Dari pada tidak digunakan, lebih baik membuatnya jadi sesuatu, kan?

Dengan permata sebanyak ini, aku yakin pengrajin akan membuatkan mahakarya yang bagus.

"Boleh, juga. Nanti akan aku minta Larry untuk pergi ke pengrajin."

Ether mengambil keranjang dari tanganku dan meletakkan di meja.

Setelah itu, seperti biasanya kami bersantai-santai di ruang baca dekat api unggun.

"Besok, evaluasi bulanan akan dilaksanakan."

Ether kembali mengingatkanku tentang apa yang sebentar lagi terjadi di kediaman ini.

Benar juga, sebentar lagi evaluasi bulanan.

Sial, aku hampir melupakannya karena terlena dengan permata.

"Kau benar."

Ether menatapku dengan pandangan menelisik.

"Jangan bilang kau lupa?"

"Itu tidak benar. Aku tidak mungkin melupakannya, kan?"

Tapi jujur saja sih, aku sedikit lupa.

Awalnya aku ingat saat menjalankan pekerjaan dari Lant Agriche namun setelah banyak hal terjadi, aku jadi melupakannya.

Tapi sampai mati pun tidak akan aku katakan pada Ether.

"Yah, pokoknya, lakukan yang terbaik."

Ether mengelus puncak kepalaku dengan lembut.

"Seharusnya aku yang mengatakan hal itu padamu. Karena Ayah, sangat berharap padamu."

Waktu berlalu dengan sangat cepat. Tak terasa, hari sudah berganti.

Karena jadwal hari ini sudah ditentukan, maka aku dan Ether segera bersiap-siap.

Sebelum evaluasi bulanan dilaksanakan, biasanya anak-anak di keluarga Agriche akan dikumpulkan pada sebuah tempat.

Setelah itu mereka akan memasuki ruangan evaluasi satu persatu. Dan, karena evaluasi selalu berbeda setiap bulan, kami juga tidak tahu apa saja yang harus kami lakukan nantinya.

Paling sih, tidak jauh-jauh dari pengetahuan umum, bela diri, dan tes melarikan diri dari malapetaka.

Kalau cuma itu, aku tidak terlalu khawatir.

"Ayo." Ether mengulurkan tangannya padaku dan aku segera memegangnya.

Kami pergi menuju gedung utama.

Di perjalanan, tidak ada satu orangpun terlihat. Mungkin karena semua sudah berada di ruang pertemuan.

"Apa kau gugup?"

"Mana mungkin."

Aku tersenyum.

Ya, tidak mungkin aku merasa gugup. Lagi pula, evaluasi bulanan bukanlah hal besar. Aku sudah melewatinya berkali-kali sejak dulu.

Tak lama kemudian, kami sampai di depan sebuah pintu kayu yang cukup besar dengan ukiran yang timbul.

"Selamat datang, Tuan Muda Ether dan Nona Erel."

𝐁𝐋𝐎𝐎𝐃 𝐀𝐍𝐃 𝐓𝐄𝐀𝐑𝐒 || twtptflobWhere stories live. Discover now