Riana Mengikutiku

13.3K 1K 62
                                    

"Ada apaan sih lu, nyuruh gua jemput pagi buta begini?" omel Sandi.

"Ceritanya ntar aja di kosan lu," sahutku sambil naik motor. "Buruan gas!"

"Nggak jelas lu!" Sandi melajukan motornya. Sesampainya di kosannya. Aku langsung menutup pintu dan jendela rapat-rapat. "Ada apa sih, Bal. Lu kaya orang ketakutan gitu?" tegur Sandi.

"Lu gak bakal percaya sama apa yang gua alamin tadi!" sahutku.

"Ngalamin apaan? Lu didatengin Riana?"

"Kok lu tau?"

"Gua cuman nebak dari ekspresi lu. Lagian udah jadi rahasia umum, kalau meninggal bundir itu suka gentayangan."

"Asli dah, San. Itu pengalaman paling horor yang pernah gua alamin!"

"Ceritanya bisa besok aja gak, Bal."

"Lu takut?"

"Bukan, gua cuman ngantuk. Lu liat sendiri! Sekarang udah mau jam setengah tiga."

"Nanggung, San. Bentar lagi subuh!"

"Emang dasar orang kagak pernah sholat! Waktu subuh aja gak tau."

"Jam empat kan?"

"JAM LIMA KURANG DUA PULUH! Mayan kan bisa tidur dua jam lebih."

"Nanggung."

"Dah ah! Gua ngantuk. Lu cerita ama tembok aja!" Sandi meringkuk di atas kasur, sembari memeluk guling.

_________

Daritadi mata ini sulit terpejam. Entah kenapa wajah Riana pada foto itu, terus terbayang. Ditambah suaranya tadi, membuatku gemetar.

*Alarm berbunyi*

Sontak mengagetkanku yang baru saja terlelap. "Perasaan gua gak nge-set alarm dah," gumamku, seraya mematikannya. Lagian, siapa juga yang set alarm jam tiga subuh?

Aku kembali tidur.

Ting!

Bunyi notofikasi pesan. "Jam segini siapa sih yang SMS!" gumamku sambil membuka pesan. Ternyata itu pesan kosong dari Sandi.

Spontan, aku memukul tubuh Sandi, hingga ia terbangun. "Lu jangan jail, San!" omelku.

"Apa sih, Bal? Ganggu orang tidur aja!" sahutnya, kesal.

"Tidur pala lu! Mana ada orang tidur ngirim SMS," sahutku tak kalah kesal.

"Ngirim SMS gimana? Handphone gua ada di meja belajar. Belakang lu!"

Aku tak percaya padanya, lalu menoleh ke belakang. Bukan kaki kursi atau meja yang kulihat. Melainkan kaki manusia. Jelas sekali, meski kamar dalam kondisi gelap.

"Argh!" teriakku, seraya naik ke atas kasur.

"Lu kenapa sih?" omel Sandi.

"A-da or-ang ...," balasku terbata sembari meringkuk, berdempetan dengan Sandi.

"Ya emang gua orang, Bal. Masa setan."

"Bukan lu! Tapi orang yang berdiri di deket meja belajar lu!"

"Hah? Lu salah liat kali, Bal."

"Lu liat aja sendiri!"

"Ogah ah!"

"Tuhkan lu juga takut."

Riana - Lepaskan Tali di LeherkuWhere stories live. Discover now