Saat sedang asik minum-minum sambil menonton pertandingan sepakbola. Tiba-tiba Riana datang. Itu cukup mengagetkan kami. Hingga berusaha menyembunyikan minuman itu.

Sayangnya, bau alkohol dari mulut kami tak bisa disembunyikan, hingga akhirnya ia pun tau. Beruntung, ia tidak berniat melaporkan kami ke Bapak Kos. Malah, ingin bergabung dengan kami. Setelah itu, aku tak ingat lagi.

"Terus, kita maen Do or Drink (Lakukan atau Minum)," ucap Petra.

Bagian itu aku sama sekali tak ingat, mungkin karena padasaat itu sudah terlalu mabuk. "Nggak inget, Pet," sahutku.

"Ya, emang lu udah mabok berat waktu itu. Terus gua ngasih tantangan ke kalian berdua."

"Tantangan apaan?" tanya Amira, penasaran.

Bukannya menjawab pertanyaan, Petra malah memanyunkan bibirnya, "Tantangan apa, Oi!" Aku gereget dengannya.

"Ciuman," balas Petra.

Aku sangat terkejut dengan jawaban Petra. Ciuman? Jika benar, berarti itu adalah ciuman pertamaku. Bagaimana mungkin aku tak ingat?

"Lu kagak bohong kan, Pet?" Aku masih belum begitu percaya.

"Asli gua kagak bohong, Bal. Malahan abis itu kita tidur bareng."

"APA?" Kali ini bukan hanya aku saja yang terkejut, semuanya memasang wajah kaget.

"Tidur bareng?" tanya Poppy.

"Wah parah lu, Bal!" timpal Amira.

"Ceritanya jangan dipotong-potong, Pet!" Aku agak kesal.

"Maksudnya ... kita tidur bareng di satu kamar. Soalnya posisi dia sama lu udah mabok berat. Jadinya gua bawa ke kamar gua. Tapi tenang aja, Bal. Nggak terjadi apa-apa, kok. Kan dia tidur di kasur. Kalau lu sama gua, tidur di lantai. Cuman pas gua bangun, dia ...." Petra kembali memotong cerita.

"DIA KENAPA?" tanyaku.

"Sabar, Bal," ucap Supri.

"Dia udah nggak ada di kamar."

"Ke mana?" tanyaku.

"Ya mana gua tau! Mungkin balik ke kamarnya."

"Kenapa lu baru ceritain sekarang, Pet!"

"Gua baru inget, Bal."

"Ah, kayanya gak mungkin sih, cuman gara-gara itu dia suka sama gua." Aku masih denial.

"Ya, namanya perasaan orang. Mana ada yang tau, Bal," sahut Amira.

"Bener!" timpal Petra.

"Eh, tapi gua penasaran deh. Tadikan pas Gina kesurupan, terus dia bilang — tolong lepasin talinya secepetnya. Nah itu, maksudnya apaan sih, Bal?" tanya Poppy.

"Maksudnya tali bekas bundirnya, Pop," balas Gina.

"Loh, kok lu tau?" tanya Poppy. Aku pun penasaran, bagaimana Gina bisa tau. Padahal aku belum pernah cerita padanya.

"Gua ngeliat langsung," balas Gina.

"Ngeliat langsung?" tanyaku.

Gina pun bercerita, sebelum ia tak sadarkan diri, sempat melihat ada sebuah tali yang tergantung di kamar mandinya. "Gua cuman bisa bengong doang ngeliatin tali itu. Eh nggak lama, tuh tali gerak-gerak gitu," ucap Gina.

Panik sekaligus takut, Gina pun mundur perlahan. Ia tak sadar kalau tepat di belakangnya sudah ada Riana. Lalu, saat Gina menengok ke belakang ....

"Gua langsung nge-freeze. Nggak bisa gerak. Nggak bisa teriak. Terus, dia tiba-tiba ngilang ... beberapa detik kemudian, badan gua kaya ada yang nubruk dari belakang. Abis itu semuanya jadi gelap," ucap Gina.

"Gimana sih rasanya kesurupan?" tanya Amira.

"Gua kaya bisa ngerasain apa yang dia rasain, Ra. Terus gua juga bisa ngeliat pas kalian dateng, cuman pas coba manggil, nggak ada satupun yang denger," balas Gina.

"Oh ya, Bal. Pas abis dia bilang suka sama lu. Gua ngerasa sedih banget. Sebelum dia ke luar dari badan gua, kayanya dia mau bilang sesuatu. Tapi, keburu ditarik gitu," sambung Gina.

"Keburu ditarik gimana?" tanyaku.

"Talinya, kaya ada yang narik kenceng gitu. Dia ampe teriak kesakitan dan nangis."

"Lu gak liat siapa yang narik?"

"Nggak."

"Mungkin dia masih pengen mengutarakan cinta sama lu, Bal. Tapi keburu ke luar dari badan Gina," ucap Petra.

"Kayanya nggak deh, Pet." Aku merasa Riana ingin mengutarakan hal lain.

Tok! Tok! Tok!

Terdengar tiga ketukan di pintu. Sontak kami semua pun menoleh ke pintu. Suasana mendadak hening, tak ada satupun dari kami yang berani bersuara.

Tok! Tok! Tok!

"Pri!" panggil Suara dari luar.

Aku melirik Supri yang kebetulan duduk di sampingku. "Siapa, Pri?" tanyaku, pelan.

"Kayanya Mas Ilham," balas Supri.

"Jam segini? Ngapain?" bisik Amira.

Tok! Tok! Tok!

"Pri? Lu belum tidur?" tanya Suara di balik pintu.

"Mas Ilham?" sahut Supri.

"Iya."

Supri berdiri, kemudian berjalan perlahan ke arah pintu. "Mas?" tanyanya lagi.

"Ya."

"Jangan dibuka, Pri!" ucap Petra.

"Kalau beneran Mas Ilham, coba ketok kaca jendela."

Tuk! Tuk!

Terdengar suara jendela diketuk. Namun, bukan dari jendela di dekat pintu, melainkan jendela yang mengarah ke tempat jemuran.

BERSAMBUNG

Riana - Lepaskan Tali di LeherkuWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu